Mengenal Franck Kessie

Dalam konstelasi sepak bola Afrika, Pantai Gading dikenal sebagai salah satu negara paling sukses. Raihan dua trofi Piala Afrika pada 1992 dan 2015 setidaknya jadi bukti sahih jika negara dengan luas wilayah sekitar 322.463 km2 ini memiliki taji tersendiri.

Pantai Gading bahkan tercatat selalu berpartisipasi di tiga gelaran Piala Dunia terakhir walau kesemuanya berakhir prematur akibat rontok di babak penyisihan grup.

Les Elephants atau Pasukan Gajah ini juga populer sebagai penghasil talenta-talenta hebat. Pencinta sepak bola mana yang tidak mengenal Didier Drogba, Salomon Kalou serta Toure bersaudara, Kolo dan Yaya. Kuartet ini menjadi simbol progresi positif persepakbolaan Pantai Gading dalam dua dekade terakhir.

Kualitas yang mereka miliki sebagai pesepak bola tak perlu diragukan lagi. Jangan heran apabila klub-klub top Eropa seperti Arsenal, Chelsea, Manchester City, dan Barcelona berani membayar mahal demi mendapatkan jasa mereka.

Hasilnya? Anda boleh googling untuk mencari tahu gelar apa saja yang pernah dipersembahkan kuartet itu bagi kesebelasan yang mereka bela.

Ketika senjakala karier keempat nama tersebut semakin terasa, Pantai Gading tak sepatutnya minder dan jeri. Pasalnya, negara yang terletak di wilayah barat Afrika ini telah mengorbitkan beberapa nama muda yang bisa jadi bintang sepak bola di masa depan, salah satunya adalah Franck Yannick Kessie.

Nama pemuda kelahiran Ouragahio, 20 tahun silam ini mulai akrab di telinga kurang lebih enam bulan terakhir, khususnya bagi pencinta Serie A Italia. Kessie merupakan salah satu pilar andalan klub asal kota Bergamo, Atalanta.

Mengawali karier bersama klub lokal Pantai Gading, Stella Club, nama Kessie mulai naik daun selepas membawa timnas junior Pantai Gading menjadi kampiun Piala Afrika U-17 pada tahun 2013. Kala itu, Pantai Gading berhasil menumbangkan Nigeria U-17 di babak final via adu penalti, 5-4.

Prestasi itu sendiri mengantarkan Baby Elephants, julukan timnas muda Pantai Gading, mentas di Piala Dunia U-17 yang dihelat di Uni Emirat Arab pada tahun yang sama. Sayangnya, langkah Kessie dkk., harus terhenti di babak perempat final.

BACA JUGA:  Fantasy Premier League Gameweek 36: Persiapan (Kembali) Menghadapi Double Gameweek 37 dan Efek Bandwagon

Pada turnamen itu sendiri, Kessie yang menjabat sebagai kapten berhasil menyumbang sepasang gol, keduanya via titik putih, masing-masing saat bersua Maroko dan Argentina.

Penampilan yang cukup apik tersebut memikat perhatian scout Atalanta. Kessie dicomot dari Stella Club pada Januari 2015 lewat status pinjaman dan bermain untuk Atalanta Primavera.

Melihat bakat yang dimiliki Kessie, walau terbilang masih mentah, Atalanta rela mengirim mahar sebesar 200 ribu poundsterling guna mematenkan Kessie sebagai salah satu penggawa mereka pada bulan Juli tahun yang sama.

Meski begitu, Kessie harus menerima kenyataan jika dirinya mesti “disekolahkan” terlebih dahulu. Adalah klub yang sedang bertarung di Serie B dan masyhur dalam mengembangkan bakat-bakat muda, Cesena, yang jadi tempat Kessie menimba ilmu dan pengalaman.

Di klub berjuluk I Cavallucci Marini ini pula Kessie dicoba oleh sang allenatore, Massimo Drago, untuk bermain lebih ke depan sebagai gelandang bertahan meski posisi naturalnya adalah bek sentral.

