Transformasi Mengejutkan Belanda di Piala Dunia 2014

Tandukan melayang Van Persie di Piala Dunia 2014. (mirror.co.uk)

Nuansa total football dari Belanda akan kembali di Piala Dunia 2022 Qatar. Sebelumnya saat edisi Rusia 2018 lalu, tim asuhan Dick Advocaat gagal menembus pagelaran olahraga terbesar di dunia tersebut. Di edisi Piala Dunia 2014 Brasil, total football tidak terlalu terasa di lapangan hijau. Namun, Belanda kala itu punya kesegaran. Taktik 3-5-2 yang relatif direct dan menunggu, berhasil menghukum Spanyol di laga perdana dan mengantarkan mereka hingga semifinal.

Gol The Flying Dutchman Robin van Persie membuka perjalanan skuad Belanda racikan Louis van Gaal. Formasi 4-3-3 yang melekat di sejarah Belanda dan andalan Van Gaal seketika mengalami perubahan ekstrem. Belanda belajar dari kekalahan mereka di final Afrika Selatan ketika meladeni tiki taka khas Spanyol yang saat itu merajai sepakbola dunia dengan juara Euro 2008, juara dunia 2010, dan kembali menjadi yang terbaik di Euro 2012.

Sementara skuad Belanda sedang pincang sebelum kiprah mereka di Piala Dunia 2014 berlangsung. Van Gaal kehilangan Kevin Strootman, gelandang jangkarnya yang mengalami cedera saat laga persahabatan kontra Prancis. Di pertahanan lebih parah lagi. Tidak seperti sekarang di mana lini belakang Oranje diisi oleh bek-bek muda kelas dunia.

Dulu, Belanda masih berbekal nama-nama dari Eredivisie macam Daryl Janmaat, Martins Indi, Daley Blind, Terence Kongolo, dan Stefan de Virj. Belanda sedang kekurangan kualitas waktu itu.

Eks kiper Oranje dan Manchester United, Edwin Van der Sar bahkan memprediksi Van Gaal dan anak asuhnya tak akan lama di Brasil. “Kami berada dalam waktu yang sedikit sulit sekarang. Kami tidak punya 10 atau 11 pemain kelas dunia di tim. Kami mungkin punya tiga atau empat (pemain berpengalaman), tapi mereka sudah sedikit tua,” ungkap Van der sar.

Van Gaal populer sebagai pemuja sistem 4-3-3 dengan filosofi total football yang diterapkan sejak berada di Bayern Munchen, AZ Alkmaar, Barcelona, hingga Ajax Amsterdam. Perubahan taktik dan pendekatannya ke sistem 3-5-2 menuai kritik pedas, namun bekerja dengan baik untuk mengatasi kelemahan mereka dalam aspek pertahanan.

Back three reguler Belanda diisi oleh Martins Indi, De Virj, dan Ron Vlaar. Untuk melindungi dan menutupi kekurangan tiga bek dalam momen one on one, Van Gaal menempatkan De Jong sebagai gelandang bertahan yang bertugas menjadi ball winner.

Dua wing back, Blind dan Janmaat berperan menjaga kelebaran sekaligus membantu serangan. Baik Blind dan Janmaat juga mampu melepaskan bola-bola direct untuk menyuplai Van Persie. Di laga pembuka, Blind mencetak dua assists indah yang membuat Belanda membalikkan keadaan. Kala bertahan, shape 3-5-2 akan berubah mengalami transisi ke 5-3-2. Van Gaal mengincar keseimbangan dengan skuadnya yang tidak sempurna.

“Saya merasa dalam sistem 4-3-3 kita bisa membentuk segitiga di mana-mana. Tapi, saat itu saya tidak memiliki kemampuan untuk melihat keuntungan dari sistem lain. Dalam 5-3-2, keseimbangan dalam tim lebih baik dan mungkin bisa dilakukan dengan shape 3-4-3 juga,” terang Van Gaal.

Hasilnya memuaskan. Oranje tak terkalahkan selama fase grup dan menyapu bersih semua laga dengan 10 gol dan 3 kali kebobolan. Mereka menjadi tim terproduktif dengan Van Persie dan Arjen Robben sebagai dua ujung tombak utama. Kemenangan 5-1 atas Spanyol juga berperan besar mendongkrak kepercayaan diri dan mental para penggawa. Belanda sukses membalaskan dendam di final Piala Dunia 2010 yang lagi-lagi membuat mereka semakin lekat dengan status juara tanpa mahkota.

Anak asuh Van Gaal sempat grogi di awal penerapan formasi 3-5-2. Pasalnya, mereka tercatat hanya menerapkan itu pada Maret 2014, tiga bulan sebelum pesta akbar sepakbola tersebut bergulir di Brasil. Belanda kebobolan lebih dulu lewat titik putih, lalu berhasil menetralisir keadaan di paruh pertama pertandingan. Babak kedua, Robben dan kolega mengamuk, dendam dibayar tuntas.

Ujian sebenarnya tim Oranje sudah menunggu di perempat final saat itu. Mereka gagal mencetak gol satupun sehingga harus melewati laga di babak adu penalti. Di semifinal akhirnya langkah mereka terhenti. Melawan tim kuat Argentina, Belanda harus tunduk di babak tos-tosan. Mereka akhirnya keluar sebagai juara tiga waktu itu dengan trengginas menekuk tuan rumah Brasil tiga gol tanpa balas.

Atas ide cerdiknya itu, Van Gaal kemudian didapuk sebagai pelatih Manchester United selama dua musim. Tahun ini, Van Gaal kembali bersama Negeri Kincir Angin. Sulit untuk menebak secara pasti apa yang ada di pikiran Van Gaal untuk Piala Dunia 2022. Kejutannya menarik untuk dinanti dengan skuad Oranje yang lebih matang dan digadang-gadang menjadi salah satu tim kuat di antara kontestan lain Piala Dunia 2022 Qatar.

Komentar

This website uses cookies.