Tulisan di bawah ini merupakan terjemahan bebas dari wawancara pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae-yong, dengan salah satu media Korea Selatan. Wawancara dalam bahasa aslinya dapat diakses di sini.
“Tidak seperti (kesepakatan) di awal, berubah-ubah, dan tidak kooperatif,” ungkap Shin saat ditemui di sebuah kafe di Nonhyeon-dong, Gangnam-gu, Seoul, hari Rabu (17/6/2020) waktu setempat. “Saya sudah tidak tahan lagi,” tambahnya.
Shin menandatangani kontrak empat tahun dengan PSSI pada tanggal 28 Desember tahun lalu. Kontrak empat tahun tersebut terhitung sejak Januari tahun 2020. Dia memegang kendali untuk tim nasional senior, U-23, dan U-20.
Ia menolak gaji besar yang diberikan oleh klub sepakbola China (Shenzhen FC) dan menerima tawaran dari PSSI dengan komitmen penuh terhadap kontrak tersebut.
Presiden Joko Widodo juga meminta, “Saya harap semua bisa berusaha dengan baik, mengingat Indonesia juga sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 2021.”
Pada bulan Maret, pemerintah Indonesia mengumumkan bahwa semua aktivitas sepakbola nasional terpaksa dihentikan. Atas izin dari PSSI, Shin sementara mudik (ke Korea Selatan) sejak 4 April lalu. By the way, setelah sekian lama wajah Shin terlihat lebih gelap.
Apakah sudah ada jadwal pasti untuk kembali ke Indonesia?
Ada pertambahan seribu pasien positif Corona setiap harinya di Indonesia. Namun, PSSI mengatakan kepada para pelatih untuk kembali berlatih di sana.
Apakah tidak ada alternatif lain?
Sejak pertengahan bulan lalu, sebanyak 40 pemain Timnas U-19 melakukan latihan online setiap harinya. Terdapat pula rencana latihan yang akan dilakukan pada bulan April hingga Mei tahun 2021 di Jerman.
Akan tetapi, Corona meluas dan seluruh program latihan dikembalikan kepada PSSI. Mulai 1 Juli, saya ingin melakukan pemusatan latihan di Korea Selatan dan negara lain.
Alasannya adalah…
Ketika kami berlitah shuttle run dengan pemain Korea, mereka biasanya bisa mencapai 60 hingga 70. Namun, dengan pemain Indonesia, mereka melakukan 30 sampai 40, lalu menyerah.
Saya sebenarnya tidak ingin membuat program latihan terlalu berat. Namun, saya berharap kita menyadari di mana posisi kita saat ini. Saya berpikir kita hanya bisa meraih target dengan meningkatkan kemampuan.
Saat Piala Dunia 2002, Timnas Korea Selatan melaju ke semifinal setelah sebelumnya kalah melawan tim-tim kuat ketika laga uji tanding.
Dengan kondisi seperti sekarang, tidak mungkin kita bisa menghadapi tim-tim kuat atau menghadapi pemain dengan level yang lebih tinggi jika Timnas Indonesia melakukan pemusatan latian di negaranya, mengingat penyebaran Corona di Indonesia cukup mengkhawatirkan.
Jadi, ketika negara lain sedang berusaha meningkatkan kemampuan dan performa mereka termasuk kondisi fisik, asupan gizi secara periodik, dan program latihan 6 mingguan ditambah dengan evaluasi dari laga uji tanding, kami baru berencana kembali ke Indonesia untuk melakukan pemusatan latihan pada bulan September.
Apakah PSSI tidak kooperatif?
Ketua Umum PSSI (Mochamad Iriawan) dalam sebuah wawancara kepada awak media mengatakan akan mendukung penuh program saya. Saya menerima tantangan tersebut karena tertarik dengan visi dan potensi dari PSSI.
Untuk melakukan itu semua, kita harus bergerak bersama, langkah demi langkah. Pada awalnya, saya berpikir akan melakukan segalanya untuk PSSI, tetapi sikap saya sudah berubah sekarang.
Bagaimana itu bisa berubah?
Saya tidak ingin bicara banyak. Namun, PSSI harus fokus kepada sepakbola.
Sebagai contoh…
PSSI sering mengubah manajemen dan kebijakan. Ratu Tisha, yang sudah dikenal dengan kemampuannya, tiba-tiba keluar pada bulan April.
Selain itu, PSSI dengan mudah menerima permintaan seorang pelatih lokal. Kemudian, setelah pemusatan latihan di Thailand, pelatih tersebut pulang tanpa pamit di bandara. Di pertemuan keesokan harinya, saya mencoba untuk menerimanya andai ia mengakui kesalahannya.
Namun, dia bertanya kepada saya apa yang salah. Ketua PSSI, yang merupakan mantan petinggi kepolisian, meminta saya untuk memanggilnya. Pelatih itu kemudian berhenti, lalu diangkat menjadi Direktur Teknik PSSI dua bulan berselang.
Apakah target yang diminta oleh PSSI?
Kami wajib mencapai semifinal Piala Asia U-19 di Uzbekistan bulan Oktober tahun ini. Kemudian, kami diberi target untuk juara di Piala AFF. Pada Piala Dunia U-20 yang diselenggarakan di Indonesia tahun depan, kami juga harus bisa mencapai delapan besar dan melaju ke semifinal.
Saya bertanya, “di mana peringkat Indonesia di FIFA?”
“Urutan 173,” ujar seorang pejabat senior di PSSI.
Media lokal memberitakan bahwa gaji Anda terlambat
Gaji terpotong 50 persen, tetapi saya bisa memaklumi dengan pertimbangan situasi di tengah pandemi. Disamping itu, gaji bulan April terlambat 15 hari, gaji bulan Mei terlambat 10 hari, dan untuk bulan Juni tepat waktu.
Apa yang Anda inginkan dari PSSI?
Ketika membuat program untuk tim nasional dan pemain, saya ingin kita bisa bekerja bersama untuk sesuatu yang lebih baik. Seorang sutradara bukanlah seorang pesulap. Ada yang namanya proses. Ketika mimpi sepakbola Indonesia bisa terwujud, saya berharap menjadi bagian dari sejarah itu.
Pertandingan perdana di Jakarta (Persija vs Borneo FC, red) dihadiri oleh sekitar 70.000 orang sebelum pandemi Corona menyerang. Atmosfer sepakbola Indonesia sangat kuat. Dengan adanya penyelenggaraan Piala Dunia U-20 tahun depan, pemerintah Indonesia juga pasti akan jauh lebih antusias.