Hasilnya, Kessie malah mengilap ketika bermain di posisi barunya itu. Sepanjang musim 2015/2016, pemain berpostur 183 sentimeter ini memainkan 37 laga serta menyumbang empat gol dan sepasang asis.

Dirinya menjadi salah satu pilar kesuksesan Cesena menembus babak playoff promosi ke Serie A walau pada akhirnya gagal.

Kilau yang diperlihatkannya kala itu juga dipantau secara saksama oleh Gian Piero Gasperini, pelatih gres Atalanta. Mengetahui jika Kessie semakin matang, sang manajer tak ragu untuk memanggilnya pulang ke Bergamo per musim 2016/2017.

Kepercayaan pelatih berambut putih itu kepada Kessie bahkan sudah tampak sejak pekan pertama Serie A 2016/2017 bergulir. Bertanding menghadapi Lazio di kandang sendiri, Stadion Atleti Azzurri D’Italia, Kessie diturunkan Gasperini dalam formasi kegemarannya, 3-4-3, berduet dengan gelandang asal Slovenia, Jasmin Kurtic.

Tak dinyana, pemain bernomor punggung 19 ini sukses membalas kepercayaan itu dengan mencetak dua gol sekaligus. Namun sayang, dwigol tersebut tak menghindarkan kubu La Dea dari kekalahan 3-4.

BACA JUGA:  Menjadi Penggemar Beckham karena Posh Spice

Berkat performa apik itu, Gasperini semakin mantap menurunkan Kessie di laga-laga Atalanta selanjutnya. Berdasarkan data yang dihimpun dari transfermarkt.com, Kessie hanya tiga kali tidak turun sebagai starter kubu La Dea yakni di pekan ke-7, 11, dan 18.

Lebih jauh, dirinya pun ikut berkontribusi nyata terhadap gol demi gol yang didulang Atalanta. Hingga pekan ke-18, Kessie tercatat sebagai top skor kesebelasan yang berdiri pada 1907 ini lewat suntingan 6 butir gol.

Klub yang pernah mengorbitkan beberapa nama legendaris semacam Roberto Donadoni, Cristiano Doni, Filippo Inzaghi, dan Christian Vieri ini sendiri tengah nyaman duduk di peringkat enam klasemen sementara Serie A 2016/2017.

Seperti halnya yang dilakukan Drago semasa melatih Kessie di Cesena, Gasperini di Atalanta juga lebih sering memainkan bocah yang satu ini di posisi gelandang bertahan.

Bertanding dengan pola 3-4-3 maupun 3-5-2 flat serta 3-1-4-2, nama Kessie selalu jadi pilihan utama eks pelatih Internazionale Milano itu untuk menjadi benteng pertama yang berdiri di depan trio bek tengah.

Pemain yang bermimpi untuk membela panji Manchester United ini berhasil menggusur dua gelandang bertahan kawakan yang sebelumnya jadi andalan Gasperini, Carlos Carmona dan Giulio Migliaccio, ke bangku cadangan.

Walau masih muda, Kessie dianggap memiliki fisik, teknik, dan visi bermain yang mumpuni. Meski begitu, Kessie juga harus terus mengasah kemampuannya jika ingin menjadi seorang pemain kelas dunia.

Sejauh ini, beberapa tim mapan Eropa khususnya dari daratan Inggris seperti Arsenal, Chelsea, dan Liverpool dikabarkan menaruh hati kepada Kessie.

Orang-orang juga mulai membandingkan kemampuan Kessie dengan seniornya, Yaya Toure, yang juga andal saat bermain sebagai tembok di depan penjaga gawang atau menjadi dinamo permainan di lini tengah. Kessie sendiri menganggap gelandang Manchester City itu sebagai role model karier sepak bola.

Kini, hanya waktu yang bisa menjawab apakah Kessie akan memiliki karier yang cemerlang seperti kompatriotnya itu atau justru lenyap tak berbekas bak Freddy Adu.

 

Komentar