Berbicara mengenai bela negara, mungkin warga negara Indonesia sudah akrab mendengarnya.
Bagaimana tidak, dalam Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 dijelaskan pada pasal 27 ayat (3) di mana setiap warga negara wajib ikut serta dalam upaya bela negara.
Seringkali masyarakat beranggapan membela negara hanya dilakukan oleh aparat dengan persenjataan lengkap di medan pertempuran.
Namun sejatinya yang wajib untuk membela negara adalah seluruh warga negara dengan mangamalkan nilai bela negara di dalam linimasa kehidupan masing-masing.
Termasuk para atlet olahraga, khususnya pemain sepakbola, juga wajib melakukannya.
Jika dilihat dari kacamata sepakbola, bela negara tersebut dapat dilakukan dari berbagai aspek dalam permainan sepakbola itu sendiri.
Bagi pesepakbola, kewajiban membela negara bisa saja terlaksana pada suatu momen ketika mereka berhasil menembus skuad Tim Nasional Indonesia dan bermain dengan jersei berlambang Garuda di dada.
Apalagi kalau akhirnya mampu membawa Timnas Indonesia juara, segalanya akan menjadi sangat berkesan.
Bagus Kahfi contohnya. Bagus yang dahulu tergabung di dalam skuad Timnas U-16 mampu menjadi salah satu pemain kunci untuk memenangi Piala AFF U-16 edisi tahun 2018.
Dalam wawancaranya dengan Bola.com, Bagus mengakui momen itu sulit dilupakannya.
“Jujur, momen yang masih membekas dan masih teringat dalam perjalanan karier saya sampai saat ini adalah saat menjadi juara bersama Timnas U-16.”
Lebih lanjut, Bagus mengungkapkan alasan momen itu masih membekas karena ia merasa sudah melakukan kewajibannya sebagai warga negara dengan ikut mengamalkan nilai bela negara.
“Kenapa masih teringat? Karena setidaknya dengan juara saya sudah memberikan sesuatu pada bangsa dan negara, dan itu menjadi penyemangat saya ke depannya,” lanjut Bagus.
Mengingat kembali jauh di masa lalu, hal yang dilakukan Bagus juga dilakukan oleh Ferril Raymond Hattu dan Timnas Indonesia yang beraksi di South East Asian (SEA) Games 1991.
Ferril didapuk menjadi kapten oleh pelatih Anatoli Polosin untuk membawa skuad Garuda merebut medali emas SEA Games yang waktu itu digelar di Filipina.
“Waktu itu saya bertanya kepada rekan setim di tengah laga. Kalian masih kuat atau tidak? Kalau masih kuat, tekan! Saya tidak peduli walaupun pelatih Polosin marah-marah melihat saya melenceng dari taktik dia,” terang Ferril seperti dikutip dari Indosport.
Keterangan tersebut menunjukkan bagaimana semangat patriotisme dan rasa nasionalisme dari seorang Ferril dan kawan-kawan saat berjuang menjalankan kewajibannya sebagai warga negara.
Mereka bertarung bak ksatria di lapangan hijau menggunakan pakaian tempur berlambang Garuda tanpa kenal lelah demi membuat bendera Indonesia berkibar lantaran meraup prestasi.
Berkat perjuangan mereka, setidaknya kita semua bisa merasakan bagaimana rasanya menjadi bangsa yang juara. Mereka menjadi tim sepakbola beregu putra terbaik di Asia Tenggara kala itu.
Lebih dari bermain untuk Timnas Indonesia, para pesepakbola juga mampu serta wajib untuk mengamalkan nilai bela negara dalam setiap pertandingan.
Caranya? Mudah. Para pemain harus menunjukkan rasa respek dan menjunjung tinggi sportivitas saat bertanding dengan siapapun lawannya.
Hal itu merupakan bentuk saling menghargai dan toleransi. Saling menghargai dan toleransi di sini amatlah penting untuk mencegah terjadinya perpecahan.
Pasalnya, adanya gesekan antarpemain di lapangan ikut menyulut keributan antarsuporter di tribun atau jalanan. Hal ini sangat berakibat fatal karena dapat mengganggu ketertiban umum.
“Jangan memperbanyak lawan, tapi perbanyaklah kawan, ” ucap Bung Tomo, salah satu sosok Pahlawan Indonesia.
Pesannya seakan menjadi cambuk bagi kita semua. Sepakbola pada dasarnya berfungsi untuk saling menyatukan dalam perbedaan. Tak peduli sesulit apapun kondisinya.
Sudah waktunya para pemain menghentikan tindak tanduk kurang terpuji di atas lapangan.
Pun dengan para suporter yang mengaku mendukung tim kesayangannya. Mendukung artinya tidak berbuat hal-hal negatif, baik saat tim meraih kemenangan atau justru dilanda kekalahan.
Semua elemen, mulai dari federasi, tim, pemain, sampai suporter kudu bersinergi. Sebab tujuan awal sepakbola adalah menyatukan perbedaan sebagai bentuk pengamalan nilai bela negara.
Nilai bela negara mampu diamalkan menggunakan sepakbola dengan kisah-kisah kesuksesan Timnas Indonesia menjadi buktinya.
Ferril pernah membuktikan bahwa semangat bela negara dapat ia dan rekan-rekannya terjemahkan secara sempurna di lapangan tahun 1991 silam.
Kini, hal serupa juga dapat dipraktikkan oleh Asnawi Mangkualam dan kolega yang bertempur di Piala AFF 2020.
Selain pengetahuan taktis dan teknik, mereka kudu memiliki semangat bela negara yang tinggi. Pada momen inilah, perjuangan mereka akan disaksikan oleh seluruh warga Indonesia yang menjadi pendukung setianya.
Dengan keberhasilan melaju ke semifinal untuk bersua Singapura, tentu kita bisa melihat kualitas permainan skuad Garuda di bawah asuhan Shin Tae-yong.
Juara? Tentu harapan untuk itu terhampar di depan mata. Namun sebelum bicara tentang hal tersebut, membungkam Singapura terlebih dahulu adalah kewajiban.
Mampukah Indonesia melakukannya? Saya percaya Asnawi dan kawan-kawan sanggup melakukannya. Bismillah.
Semangat Indonesia!