Piala Menpora: Antara Harapan dan Pertaruhan

Penikmat sepakbola lokal di Indonesia kembali bergembira. Para pemain, pelatih dan ofisial tim mulai tersenyum. Penantian selama nyaris setahun akhirnya selesai pasca-pihak Kepolisian mengeluarkan izin keamanan/penyelenggaraan kompetisi sepakbola di Indonesia.

Merujuk pada hal tersebut, federasi sepakbola Indonesia (PSSI) dan Kementerian Pemuda dan Olahraga, digadang-gadang bakal menggelar turnamen pra-musim bertajuk Piala Menpora.

Usai vakum cukup lama dan besarnya hasrat menggelar kembali diputarnya kejuaraan resmi tahunan, memanggungkan turnamen pra-musim jadi hal yang sangat krusial.

Ajang ini dapat menjadi uji kemampuan bagi berbagai pihak, baik Kepolisian, PSSI, klub peserta, pemain, pelatih, sampai suporter sepakbola di tanah air.

Khusus pihak yang disebut pertama, akan terkait dengan izin untuk mengadakan kompetisi yang sesungguhnya di Indonesia yaitu liga dan Piala Indonesia.

Saya berasumsi bahwa Piala Menpora jadi digelar dalam waktu dekat. Tentu para penggemar sepakbola bisa melihat sendiri gerak-gerik kesebelasan-kesebelasan yang ada guna menyongsongnya.

Kepastian adanya turnamen membuat banyak klub mulai mempersiapkan diri. Ada yang melepas sejumlah pemainnya, ada juga yang memperpanjang kontrak penggawanya.

Pelatih lama diganti dengan pelatih baru atau bahkan pelatih lama tetap diberi kepercayaan. Semua bergerak secara dinamis mengikuti visi dan misi dari manajemen klub.

Di sisi lain, antusiasme fans pun mulai menggeliat. Utamanya di media sosial. Sepakbola sejatinya sudah mengakar dalam kehidupan sehari–hari masyarakat Indonesia.

Semenjak muncul klub-klub lokal yang mewakili sebuah wilayah, muncul pula kecintaan dan loyalitas warga dari wilayah tersebut. Dengan senang hati, mereka akan memberi dukungan.

Bahkan ada banyak individu yang sudah menjadikan klub sebagai agama kedua. Banyak dari mereka sudah menghabiskan uang dalam jumlah masif guna mengelilingi negeri ini untuk mengawal klub yang dibanggakan.

BACA JUGA:  Persita dan Harapan Baru di Tangerang

Slogan–slogan yang acap ditulis di spanduk raksasa seperti, “Aku cinta sampai mati”, “Mendukungmu sampai kiamat”, dan lain sebagainya mudah ditemukan di sudut-sudut stadion, penjuru kota serta muncul dalam bentuk foto di berbagai media nasional maupun lokal yang terafiliasi kepada klub.

Seperti buku yang ditulis Antony Sutton dalam buku The Indonesian Way of Life, sepakbola sudah menjadi pandangan hidup bagi orang Indonesia.

Berdasarkan informasi yang berseliweran di media sosial, Piala Menpora diselenggarakan dengan mengikuti protokol kesehatan agar tak menjadi penyebab menyebarnya virus Covid-19 yang cukup tinggi di Indonesia. Salah satu yang mencolok adalah larangan bagi suporter untuk datang ke stadion buat menonton secara langsung.

Hal ini tentu menjadi tantangan tersendiri bagi seluruh elemen yang terlibat. Khususnya pihak keamanan, klub dan suporter sendiri.

Pasalnya, fanatisme berbalut kerinduan bisa saja membutakan mata suporter. Dalih bahwa mereka sudah rindu menyaksikan timnya berlaga bakal dilambungkan sebagai faktor utama mereka hadir ke stadion. Padahal pihak penyelenggara sudah menyatakan bahwa hal tersebut dilarang.

Andai hal ini terjadi, maka klub dan suporter sendiri yang paling dirugikan. Pasalnya, pihak Kepolisian akan kembali menimbang-nimbang layak tidaknya PSSI menghelat kompetisi resmi.

Jika dirasa tak layak, maka besar kemungkinan kompetisi sepakbola nasional tak mungkin diselenggarakan dalam waktu dekat.

Setelah berpuasa selama kurang lebih setahun, Piala Menpora bisa menjadi pelepas dahaga publik penggila sepakbola nasional.

Oleh karena itu, tak perlu kaget bila turnamen pra-musim yang satu ini akan memunculkan tensi panas. Baik di lapangan maupun media sosial. Ada gengsi yang diadu. Ada fanatisme yang mengalami bentrokan.

Terlebih, kultur di Indonesia menjunjung tinggi kesuksesan adalah segalanya. Walau hanya memenangkan turnamen pra-musim, tetapi level kebahagiaan para suporter akan sama ekstremnya dengan menjuarai liga atau piala domestik.

BACA JUGA:  Sepenggal Cerita Kompetisi Perserikatan Tahun 1931 (Bagian Pertama)

Harapan saya pribadi, Piala Menpora dapat diselenggarakan dan berjalan lancar sedari awal kejuaraan sampai babak final. Kelak, turnamen ini bisa menjadi pintu gerbang sebelum kembali menggulirkan Liga 1 (serta liga-liga di bawahnya) serta Piala Indonesia.

Komentar
Tersasar menjadi PNS, tetapi tetap memperhatikan sepakbola nasional usai gagal menjadi pemain profesional. Suka sejarah dan hobi melakoni awaydays. Mari bertegur sapa di Twitter via akun @bang_pan71.