Tak Ada Tempat Seindah Barcelona, Messi!

Kekalahan telak 2-8 dari Bayern Munchen di babak perempatfinal Liga Champions benar-benar mengoyak Barcelona. Kegagalan meraih trofi apapun di musim ini membuat situasi di tubuh internal tim mendidih. Ada banyak nama yang dikambinghitamkan oleh fans karena rapor jeblok Barcelona kali ini, mulai dari Quique Setien di bangku pelatih sampai Josep Bartomeu yang merupakan presiden klub. Lebih mengerikannya lagi, berhembus kabar jika sang megabintang andalan, Lionel Messi, ingin minggat dari Stadion Camp Nou.

Ketidakcocokan Messi terhadap kebijakan-kebijakan klub ditengarai sebagai alasan utama kenapa Messi ingin angkat kaki dari klub yang sudah ia bela sedari bocah tersebut. Kegagalan Los Cules meraih prestasi di musim ini hanyalah pemantik dari rasa tidak nyaman yang sudah dirasakan La Pulga, julukan Messi, selama beberapa musim ke belakang.

Berita tentang keinginan Messi pindah juga dinilai sebagai bentuk luapan emosional sang megabintang. Pasalnya, dahulu ia pernah melakukan hal serupa tatkala gagal mengantar tim nasional Argentina jadi kampiun di Copa America 2016. Namun kenyataannya, hal itu tidak terwujud.

Andai di akhir kisah nanti Messi betul-betul menanggalkan jersi Barcelona, maka bisa kita tafsirkan bahwa itu adalah wujud amarah sang pemain. Apalagi di momen pandemi Corona seperti sekarang, mayoritas tim-tim sepakbola di penjuru dunia juga mengalami problem finansial.

Messi memang sudah berusia 33 tahun, tapi kemampuannya masih sangat eksepsional. Ditambah besaran gaji yang menyentuh angka 500 ribu Euro per pekan dan nominal buy out sebesar 700 juta Euro, rasanya agak mustahil melihat salah satu dari sekian klub Benua Biru rela menggelontorkan dana masif dalam situasi seperti sekarang.

Lebih jauh, membahas kepergian Messi dari Barcelona tak melulu soal uang atau prestasi. Sepasang hal itu sudah didapatkan semua oleh La Pulga. Walau demikian, penggawa setinggi 170 sentimeter ini membawa segudang kompleksitas. Pertama, tentu saja berkaitan dengan strategi yang dijalankan bersama Messi. Kedua, sebagai figur spesial, lelaki Argentina tersebut butuh perlakuan yang berbeda.

BACA JUGA:  Timnas Indonesia: Tak Ada Piala Dunia, Piala Asia pun Jadi

Selama ini, cuma Barcelona yang terbukti mampu mengeluarkan segenap kemampuan Messi. Bersama Argentina, suami dari Antonella Rocuzzo itu berulangkali menemui kegagalan sehingga cacian bahwa dirinya tak bisa meraup prestasi kala memperkuat negaranya terus menguat. Alfio Basile, Diego Maradona sampai Jorge Sampaoli di kursi pelatih La Albiceleste kesulitan untuk menemukan ramuan terbaik agar kilau Messi di Argentina sama indahnya dengan di Barcelona.

Bisa dikatakan hanya dua orang pelatih yang mampu mengeluarkan kemampuan terbaik La Pulga yakni Pep Guardiola dan Luis Enrique. Semenjak menukangi tim utama Barcelona per musim 2008/2009 silam, Guardiola telah merancang desain skema permainan guna mengoptimalkan kemampuan Messi. Apalagi saat itu ada sejumlah pemain dengan skill brilian seperti Sergio Busquets, Andres Iniesta, Gerard Pique, Carles Puyol, dan Xavi Hernandez yang dapat menopang Messi.

Meski menghadirkan sedikit perubahan, Enrique tetap mengandalkan nama-nama yang sama sebagai pilar utama Barcelona. Lebih asyiknya lagi, lelaki yang sekarang membesut tim nasional Spanyol itu punya Messi, Neymar dan Luis Suarez di sektor depan. Trio MSN pun ditahbiskan sebagai salah satu mesin gol terbaik di Eropa dan dunia pada masanya.

Semenjak debut hingga melesat jadi pemain utama, siapapun tahu bahwa Messi adalah pusat tata surya di tubuh Los Cules. Sehebat apapun pemain lainnya, status mereka tetaplah aktor pendukung. Maka tak perlu kaget saat mengetahui Barcelona rela mengeluarkan banyak uang supaya Messi betah di tanah Catalan. Wajib diakui bahwa klub yang berdiri tahun 1899 itu tahu bagaimana cara memaksimalkan potensi ekstraterestrial yang diwahyukan Tuhan kepada pria kelahiran Rosario tersebut.

Sayangnya, dalam beberapa musim terakhir, ketergantungan Barcelona kepada Messi tampak semakin besar. Padahal di saat yang sama, La Pulga semakin menua dan rekan-rekan hebatnya pergi satu per satu, baik karena pensiun maupun ingin mencoba peruntungan di klub lain. Praktis hanya Busquets dan Pique, kepingan tersisa dari generasi emas Barcelona, yang masih menemani Messi.

BACA JUGA:  Membangunkan PSIM di Waktu yang Tepat

Layaknya proses evolusi yang berjalan perlahan, Barcelona juga tengah dihadapkan pada keadaan serupa. Kejayaan yang dulu begitu mudah dipetik, kini terasa sulit sekali. Maka satu-satunya cara agar mereka dapat kembali ke momen itu adalah berbenah.

Akan tetapi, saya merasa bahwa melakukan itu tanpa Messi adalah kemustahilan bagi Barcelona. Kepergiannya berpotensi mempersulit Los Cules tetap ada di level tertinggi. Di sisi lain, La Pulga bakal sukar menemukan tim yang dapat mengoptimalkan kemampuannya dan bikin dirinya nyaman. Ya, sampai saat ini, tak ada tempat seindah Barcelona baginya.

Andai hengkang ke Manchester City yang punya duit segudang dan sekarang ditukangi Guardiola, Messi tentu butuh proses adaptasi dengan lingkungan baru. Bisa saja hal tersebut berlangsung lambat. Pun bila ia hijrah ke Internazionale Milano yang dikabarkan tertarik untuk merekrutnya. Sanggupkah Antonio Conte mendayagunakan Messi?

Pindah klub bukanlah jawaban dari problem yang kini menimpa Messi dan Barcelona. Los Cules membutuhkan sang megabintang untuk melakukan proses rebuild bersama pelatih anyar, Ronald Koeman, yang kemarin (19/8) diresmikan sebagai pelatih anyar menggantikan Setien. Kehilangan Messi dalam waktu dekat akan mengacaukan cetak biru yang sudah menggaransi Barcelona kembali ke puncak kejayaan.

Untuk menahan Messi, Barcelona harus menunjukkan komitmen nyata guna melakukan perbaikan. Masuknya Koeman bisa jadi awal proses tersebut. Selanjutnya, Los Cules tinggal membereskan masalah-masalah internal dan mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang membantu klub buat melaju ke depan, menembus gelombang ujian, dan kembali memanen gelar, bukan sebaliknya.

Komentar
Sesekali mendua pada MotoGP dan Formula 1. Bisa diajak ngobrol di akun twitter @DamarEvans_06