Undian babak 16 besar Liga Champions dan 32 besar Liga Europa telah selesai dilaksanakan. Beberapa laga yang melibatkan sesama kesebelasan kuat pun tak terhindarkan.
Di Liga Champions misalnya, tersaji duel antara Arsenal (ENG) vs Barcelona (SPA), Juventus (ITA) vs Bayern Muenchen (GER), AS Roma (ITA) vs Real Madrid (SPA) dan Paris Saint-Germain (FRA) vs Chelsea (ENG). Sedangkan untuk Liga Europa sendiri di antaranya mempertemukan gelaran Fiorentina (ITA) vs Tottenham Hotspur (ENG), Borussia Dortmund (GER) vs FC Porto (POR), Galatasaray (TUR) vs Lazio (ITA) dan Villarreal (SPA) vs Napoli (ITA).
Bila penulis menelisik laga-laga tersebut, maka undian yang didapatkan oleh kesebelasan Italia boleh dibilang relatif sulit. Lawan yang akan mereka hadapi nanti memiliki kualitas yang tak terlalu jauh berbeda atau bahkan ada yang sedikit di atas mereka. Hal ini bisa menjadi batu sandungan bagi mereka untuk melaju sejauh mungkin ke babak selanjutnya guna mengharumkan kembali nama Italia di kancah percaturan sepak bola Eropa.
Wakil dari Italia memang sudah cukup lama tidak meraih gelar di kompetisi Eropa. Terakhir kali wakil mereka mampu menggapai singgasana juara terjadi di ajang Liga Champions musim 2009/2010 tatkala FC Internazionale berhasil membekap Bayern Munchen dua gol tanpa balas di partai puncak lewat brace (dua gol) Diego Milito.
Sedangkan Parma tercatat sebagai wakil terakhir mereka yang mampu mempersembahkan gelar Liga Europa pada musim 1998/1999 saat kompetisi tersebut masih bernama Piala UEFA.
Kekeringan gelar di kompetisi Eropa ini sudah sewajarnya cepat diakhiri. Bukan hanya untuk mengembalikan pamor sepak bola mereka, namun juga menempatkan posisi mereka ke titah yang sebenarnya.
Italia sempat merajai kompetisi Eropa pada periode 1990-an. Gelar Liga Champions, Piala UEFA maupun Piala Winners mampu disabet oleh wakil-wakil mereka pada masa itu.
Upaya untuk mengembalikan masa emas tersebut sudah mulai ditunjukkan dengan serius oleh kontingen Italia pada dua musim terakhir. Pada musim 2013/2014 Juventus mampu mencapai babak semifinal Liga Europa.
Pencapaian itu sukses diulangi oleh Fiorentina dan Napoli semusim berselang di kompetisi yang sama. Juventus sendiri mampu mencapai babak final Liga Champions 2014/2015 sebelum akhirnya harus keok dari Barcelona dengan skor 3-1.
Melihat pencapaian positif dalam dua musim terakhir tersebut, wajar kiranya bila timbul harapan untuk melihat wakil Italia mampu menggondol salah satu atau syukur-syukur dua gelar kompetisi Eropa musim ini.
Apalagi mengingat hajatan partai puncak Liga Champions 2015/2016 akan dihelat di San Siro, yang notabene adalah markas dari duo Milan, yakni Inter dan AC Milan, akan menjadi hal yang menggembirakan jika ada wakil Italia yang mampu mencapai babak final dan meraih gelar juara di negerinya sendiri.
Menjadi tugas Juventus dan AS Roma untuk mewujudkan hal tersebut. Meski lawan yang mereka hadapi di babak 16 besar nanti tergolong tangguh, bukan berarti mereka tidak punya peluang sama sekali.
Juventus telah memperlihatkan kemajuan yang cukup pesat di Liga Champions setelah musim lalu secara mengejutkan mampu melenggang hingga babak final. Rasa penasaran untuk membayar kegagalan mereka di final musim lalu bisa menjadi motivasi tambahan dalam menghadapi Bayern Munchen.
Begitu pula dengan AS Roma. Walau harus bersusah payah untuk bisa lolos ke babak 16 besar, namun mereka mengalami kenaikan prestasi dibanding musim lalu yang hanya mampu menempati peringkat ketiga di fase grup. Mereka pun tidak perlu merasa inferior menghadapi lawan mereka nanti, Real Madrid.
AS Roma bisa belajar dari pengalaman Juventus musim lalu yang mampu menyingkirkan Real Madrid di babak semifinal meski pada saat itu Real Madrid lebih difavoritkan ketimbang kesebelasan La Fidanzata d’Italia tersebut.
Sedangkan di ajang Liga Europa baik Napoli maupun Fiorentina tentunya ingin melebihi pencapaian mereka musim lalu yang hanya sanggup sampai babak semifinal. Rekor sempurna di fase grup bisa menjadi modal bagi Napoli dalam melakoni laga melawan Villarreal di babak 32 besar nanti. Mereka juga bisa memanfaatkan keangkeran San Paolo untuk meruntuhkan mental kesebelasan tamu yang datang.
Fiorentina sendiri akan menghadapi Tottenham Hotspur yang kebetulan musim lalu mereka singkirkan pula di babak 32 besar. Pengalaman tersebut bisa menjadi senjata tambahan bagi kesebelasan berjuluk La Viola tersebut di samping hasrat mereka untuk meraih gelar di ajang yang belum pernah mereka juarai ini.
Dan untuk Lazio, laga melawan Galatasaray akan menjadi laga yang tak gampang bagi peraih dua Scudetto ini. Berbekal catatan yang baik di fase grup dengan menempati posisi pertama dan tanpa kekalahan, pasukan Gli Aquilotti bolehlah menatap laga ini dengan optimis. Mereka juga tentu ingin menebus ketidakmampuan mereka melaju ke fase grup Liga Champions musim ini dengan berprestasi tinggi di Liga Europa.
Masih banyak waktu bagi wakil-wakil ini dalam mempersiapkan diri menghadapi lawan-lawan mereka di fase gugur nanti. Kesebelasan yang belakangan ini memperlihatkan performa yang kurang mengesankan seperti Lazio dan AS Roma misalnya masih memiliki kesempatan untuk memperbaikinya.
Bisa dengan mendatangkan pemain baru di bursa transfer musim dingin nanti maupun melakukan pergantian pelatih bila memang diperlukan.
Penulis sendiri berharap ada wakil Serie A di babak 16 besar Liga Champions dan 32 besar Liga Europa yang bisa melaju ke babak selanjutnya. Kalaupun tidak bisa semuanya lolos paling tidak jangan sampai seluruh kesebelasan terdepak sehingga mengikuti jejak Sampdoria yang sudah lebih dulu tersingkir pada putaran ketiga babak kualifikasi Liga Europa.
Dengan pengalaman sepak bola Italia yang terbiasa berkarib dengan situasi yang sulit, kans para wakil ini dalam melewati rintangan yang menghadang tetaplah besar. Dan rintangan itu akan mereka hadapi demi mengembalikan kejayaan sepak bola Italia di kancah Eropa.
Dai Dai Dai Calcio!