Selamat kepada Tim Nasional Indonesia dan seluruh penggemar skuad Garuda yang secara ‘dramatis’ telah mengalahkan Timnas Singapura guna menjejak babak final Piala AFF 2020.
Selanjutnya, giliran Timnas Thailand yang sudah menanti di panggung final pagelaran sepakbola Asia Tenggara ini. Sepasang laga final bakal dimainkan di Stadion Nasional Singapura.
Pada momen–momen seperti ini, saat pasukan Garuda mampu berbicara banyak pada suatu kejuaraan, lagu Garuda di Dadaku seolah tak pernah absen.
Lagu yang dipopulerkan oleh grup band NTRL tersebut akan hadir sebagai backsound cuplikan pertandingan di berbagai media atau bahkan menjadi bagian inti dalam iklan pemasaran suatu produk.
Lagu Garuda di Dadaku seolah melekat dalam euforia kejayaan Timnas Indonesia.
Tanpa mengesampingkan kerja keras anak asuh Shin Tae-yong, melenggang ke fase final Piala AFF bukan hal yang asing bagi Indonesia.
Sejak pertama kali digelar tahun 1996 dengan nama Piala Tiger, hingga saat ini Indonesia telah menjadi finalis sebanyak lima kali. Sungguh digdaya.
Sayangnya, pasukan Garuda malah belum sekalipun mencicipi gelar juara dan mengangkat gelar prestisius di kancah sepakbola Asia Tenggara itu.
Indonesia justru lebih kondang sebagai spesialis runner up karena selalu kalah di partai final.
Pertandingan Final Piala AFF 2020 yang digelar tahun ini akan menjadi final keenam Timnas Indonesia.
Dalam beberapa momen perhelatan kejuaraan bonafide di kawasan Asia Tenggara ini, Indonesia tampil dominan dan gemilang serta ditakuti oleh lawan–lawannya.
Akan tetapi, di setiap pertandingan final segalanya menjadi antiklimaks. Rasanya, para penggawa Timnas Indonesia dan para fans dibuat kelewat cepat terbang sehingga terbuai dengan laju tim yang berhasil melenggang ke final.
Padahal, tampil bagus di fase grup sampai semifinal takkan pernah cukup untuk membawa pulang trofi juara. Harus ada penampilan klimaks di laga puncak yang menentukan.
Apa yang terjadi pada Piala AFF 2010 silam merupakan mimpi buruk yang sampai hari ini belum bisa lenyap di kepala suporter.
Bagaimana tidak, Indonesia tampil digdaya di fase grup sampai babak semifinal. Mereka lalu bertarung melawan Malaysia di laga final.
Apes, dalam dua laga final, Indonesia kalah agregat 2-4 dari tetangga serumpunnya itu. Piala AFF pun terbang ke Malaysia sementara Indonesia yang punya skuad mumpuni cuma menatap nanar dari kejauhan.
Kejadian itu menyulut amarah fans yang merasa pengurus PSSI terlalu sering mengganggu tim dengan undangan makan-makan maupun silaturahmi bersama para pejabat usai memastikan diri lolos ke final.
Padahal, jamuan-jamuan seperti itu lebih layak dilaksanakan bila skuad Garuda yang saat itu dihuni nama-nama semisal Cristian Gonzales, Irfan Bachdim, dan M. Nasuha sudah melakoni partai puncak plus mereguk kemenangan.
Walau ada yang apatis dengan kejuaraan ini, tetapi bagi suporter Indonesia, para pemain serta pelatih, maupun pengurus PSSI, ajang ini punya prestisenya sendiri.
Terlebih Indonesia merupakan negara paling fanatis dengan sepakbola tetapi prestasi yang dimiliki sangat minim. Bahkan kalah dari para tetangga semisal Thailand dan Vietnam.
Bobroknya kompetisi lokal dengan minimnya pembinaan pemain di tingkat usia dini menjadi salah satu penyebab utama Timnas Indonesia tidak mampu berbicara banyak di level internasional.
Ada juga yang menggunakan cocoklogi bahwa sejatinya spesialisasi runner up yang identik dengan skuad Garuda ditularkan oleh Belanda yang dahulu menjajah tanah air kita.
Hampir sama halnya dengan Indonesia, Belanda merupakan negara yang cukup disegani dalam kancah sepakbola dunia.
Beberapa kali De Oranje menjadi momok mematikan bagi kontestan favorit Piala Dunia atau Piala Eropa.
Mereka telah tiga kali mencicipi babak final Piala Dunia. Nahasnya, semua berujung dengan air mata.
Kembali berbicara tentang Garuda di Dadaku, si empunya lagu yaitu grup band NTRL juga memiliki lagu yang berjudul Terbang Tenggelam.
Meski tidak ada kaitannya dengan olahraga maupun sepakbola, lebih-lebih lagi perihal Timnas Indonesia, tetapi kata terbang tenggelam seolah pas menggambarkan kiprah pasukan Garuda di Piala AFF.
Tanpa bermaksud meremehkan usaha Asnawi Mangkualam dan kolega, sudah seyogyanya laga final nanti ditatap dengan perasaan mawas.
Skuad Garuda tak boleh larut dengan hasil-hasil positif yang mereka raih sebelumnya. Jangan sampai Timnas Indonesia terbuai sehingga lupa bahwa lawan mereka di final adalah kubu yang luar biasa hebat.
Ini adalah momen yang pas untuk membuat garuda-garuda yang ada di dada terbang tinggi dan tidak tenggelam oleh kegagalan.
Kaki Indonesia sudah berada di final, maka sudah sepatutnya mereka tuntaskan segala usaha ini. Juaralah!