“Beauty in simplicity” sangat tepat untuk menggambarkan sosok Miroslav Klose, top skor Piala Dunia sepanjang masa dengan 16 gol dari 24 penampilan di 4 edisi turnamen akbar tersebut. Ia lahir di Opole, sebuah kota di Polandia. Namun, loyalitasnya dipersembahkan untuk Jerman, di mana akhirnya berbuah manis saat merengkuh gelar juara dunia pada 2014. Sampai saat ini, Klose masih menjadi top skor untuk Der Panzer dengan 71 gol dari 137 laga.
Ia tak punya atribut mewah. Jika dibandingkan dengan striker modern macam Erling Haaland, Kylian Mbappe, Cristiano Ronaldo, atau Karim Benzema, ia masih kalah jauh. Tapi, beda urusan jika sudah di dalam kotak penalti.
Wilayah sakral milik musuh itu dengan gampang ternodai oleh gol-golnya yang sederhana. Dalam sepakbola memang ada banyak cara dan sudut pandang untuk menangkap keindahan. Sundulan, tap in, dan selebrasi jungkir balik Klose adalah beberapa di antaranya.
Tenang sebelum badai. Klose sangat pandai dalam hal penempatan posisi. Pribadinya juga sangat tenang, santun, dan mulia. Ia juga dikenal dengan aksi-aksi fair play yang membuat para fans hingga musuhnya tepuk tangan. Wajahnya murung, tapi tatapan matanya tajam seolah selalu tahu apa yang sedang dia incar.
Jika dilihat dari perawakannya, sekilas Klose bukan tipikal striker intimidatif macam Haaland atau Ronaldo. Untuk melihat keganasannya, musuh harus menatap mata sang pemain kurus itu. Karena di balik mata itu, ada secercah petunjuk ke mana Klose akan menempatkan diri saat bola datang ke kotak penalti.
Semua 16 golnya di Piala Dunia tercipta di dalam kotak 16. Ia adalah striker tipikal fox in the box dengan tubuh kurus dan kemampuan dribbling yang biasa-biasa saja. Piala Dunia 2002 adalah panggung pertamanya di pentas dunia bersama Jerman. Laga perdana Jerman menghadapi Arab Saudi di Sapporo Dome, Jepang.
Jerman memang mutlak diunggulkan. Namun, Klose tetap menghadirkan kejutan. Seorang pemuda 24 tahun mencatatkan hattrick dalam laga debutnya. Klose memukul Arab Saudi amat telak dan Jerman mengakhiri laga 8 gol tanpa balas.
Ia tahu betul bagaimana cara memperlakukan bola. Tak perlu banyak disentuh atau diajak berlari. Klose cuma perlu sekian detik untuk membangun romansa segitiga antara bola, dirinya sendiri, dan gawang. Semua golnya (5) di Piala Dunia 2002 berasal dari tandukan.
Piala Dunia yang seringkali menjadi momok menakutkan untuk para bintang, justru dengan mudah ia taklukkan. Meski harus melewati empat edisi untuk mengangkat trofi Piala Dunia, ia selalu menjadi andalan Jerman di lini depan. Pada 2014, pelatih Joachim Loew dengan berani hanya membawa Klose seorang sebagai striker murni di dalam skuadnya.
Pada awalnya, Loew memakai skema false nine kala itu dan Klose berada di bangku cadangan. Namun, ia akhirnya mengubah strategi dan mempercayakan posisi nomor 9 kepada sang poacher. “Kamu selalu bisa mengandalkan Miro, dia menepati janjinya,” ucap Loew.
Benar adanya, Klose tampil impresif dan berperan di saat-saat penting. Bagi Klose, kesuksesan tim adalah prioritas sehingga ia tak masalah jika harus memulai laga dari bangku cadangan. Toh, bola itu akan datang kepadanya nanti.
Di akhir Piala Dunia 2014, Miroslav Klose bersama Der Panzer mencapai klimaks. Mencetak satu gol saat Jerman menggilas tuan rumah Brasil 7-1, melewati rekor gol Ronaldo Nazario di Piala Dunia, dan berakhir menjadi juara dunia bersama Jerman.
Klose adalah salah satu pesepakbola langka, terlebih untuk sepakbola modern seperti sekarang. Mendekati Piala Dunia 2022 Qatar, menarik untuk menantikan kira-kira siapa yang mampu mengulang kesuksesan Klose?