Surat Terbuka untuk Pendukung Liverpool Seluruh Dunia

Keajaiban selalu memiliki momentum yang tepat, kapan dan di mana ia harus hadir. Harapan yang tinggi, yang diiringi dengan rasa percaya, menjadi sebuah pemicu akan hadirnya keajaiban.

Bukankah orang-orang yang tidak memiliki harapan dalam hidup, sama saja dengan mati? Maka mulailah dengan harapan, yakini, dan percaya, maka keajaiban akan datang dengan sendirinya.

Pada 25 Mei 2005 lalu, tepat pada saat-saat menjelang subuh. Saya menjadi saksi hidup dari sebuah keajaiban.

Adalah pertandingan final Liga Champions, yang mempertemukan AC Milan vs Liverpool, dalam suatu pertandingan yang menjadi salah satu partai terbaik dan paling diingat dalam sejarah sepak bola Eropa, bahkan dunia.

Kita semua tahu, Liverpool tertinggal 3 gol lebih dulu, sebelum akhirnya menyamakan kedudukan dalam waktu 6 menit saja. Yah, hal-hal ajaib seperti ini memang tak pernah lepas dari sepak bola, dan saya bahagia bisa menjadi saksinya.

Tuhan benar-benar berkuasa atas dunia dan segala isinya. Bahkan kali ini, Tuhan sepak bola pun sejalan dengan-Nya.

Hari ini, 15 April 2016, saat pertandingan Liverpool vs Dortmund, dalam lanjutan leg kedua Europa League di Anfield, Tuhan kembali menampakkan kuasanya. Masih dengan tokoh utama yang sama, yaitu Liverpool, namun dengan jalan cerita yang sedikit berbeda.

Tak akan ada yang mengelak, bila tertinggal 2 gol lebih dulu, menjadi sebuah beban yang berat bagi sebuah tim, begitu pun Liverpool. Namun saat momentum kembali dibangun dengan mencetak sebuah gol balasan, Liverpool harus kembali menelan pil pahit ketika gawangnya berhasil dibobol untuk yang ketiga kalinya.

Namun akhirnya mereka berhasil mencetak 3 gol sekaligus, dan memastikan tempat mereka di semifinal Europa League musim ini.

Apa yang saya dan Anda saksikan Jumat subuh (15/4), seolah kejadian yang terulang dari final 2005, di Istanbul lalu. Mungkin dewi fortuna yang menaungi Istanbul lalu, kini terbang dan menaungi Anfield.

BACA JUGA:  4 Dokumenter Sepakbola yang Wajib Kamu Tonton

Mungkin semangat para pendahulu, telah sampai dan menyentuh para pemain Liverpool. Berbagai spekulasi di luar batas kewajaran, memang wajar bila dihembuskan.

Namun semua tak lepas dari semangat dan determinasi para pemain, taktik dan kemampuan Juergen Klopp dalam memotivasi pemain, serta semangat para kopites yang tak padam, meski berusaha diremukkan oleh gelombang pesimisme.

Bagaimana cara mereka bangkit, atau apa yang dikatakan Juergen Klopp di ruang ganti, biar selayaknya menjadi sebuah rahasia yang indah, yang hanya mereka dan Tuhan saja yang tahu. Kopites cukup melihat hasilnya, berbahagia, namun tak lupa untuk mengucap syukur atas campur tangan keajaiban Tuhan di dalamnya.

Kopites, semua ini adalah bagian dari sebuah perjalanan. Perjalanan panjang untuk mengembalikan kejayaan, yang di masa lalu sempat kita gumamkan dan banggakan.

Sikapi semua ini dengan sebuah sikap wajar, ingatlah bahwa kita belum mendapatkan apa-apa. Jangan jadikan jemawa kalian menjadi penutup mata dan hati kalian, ingatlah bahwa kita belum mencapai apa-apa.

Meski setelah kemenangan ini, kita seakan-akan sudah hampir mencapai tujuan, namun yakinlah kawan, masih banyak langkah yang harus kita tempuh. Masih banyak luka yang tak bisa kita lewati sendiri. Masih banyak kebahagiaan seperti hari ini, yang harus kita bagi.

Jika pahit? nikmatilah pahitnya. Jika manis? Maka syukurilah. Karena hakikat dari perjalanan, bukan hanya soal tujuan, tapi ada hal-hal yang lebih diingat ketika kita sedang melaluinya, daripada ketika kita telah sampai di tujuan.

Sebuah kejatuhan, memang menjadi media pembelajaran yang berharga tentang kebangkitan. Namun, belajar menahan diri saat berada di puncak, bukan perkara mudah.

Ingatlah kawan, kita tak pernah diajarkan untuk menjunjung tinggi kata “glory” namun kita diajarkan untuk saling mendukung dan mengingatkan. Masing-masing dari kita tak akan pernah membiarkan masing-masing dari kita untuk melewati segala sesuatunya dengan sendiri.

BACA JUGA:  Ishizaki yang Pantas Diteladani

Karena kebersamaan, adalah intisari dari semboyan yang selalu kita banggakan.

“At the end of the storm, there’s a golden sky.” Semoga menjadi penggalan lirik yang sejalan dengan doa, harapan, yang akhirnya berujung pada kenyataan bagi para Kopites.

Sebuah harapan untuk kembali menggapai sebuah era emas, yang dulu sempat kita kecap. Semoga semua ini, menjadi sebuah titik balik bagi kita untuk menjadi lebih baik. Bukan menjadikan kita lupa dan jemawa, lalu menghancurkan diri kita sendiri, yang ironisnya, kita lakukan karena kita lupa diri.

Teruslah berharap, karena hidup tanpa harapan, sama saja dengan kematian.

You’ll Never Walk Alone

 

Komentar