Apakah Anda mulai bosan membaca kisah klub (yang dianggap) medioker menggondol gelar atau setidaknya memberikan kejutan? Sepertinya Anda akan membaca hal serupa di tulisan ini mengenai kisah PEC Zwolle di Belanda. Sebuah klub kecil di mana Jaap Stam dan Bert Konterman memulai karier profesionalnya.
Musim 2013/2014 bagaikan langit ketujuh bagi PEC Zwolle karena keberhasilan menjuarai KNVB Beker. Musim yang akan selalu menjadi cerita bagi para pemain dan suporter PEC Zwolle sampai 100 tahun ke depan. Kisah yang akan selalu diceritakan kepada anak-cucu orang-orang yang berkaitan dengan PEC Zwolle.
Seperti biasa, mengawali musim 2013/2014, PEC Zwolle tidak menjadi unggulan di kompetisi apa pun. Meskipun mereka menjuarai Eerste Divisie/Jupiler League (tier 2 Liga Belanda) sebanyak 3 kali dan runner-up sebanyak 5 kali, tetapi mereka hanya 14 musim bermain di liga teratas Belanda (sampai saat itu). Ditambah lagi klub ini pernah bangkrut dua kali pada tahun 1982 dan 1990 dan harus berganti nama.
Latar belakang itu lah yang membuat PEC Zwolle kurang diperhitungkan di kancah persepakbolaan Belanda. Alih-alih menjuarai sesuatu atau berada di posisi atas klasemen, selamat dari degradasi saja sudah prestasi yang baik buat mereka. Posisi akhir musim tertinggi PEC Zwolle di persepakbolaan Belanda adalah finis di posisi 8 Eredivisie pada musim pertamanya di sana, musim 1978/1979.
Namun, fakta-fakta inilah yang menjadikan PEC Zwolle menarik untuk kembali diceritakan ketika mereka berhasil menggondol KNVB Beker. Agar lebih menarik lagi dibandingkan kisah heroisme klub lain, hanya dua kali PEC Zwolle berada di top half klasemen akhir Eredivisie sebelum musim 2013/2014. Dan hanya sekali mereka memiliki selisih gol positif di klasemen akhir Eredivisie sebelum musim 2013/2014.
Banyak yang mengatakan bahwa kesuksesan PEC Zwolle bukanlah dari investasi instan. Reformasi bisnis dilakukan pada masa Presiden Ronald van Vliet (1998 – 2009) dengan kesuksesan terbesar adalah pembangunan stadion baru yang modern (2007 – 2009).
Ini kemudian diteruskan oleh Presiden Adriaan Visser yang fokus pada pengembangan pemain muda dan kemudian menjualnya dengan harga bagus. Visser juga sukses meningkatkan rataan penonton tiap tahunnya sejak menjabat sebagai presiden klub – dari 5 ribuan penonton pada 2009 menjadi 12 ribuan pada 2016.
Rekor pembelian termahal PEC Zwolle adalah Jody Lukoki (£425 ribu) pada 2014. Bandingkan dengan rekor penjualan termahal yang mencapai £1,62 juta, yaitu Jesper Drost pada 2015. Sejak diambil alih Presiden Visser, total pembelian pemain di atas £100 ribu adalah £1,22 juta, sedangkan total penjualan mencapai £8,41 juta. Bisnis yang cukup baik oleh klub kecil ini.
Perjalanan menuju gelar KNVB Beker 2014
Baik, sekarang kita akan membicarakan perjalanan heroik PEC Zwolle menuju gelar KNVB Beker 2014. Sebagai anggota Eredivisie, mereka langsung tampil di babak kedua KNVB Beker.
Mereka menghadapi Fortuna Sittard (Eerste Divisie) di kandang dan menang 2–0. Di babak ketiga, PEC Zwolle mendapat lawan mudah, yaitu Wilhelmina 08, klub amatir yang bermain di tier 6 Liga Belanda. Kemenangan telak 4–0 pun diperoleh dan membawa PEC Zwolle ke perdelapan final.
Kembali PEC Zwolle tidak menemui jalan terjal di perdelapan final ketika menghadapi tim dari Eerste Divisie, Excelsior Rotterdam. Di babak ini mereka menang telak 4–1 di kandang lawan. Kemudian di perempat final, PEC Zwolle lagi-lagi menghadapi tim amatir di kandang, JVC Cuijk yang merupakan anggota Derde Divisie (tier 3 Liga Belanda). Lagi-lagi kemenangan telak 5–1 berhasil mereka raih.
Baru di semifinal, PEC Zwolle menghadapi NEC Nijmegen yang bisa dianggap lawan sepadan. Pertandingan dilangsungkan di kandang PEC Zwolle yang dipenuhi suporter tuan rumah. PEC Zwolle sukses menekuk tim tamu dengan skor tipis 2–1 dengan gol penentu kemenangan pada menit ke-81 oleh van der Werff. Penantian 37 tahun bermain di final KNVB Beker berakhir sudah bagi PEC Zwolle.
