Football Manager: Antara Masalah dan Berkah

Game Football Manager (FM) edisi terbaru yang diberi label Football Manager 2020 baru saja diluncurkan secara resmi pada tanggal 19 November 2019 kemarin. Game besutan Sport Interactive ini sudah memasuki tahun ke-16 sejak pertama kali dirilis pada tahun 2004 dengan judul Football Manager 2005.

Jika ditarik lebih panjang lagi, sejarah game ini dimulai sejak tahun 1985. Dua bersaudara, Paul dan Oliver Collyer memutuskan untuk membuat game sendiri setelah kecewa dengan game sejenis yang mereka mainkan sebelumnya.

Hingga akhirnya setelah enam tahun digarap, lahirlah Championship Manager 1 yang dirilis pada tahun 1991 di konsol Amiga dan Atari. Championship Manager terus mengalami perkembangan yang pesat hingga akhirnya pada tahun 2004 Sport Interactive sebagai developer dan Eidos sebagai publisher resmi berpisah.

Sport Interactive berhak atas database dan coding yang ada dalam seri Championship Manager sebelumnya dan berganti nama menjadi Football Manager sedangkan Eidos berhak atas nama Championship Manager.

Sport Interactive yang kini menggandeng SEGA sebagai publisher makin menahbiskan diri sebagai game simulasi manager terbaik di dunia. Miles Jacobson, Direktur Olaharaga Sport Interactive, pada hari peluncuran FM20 melalui akun Twitter-nya menyatakan bahwa game yang satu ini menjadi single player game paling populer di steam dengan 120 ribu lebih pemain hingga saat ini.

Hal ini tidak berlebihan karena kondisi tersebut terbantu dengan keoknya Championship Manager yang tidak bisa menyaingi Football Manager di pasaran dan FIFA Manager yang sudah berhenti diproduksi sejak tahun 2014.

Keberadaan Football Manager yang berkembang pesat saat ini dapat dikatakan memengaruhi kehidupan masyarakat, baik kalangan muda maupun tua. Sampai tahun 2012, dikutip dari laman DailyStar, Football Manager menyebabkan lebih dari 30 kasus perceraian di Inggris.

BACA JUGA:  Team-Shape dalam Football Manager

Kasus lain, seorang tentara hampir terkena serangan mortar pada perang Afghanistan dan Irak gara-gara terlalu fokus bermain Football Manager. Ada juga cerita lain tentang pemain Football Manager bernama Tony Jamerson. Dia melakukan stand up comedy tour di Inggris selama 18 bulan untuk menceritakan kecanduannya terhadap Football Manager, termasuk kabur dari pernikahan temannya demi menyelesaikan deadline transfer!

Di sisi seberang, Football Manager juga mengantar seorang pemain ke peran yang lebih serius lagi di dunia nyata. Bulan Oktober kemarin, seorang pemuda asal Serbia bernama Andrej Pavlović diterima bekerja sebagai analis di FK Bežanija setelah menyerahkan pencapaiannya selama bermain Football Manager.

Di dunia Football Manager, Pavlović berhasil menghantarkan FK Bežanija meraih gelar Liga Serbia selama 10 tahun beruntun dalam waktu 16 musim sekaligus lolos ke semifinal Liga Champions. Pencapaian yang tentu sulit dilakukan di dunia nyata.

Tak disangka, hasil analisisnya berhasil memenangkan klubnya atas FK Dedinje dengan skor 2-1. Pimpinan klub pun cukup puas dan meminta Pavlović untuk melakukan analisis di tim U-21.

Kisah yang sama juga terjadi di Singapura. Seorang pemuda bernama Jerald Tan ditunjuk menjadi asisten pelatih Albirex Niigata Singapura dan menjabat selama satu tahun. Tan mengetahui pekerjaan ini setelah membaca lowongan di Facebook. Pemuda yang kini berusia 26 tahun ini diterima setelah menceritakan karier kepelatihannya di dunia Football Manager yakni berhasil menghantarkan Panathinaikos meraih empat gelar Liga Champions.

Setelah berhasil meyakinkan sang pemilik klub dan manajer utama klub, Tan resmi menjadi asisten pelatih. Dalam kurun setahun, dia berhasil menghantarkan Albirex meraih empat gelar di tahun 2016.

Di Indonesia sendiri ada kisah yang kurang lebih sama. Heryanto atau lebih dikenal dengan nama Ryan Tank, cukup aktif di komunitas Football Manager Indonesia dalam kurun 2014-2016. Ryan aktif dengan beberapa analisis taktik Football Manager yang dapat dibilang sangat jarang ditemui di komunitas pada saat itu.

BACA JUGA:  Game Ikonik yang Pernah Menjadi Sponsor di Jersey Klub

Sontak, analisis taktiknya jadi suatu hal yang ditunggu-tunggu oleh anggota komunitas. Setelah tidak aktif lagi di komunitas, Ryan aktif di media sosial, utamanya Twitter dengan analisis sepakbola yang juga menarik orang banyak.

Di tahun 2018 kemarin, Ryan berhasil menerbitkan buku yang berjudul The Inside Wing yang berisi mengenai seluk-beluk taktik sepakbola yang mudah dipahami orang awam. Pada tahun yang sama, Ryan juga menjadi analis Persebaya Surabaya U-16 di Liga 1 Pro Academy dari bulan Juli hingga bulan Desember.

Setelah itu, Ryan mengambil lisensi kepelatihan AFC B. Dan untuk tahun ini (setidaknya hingga Agustus kemarin), ia melatih Borneo FC U-16 di Liga 1 Pro Academy.

Jadi benar apa yang dikatakan oleh Iain Macintosh, penulis kenamaan yang juga menulis buku Football Manager Stole My Life.

“What Football Manager has done is to create a new universe that plunges you into it. It’s not just playing a game, it’s an alternative reality, and you have to keep proving yourself – and keep proving yourself.”

Football Manager bukan sekadar game virtual di layar kaca, melainkan sebuah alternative reality yang menarik diri kita untuk larut di dalamnya. Tak peduli apapun yang terjadi, yang penting berhasil menjadikan nama kita sebagai pelatih sukses dengan gelimang prestasi di Football Manager.

 

Komentar
Fans sejak kecil Chelsea FC dan pendukung klub lokal Persiba Bantul. Suka nasi goreng. Banyak omong soal Chelsea di akun @farras_iz.