Muda, tenang, dan energik. Tiga kata tersebut rasanya pas sekali untuk menggambarkan sosok Donny van de Beek, salah seorang gelandang Manchester United.
Bermain apik serta punya visi dalam bermain membuatnya dibawa The Red Devils ke Old Trafford.
Legenda Tim Nasional Belanda, Wesley Sneijder, dalam wawancaranya dengan De Telegraaf pernah memujinya sebagai pemain yang memiliki bakat luar biasa.
Salah satu bintang Inter Milan kala meraup Treble Winners pada musim 2009/2010 itu juga tak segan menyamakan van de Beek dengannya saat masih muda.
Lebih jauh, Sneijder merasa juniornya tersebut memiliki fisik yang prima karena pernah bermain sebanyak 60 pertandingan lebih di Eredivisie tanpa putus akibat cedera.
Bahkan memasuki musim kelimanya sebagai pemain profesional, sosok kelahiran Amersfoort ini hanya lima kali diganggu cedera dan itu tidak terlalu parah.
Akhirnya, pada 2 September 2020, van de Beek resmi dibeli United dari Ajax Amsterdam seharga 39 juta Euro untuk mengisi pos gelandang tengah atau gelandang serang.
Sayangnya, tersiar kabar cukup mengejutkan dari pemberitaan Manchester Evening News. Media tersebut menyebut bahwa ada kesan terpaksa dalam proses transfer figur berpostur 184 sentimeter itu.
Pasalnya ia cuma opsi ketiga dari daftar incaran The Red Devils. Saat itu, mereka lebih memprioritaskan Jadon Sancho atau Jack Grealish.
Akan tetapi, proses negosiasi yang berbelit-belit dan banderol selangit yang ditetapkan Borussia Dortmund maupun Aston Villa bikin United mundur teratur.
Ada sebuah kebijakan terkait transfer United. Salah satunya perihal usia. Mereka menetapkan buruannya pada rentang usia 23-28 tahun.
Di luar kemampuan teknisnya, van de Beek memenuhi kriteria yang satu ini karena usianya waktu direkrut baru 23 tahun.
Kendati bukan incaran utama, hal ini pula yang akhirnya bikin perwakilan The Red Devils mau terbang ke Amsterdam untuk menyelesaikan proses transfer.
Kedatangannya pun disambut meriah pendukung dan keberhasilan transfernya tak lepas dari peran kepala eksekutif Ajax yang juga legenda United, Edwin van der Sar.
Van der Sar bahkan mengirimkan surat terbuka yang berisi dukungan kepadanya agar sukses di lingkungan barunya.
Van de Beek sebetulnya bisa diandalkan sebagai gelandang tengah atau menggantikan peran Bruno Fernandes jika diperlukan rotasi.
Akan tetapi, di antara keduanya ada sedikit perbedaan tipikal cara bermain. Inilah yang menjadi problem pertama karena kemungkinan pemain bernomor punggung 34 itu sulit bermain sebagai playmaker.
Selain itu, posisi Fred dan Scott McTominay atau Paul Pogba dan Nemanja Matic juga saling melengkapi sehingga pintu seperti tertutup untuk van de Beek.
Alhasil, ia lebih sering duduk di bangku cadangan ketimbang memamerkan aksi terbaiknya di atas lapangan hijau.
Ketika bermain pun, pada era kepelatihan Ole Gunnar Solskjaer, kesempatan yang diberikan kepada van de Beek tidak terlalu banyak.
Pertanyaan muncul, mengapa United rela mengeluarkan uang cukup banyak untuk mendatangkannya kalau jarang dimainkan?
Kalau memang menjadi surplus di sektor tengah. Mengapa The Red Devils tetap memboyongnya?
Entah apa alasan Ole sehingga jarang memberi kesempatan pada pemain yang menyabet penghargaan Ajax Talent of The Future musim 2014/2015 ini. Kenyataan tersebut bikin sang pemain tampak kurang bahagia dengan nasibnya di Old Trafford.
Dengan kesempatan bermain yang begitu sedikit, posisi van de Beek di Timnas Belanda pun berpotensi digeser pemain lainnya.
Semua pertanyaan akhirnya terjawab setelah Manchester Evening News memberi laporan tentang alasan-alasan Ole jarang memainkannya.
Pertama, van de Beek sering menunjukkan permainan yang bagus ketika sesi latihan, tetapi malah kurang bagus ketika pertandingan berlangsung.
Kedua, ia dianggap inkonsisten sebab bisa tampil apik di satu laga lalu memble di laga berikutnya.
Namun perlu disadari, bagaimana bisa konsisten kalau menit bermainnya begitu minim?
Pelatih yang hebat tentu bisa menilai kualitas pemainnya dan tahu kapan tenaga si pemain dapat dimaksimalkan.
Memberi kesempatan pemain untuk turun berlaga memberikan banyak dampak. Salah satunya adalah rasa percaya diri dan bahagia yang meningkat.
Dengan demikian, kemampuan sang pemain bisa keluar secara maksimal. Hal itu jelas mendatangkan dampak positif untuk tim.
Jarangnya van de Beek diberi kepercayaan oleh Ole membuat eks striker Arsenal, Kevin Campbell, percaya bila dirinya cocok merumput bagi The Gunners dan akan lebih dihargai andai merumput di Stadion Emirates.
Campbell pun yakin kalau sosok berzodiak Aries itu ingin segera angkat kaki dari kota Manchester. Apalagi ada banyak rumor yang mengaitkannya dengan Barcelona, Everton, Newcastle United, Real Madrid, dan Wolverhampton Wanderers.
Walau begitu, masa depannya bakal ditentukan oleh United. Semua terkait pada kebijakan melepas atau mempertahankan pemain berambut pirang itu.
Lengsernya Ole dari bangku pelatih United dan masuknya Ralf Rangnick sebagai pengganti disinyalir bisa mengubah jalan nasib van de Beek bersama The Red Devils.
Dilansir dari The Mirror, pelatih berkebangsaan Jerman itu merasa kalau van de Beek akan berguna untuk tim sehingga ia berharap pada bursa transfer musim dingin nanti, sang gelandang masih bertahan di Old Trafford.
Secara taktis, Rangnick gemar bermain dengan pressing tinggi. Van de Beek, sudah terbiasa dengan cara main seperti itu kala memperkuat Ajax.
Bisa jadi, pemahamannya yang lebih unggul ketimbang gelandang-gelandang United lainnya memberi kans bermain lebih banyak.
Semenjak Rangnick masuk, van de Beek diturunkannya tiga kali yakni pada laga kontra Crystal Palace (5/12), BSC Young Boys (9/12) dan Norwich City (12/12).
Sayangnya, waktu bermainnya belum kelewat signifikan. Praktis, cuma saat bersua Young Boys saja dirinya turun 90 menit.
Seiring waktu, mungkin, kepercayaan Rangnick terhadapnya bakal meningkat. Jika benar terjadi, maka van de Beek kudu memaksimalkannya.
Namun bila hal sebaliknya terjadi, pemilik 19 penampilan dan 3 gol bareng Timnas Belanda itu memang perlu mempertimbangkan semua opsi buat meninggalkan Old Trafford sesegera mungkin.