Di tanah Jerman, nama Bayern Munchen begitu identik dengan kesuksesan. Wajar saja karena tim dengan warna kebesaran merah ini punya segudang prestasi. Namun selain Bayern, publik juga perlu memperhitungkan nama Borussia Dortmund.
Sejak berdiri tahun 1909 silam, tim yang berkandang di Stadion Signal Iduna Park tersebut punya banyak silverwares di lemari trofinya.
Mulai dari titel Bundesliga, Piala Jerman, Piala Super Jerman, Liga Champions, Piala Winners, sampai Piala Interkontinental. Sangat kompetitif, bukan?
Ketika banyak kompetisi sepakbola di dunia terpaksa disetop akibat pandemi Corona, asosiasi sepakbola Jerman (DFB) memutuskan untuk melanjutkan lagi Bundesliga musim 2019/2020 yang sudah separuh jalan per 16 Mei 2020.
Kenyataan ini membuat perhatian khalayak tertuju ke tanah Jerman. Tak terkecuali kepada Dortmund yang sedang berupaya menyaingi Bayern dalam perebutan titel kampiun.
Hingga pekan ke-31, Die Schwarzgelben duduk di peringkat dua klasemen sementara dengan koleksi 66 poin. Mereka tertinggal tujuh angka dari Die Bayern yang berdiri gagah di puncak. Menahbiskan diri sebagai yang terbaik di Jerman memang tampak sulit, tapi minimal, Dortmund bisa menyegel pos empat besar guna lolos ke Liga Champions musim mendatang.
(Per 17 Juni 2020, Bayern memastikan diri sebagai jawara Bundesliga 2019/2020 usai memainkan laga pekan ke-32 terlebih dahulu dan menang 1-0 atas Werder Bremen).
Bayern München: 2019/20 Bundesliga champions 🏆 pic.twitter.com/v1zIObiZMc
— Bundesliga English (@Bundesliga_EN) June 16, 2020
Klub yang Ramah bagi Pemain Muda
Beberapa pekan lalu, Dortmund berduel dengan Bayern dalam lanjutan Bundesliga. Sejumlah kalangan menyebut ini partai penentuan guna mengetahui siapa raja di Jerman musim ini. Pada akhirnya, Die Bayern mengungguli Die Schwarzgelben via skor akhir 1-0 dan merenggangkan jarak poin antara kedua kesebelasan.
Menariknya, dalam kondisi tertinggal dan butuh gol untuk menyamakan atau bahkan membalikkan kedudukan, Dortmund justru memasukkan penggawa berusia 17 tahun, Giovanni Reyna. Pemuda asal Amerika Serikat itu menggantikan Erling Braut Haaland yang performanya dinilai tak maksimal. Namun sayang, Reyna tak memunculkan angin perubahan di tubuh Dortmund saat beraksi selama 18 menit.
Mengacu pada data Transfermarkt, anak asuh Lucien Favre memang didominasi penggawa muda. Manuel Akanji, Julian Brandt, Mahmoud Dahoud, Achraf Hakimi, Haaland, dan Jadon Sancho yang sering diturunkan sebagai pemain inti, tak ada yang berusia lebih dari 24 tahun.
Sementara Leonardo Balerdi, Mateu Morey, Tobias Raschl, dan Reyna yang umurnya 21 tahun ke bawah, berdiri sebagai pelapis. Andai tak buru-buru dijual dengan nominal selangit, Dortmund punya fondasi tim untuk lima bahkan sepuluh tahun ke depan.
Harus diakui bahwa Die Schwarzgelben memang tempat yang ramah untuk pemain muda berbakat. Pemilik delapan titel Bundesliga ini pernah meroketkan pemain muda seperti Ousmane Dembele, Mario Gotze, Mats Hummels, Christoph Metzelder, Christian Pulisic, dan Marco Reus. Kecuali sosok terakhir, mereka semua menimba ilmu dan memperkaya pengalaman di Stadion Signal Iduna Park selama beberapa musim sebelum akhirnya hijrah ke klub lain yang lebih mapan.
Setelah melanjutkan kompetisinya lagi per Mei lalu, Bundesliga mengizinkan klub melakukan pergantian pemain sebanyak lima kali dalam suatu pertandingan. Bagi Dortmund, aturan tersebut disambut baik karena mereka punya kesempatan cukup banyak untuk memainkan penggawa mudanya guna mengenyam pengalaman.
Kalau diibaratkan suatu badan usaha, Dortmund adalah perusahaan yang cocok bagi fresh graduate alias mereka yang baru saja lulus kuliah dan sedang memulai kariernya di dunia kerja. Meski pengalamannya minim, mereka punya tempat untuk mencari pengalaman sebelum kemudian pindah ke perusahaan yang lebih besar lagi di masa depan.
Terlebih, Dortmund punya figur-figur senior yang tak ragu buat membagi ilmunya kepada para junior. Roman Burki, Gotze, Lukasz Piszczek, Marcel Schmelzer, dan Axel Witsel dengan senang hati membimbing adik-adiknya supaya matang dan kompetitif.
Apalagi Favre yang menjabat sebagai pelatih juga bukan sosok yang anti terhadap pemain muda. Di sepanjang kariernya, Favre sering mengorbitkan pemain muda. Nama-nama semisal Blerim Dzemaili, Christoph Kramer, Reus, Marc-Andre ter Stegen, dan Granit Xhaka melejit berkat bimbingan lelaki berumur 62 tahun tersebut.
Memang tak semua penggawa muda bisa bersinar di masa depan dan jadi rebutan banyak klub papan atas. Namun Dortmund adalah entitas yang lihai mengembangkan bakat-bakat muda sehingga mereka punya kemampuan yang eksepsional. Saat ini, Haaland, Hakimi, dan Sancho, terus digosipkan hengkang dari Stadion Signal Iduna Park dalam waktu dekat karena diminati tim-tim bergelimang duit.
Pada akhirnya, karier adalah sebuah misteri. Setiap orang hanya bisa memimpikan, dan mempersiapkannya sebaik mungkin karena tak ada yang tahu bentuk masa depan. Para pemain muda Dortmund kini sedang melakukan itu. Apakah mereka kelak dipinang klub lebih besar, hanya waktu yang dapat menjawab.
Namun yang pasti, sekarang mereka bisa mendapatkan kesempatan berkembang semaksimal mungkin di rumah yang ramah bagi pemain muda bernama Dortmund.