Hal yang mengejutkan justru terjadi di final KNVB Beker 2014, PEC Zwolle vs Ajax Amsterdam di De Kuip. Di atas kertas, Ajax diunggulkan untuk memenangkan gelar ke-19 KNVB Beker. Namun, PEC Zwolle secara mengejutkan malah tampil hebat dengan menggulung Ajax 5–1 di partai puncak ini. Padahal, Ajax sendiri bermain dengan pemain terbaiknya (minus kiper karena terkait kontrak kiper kedua, Kenneth Vermeer).
Baru saja wasit meniup peluit kick-off, suporter Ajax berulah dengan melempar kembang api ke dalam stadion. Hal ini cukup membuat pemain PEC Zwolle tegang dan tertinggal di menit ketiga melalui tendangan keras dari luar kotak penalti oleh van Rhijn.
Suporter Ajax kembali berbuat ulah di menit kelima dengan melempar kembang api ke dalam lapangan. Sampai-sampai, Edwin van der Saar turun ke lapangan untuk menenangkan suporter Ajax.
Setelah suporter Ajax dapat ditenangkan kembali, PEC Zwolle menggila. Mereka langsung mencetak gol pada menit ke-8 setelah tendangan Ryan Thomas dari dalam kotak penalti membentur kaki Niklas Moisander. Ryan Thomas kembali menjadi momok bagi Ajax di menit ke-12 melalui golnya, hasil dari rebound tendangan bebas van der Werff.
Sepuluh menit berselang, Guyon Fernandez mengubah skor menjadi 3–1. Fernandez menerima umpan dari Mokotjo, lolos dari perangkap offside, dan menceploskan bola lewat selangkangan Vermeer.
Pertandingan sudah berakhir bagi Ajax secara teknis ketika Fernandez mencetak gol keduanya menit ke-34 dan menjadikan skor 4–1 untuk PEC Zwolle. Fernandez unggul duel udara melawan Moisander dan bola tandukan Fernandez merangsek ke pojok kanan gawang Vermeer.
Frank de Boer dan anak asuhannya sudah kehilangan visi di babak kedua. Ini terlihat jelas ketika mereka benar-benar outplayed oleh PC Zwolle. Baru empat menit babak kedua berjalan, van Poelen mencetak gol melalui tendangan keras dari dalam kotak penalti memanfaatkan umpan sepak pojok Mateusz Klich. Bahkan PEC seharusnya bisa menambah 3 gol lagi andai Ryan Thomas, Mateusz Klich, dan Giovanni Gravenbeek tidak menyia-nyiakan peluang emas di depan gawang.
Dongeng indah pun dirajut oleh PEC Zwolle, terlebih lagi bagi pendukungnya yang belum pernah merayakan kemenangan di major competition seperti ini.
Rajutan dongeng untuk tim lain
Kegilaan cerita PEC Zwolle ditakdirkan untuk bertahan sedikit lebih lama. Sekitar 4 bulan setelah kemenangan di KNVB Beker, PEC Zwolle kembali menaklukkan Ajax di ajang Johan Cruijf Schaal dengan skor 1–0. Padahal Ajax sudah diperkuat rekrutan anyar, Arkadiusz Milik, pemain yang kemudian menjadi perbincangan di EURO 2016. PEC Zwolle masih mengandalkan muka-muka lama.
Gol kemenangan dicetak Stef Nijland pada menit ke-55 setelah menerima umpan silang Mokotjo. Pesta kedua PEC Zwolle digelar di Amsterdam Arena, kandang Ajax. Mereka bersiap merajut kembali dongeng yang baru saja selesai dituliskan di musim 2014/2015.
Di musim 2014/2015 ini, PEC Zwolle tampil di Eropa untuk pertama kalinya, meskipun langsung kalah di babak play-off. Posisi akhir di klasemen Eredivisie lebih baik dari musim sebelumnya, naik 5 posisi ke posisi 6. Posisi tertinggi sepanjang sejarah klub.
Hal yang mengejutkan di musim itu adalah PEC Zwolle kembali tampil di final KNVB Beker 2014/2015. Satu lagi dongeng yang bisa diceritakan sampai 100 tahun ke depan oleh para suporternya.
Di final KNVB Beker ini, PEC Zwolle menghadapi tim kejutan lainnya, FC Groningen. Di atas kertas, PEC Zwolle sedikit diunggulkan karena peringkatnya yang lebih tinggi di klasemen Eredivisie. Pertemuan pertama di liga juga dimenangkan PEC Zwolle dengan skor 2–0.
Kali ini rajutan dongeng harus dibagi ke tim kecil lainnya. Groningen yang belum pernah juara di major competition apa pun meraih kemenangan 2–0 melalui gol Albert Rusnak, striker pinjaman dari Manchester City.
Hanya saja Groningen tidak menjuarai Johan Cruijf Schaal setelah ditaklukkan PSV. Suatu hal yang cukup wajar sebenarnya di Belanda. Namun dongeng PEC Zwolle, dan ditambah dongeng Groningen, akan menjadi cerita bagi anak-cucu di dua kota itu. Hal yang susah terulang sampai 100 tahun mendatang.