Berdiri pada 29 Maret 1960 silam, Sociedad Deportiva (SD) Huesca jelas tak punya nama sebesar Barcelona, Real Madrid atau bahkan Villarreal dalam tatanan sepakbola Spanyol.
Klub yang bermarkas di Stadion El Alcoraz ini baru dua kali mentas di ajang La Liga, kasta tertinggi sepakbola di Negeri Matador. Semenjak berdiri, Huesca memang lebih banyak berkiprah di kasta keempat dan ketiga.
Musim 2018/2019 silam, Huesca menjalani debutnya di La Liga usai promosi dari Divisi Segunda dengan status runner up.
Sayangnya, aksi klub dengan warna kebesaran merah-biru ini tak memuaskan. Jorge Pulido dan kawan-kawan kudu menerima nasib terdegradasi lantaran finis di peringkat ke-19 pada akhir musim.
Musim 2019/2020 dilalui Huesca dengan prima di Divisi Segunda. Di bawah asuhan Miguel Angel Sanchez Munoz alias Michel, klub berjuluk Oscenses ini beroleh tiket promosi setelah menjadi kampiun.
Keberhasilan kembali ke La Liga pun dirayakan dengan amat meriah. Bukan hanya oleh para pemain, pelatih, dan manajemen, melainkan juga warga seantero kota.
Setidaknya, kesempatan melihat Pulido dan kawan-kawan kembali beradu performa dengan Lionel Messi beserta kolega dari Barcelona atau Sergio Ramos dan rekan setimnya di Madrid terbuka lagi.
Bermain di level tertinggi tak pernah mudah bagi klub sekelas Huesca. 12 pertandingan awal di La Liga musim ini mereka jalani tanpa sekalipun mereguk kemenangan. Tak heran kalau posisi Michel terus digoyang isu pemecatan sebab tim asuhannya begitu awet menempati zona merah.
Barulah di jornada ke-13, Huesca mencicipi manisnya poin sempurna usai menekuk Alaves dengan skor tipis 1-0. Lucunya, kemenangan ini tak menjamin Michel tetap duduk di kursi pelatih sebab manajemen bersikukuh untuk mendepaknya.
Ia lantas digantikan oleh Jose Rojo Martin alias Pacheta. Harapannya jelas, Huesca bisa tampil lebih baik guna menghindari zona degradasi.
Akan tetapi, keputusan manajemen tak berbuah. Dalam tujuh pertandingan perdana di bawah arahan Pacheta, Oscences cuma memetik dua poin. Hasil dari dua kali imbang dan lima kali kalah.
Mujur, kesabaran pihak manajemen mulai menampakkan hasil di empat laga selanjutnya. Walau kalah dua kali, dalam dua laga lainnya Huesca berhasil mengantongi angka penuh. Masing-masing saat berjumpa Valladolid dan Granada.
Torehan itu diikuti dengan hasil imbang melawan Eibar serta Osasuna sehingga koleksi poin Pulido dan kawan-kawan terus bertambah.
Paling tidak, hal itu memunculkan optimisme baru di tubuh Huesca kendati posisi mereka masih ada di dasar klasemen sampai jornada ke-28.
Namun siapa sangka, pekan ke-29 dan ke-30 La Liga musim ini justru terasa sangat menyenangkan bagi Huesca. Berhadapan dengan Levante serta Elche, anak asuh Pacheta sukses memborong poin sempurna usai menang 2-0 dan 3-1.
Hasil itu ikut mendongkrak posisi Oscenses di papan klasemen. Setidaknya sampai hari ini waktu Indonesia (11/4), Huesca duduk lebih tenang di posisi tujuh belas atau satu strip di atas zona relegasi.
Mengingat kompetisi La Liga masih menyisakan delapan jornada tersisa, segala hal memang masih bisa terjadi. Namun Huesca, tentu tak ingin kehilangan momentum agar dapat bertahan di La Liga.
Alaves, Atletico Madrid, Getafe, Real Sociedad, Cadiz, Athletic Bilbao, Real Betis, dan Valencia adalah lawan yang mesti dihadapi Pulido beserta rekan-rekannya.
Klub-klub tersebut memiliki tantangannya sendiri bagi Huesca. Ada yang sama-sama mempertaruhkan nyawa agar selamat dari degradasi, ada yang sedang berebut tiket ke kejuaraan Eropa, ada pula yang tengah mengincar gelar juara La Liga.
Pada momen inilah, segalanya bakal dipertaruhkan Pacheta. Hasil-hasil positif bakal memberi kesempatan lebih besar untuk Huesca sintas. Namun sebaliknya, kekalahan akan menjerumuskan mereka ke zona merah dan balik kucing ke Divisi Segunda.
Bisakah misi bertahan diwujudkan?