Per musim kompetisi 2019, salah satu winger muda Indonesia yang meroket bersama Persela Lamongan, Saddil Ramdani, memutuskan untuk berpetualang ke luar negeri guna memperkuat tim Liga Super Malaysia, Pahang FA.
Pilihan yang dibuat Saddil diapresiasi banyak pihak. Pasalnya, merumput di luar Indonesia adalah hal yang patut dicoba sebagai cara untuk memperkaya pengalaman sekaligus meningkatkan kemampuan individu.
Meski demikian, tersiar kabar jika Saddil takkan memperpanjang kontraknya dengan Pahang. Alih-alih mudik ke Indonesia, menyeruak rumor jikalau pemudia berusia 20 tahun tersebut jadi incaran salah satu kesebelasan Belgia, Sint-Truiden.
Wajib diakui bahwa Eropa merupakan kiblat sepakbola. Hal ini disebabkan oleh popularitas sekaligus tata kelola kompetisi yang amat profesional di sana. Wajar bila pesepakbola dari kontinen lain, termasuk Asia, ngebet berkiprah di Benua Biru.
Kendati begitu, berkarier di Eropa bukanlah pekerjaan sepele. Dibutuhkan kerja keras, kemauan beradaptasi, keteguhan hati dan keberuntungan agar sanggup bertahan karena persaingan yang ada di sana juga teramat sengit. Para pemain dari Eropa sendiri maupun perantau dari Afrika, Amerika Latin, Amerika Utara sampai Australia juga ingin membuktikan diri.
Beberapa negara Eropa dengan kompetisi sepakbola yang ramah terhadap pemain Asia adalah Belanda, Belgia dan Jerman. Ketiganya merupakan negara yang fokus terhadap pengembangan pemain usia muda, diwujudkan melalui klub-klub yang memainkan banyak pemain produk akademi, dan tidak jor-joran mendatangkan pemain berharga mahal.
Banderol murah dan label pekerja keras yang menjadi imej pemain Asia, mendorong tim-tim dari tiga negara bertetangga itu merekrut pesepakbola dari Benua Kuning. Para penggemar sepakbola jelas mafhum bahwa nama-nama semisal Ali Daei, Shinji Kagawa, Yuya Kubo, Lee Young-pyo sampai Park Ji-sung naik daun saat berkarier di klub-klub dari tiga negara tersebut.
Klub-klub asal Belgia memang membuka pintu selebar-lebarnya untuk para pemain Asia dalam beberapa tahun terakhir, termasuk Sint-Truiden. Pada musim kompetisi 2019/2020 ini saja, De Kanaries diperkuat empat penggawa asal Asia yakni Tatsuya Ito, Daniel Schmidt, dan Yuma Suzuki (Jepang) serta Lee Seung-woo (Korea Selatan).
Ito adalah produk akademi Kashiwa Reysol yang sempat menimba ilmu di tim junior Hamburger SV. Bahkan dirinya sempat menjadi salah satu penggawa yang membantu usaha Die Rothosen mempertahankan diri di Bundesliga musim 2018/2019 silam meskipun gagal.
Sementara Schmidt adalah seorang kiper keturunan Amerika Serikat yang diproyeksikan jadi sosok andalan Jepang di bawah mistar untuk beberapa tahun ke depan.
Sedangkan Suzuki adalah striker yang sebelumnya merumput bareng Kashima Antlers dan sempat beroleh gelar Liga Champions Asia pada 2018 silam.
Terakhir, Lee Seung-woo adalah wonderkid yang sempat jadi kepunyaan Barcelona sebelum dilego ke Hellas Verona sampai akhirnya berlabuh ke klub yang bermarkas di Stadion Stayen tersebut.
Selain Sint-Truiden, ada Antwerp, Cercle Brugge, Charleroi, Eupen, Genk, Ghent, dan Waasland-Beveren yang dibela pemain Asia, khususnya dari Jepang.
Melimpahnya jumlah pemain Negeri Sakura dalam skuat Sint-Truiden maupun klub-klub Belgia lain tak lepas dari peran DMM, sebuah perusahaan internet besar asal Tokyo.
Perusahaan yang bergerak di bidang e-commerce dan online entertainment tersebut membeli 80% saham Sint-Truiden pada tahun 2017 silam. Secara otomatis mereka memegang kendali perihal kebijakan klub. Pemilik yang baru itu menyebut bahwa mereka akan melakukan pendekatan community-based sebagaimana telah diterapkan di J.League.
Musim lalu, ada lima pemain baru asal Jepang direkrut yaitu Wataru Endo, Daichi Kamada, Kosuke Kinoshita, Yuta Koike, dan Takahiro Sekine plus Takehiro Tomiyasu yang sudah menjadi bagian klub sejak tahun 2017 menjadikan Jepang punya enam penggawa di dalam skuat Sint-Truiden.
Sejauh ini, Sint-Truiden berhasil menciptakan imej bahwa mereka adalah tempat terbaik bagi para pemain Asia buat menimba ilmu di Eropa. Meski tak menutup kemungkinan bahwa ada pemain Asia yang gagal unjuk gigi di sana, contohnya adalah Nguyen Cong Phuong asal Vietnam.
Siapa yang bisa menduga kalau ketertarikan Sint-Truiden kepada Saddil memang benar adanya. Andai menjadi kenyataan, pemuda kelahiran Raha tersebut tak boleh menyia-nyiakan kesempatan yang terhampar di hadapannya demi meningkatkan kemampuan serta kematangan sebagai pesepakbola profesional.