Zlatan Ibrahimovic yang Menguning Lagi

Bola sepakan pemain tim nasional Swedia di tengah lapangan pada saat injury time membuat kiper tim nasional Inggris, Joe Hart, keluar dari sarangnya untuk menyapu si kulit bundar dengan kepalanya. Alih-alih didapat rekan setimnya, arah jatuh bola itu justru lebih dekat kepada Zlatan Ibrahimovic.

Hanya dalam tempo sepersekian detik, penyerang bertubuh jangkung itu memutar tubuhnya 180 derajat, melompat seraya melakukan tendangan salto yang bikin bola tersebut melintasi tiga pemain, termasuk Hart, sejauh 32 meter dan mengoyak jala The Three Lions.

Gol tersebut menjadi penutup pertandingan persahabatan antara Swedia dan Inggris di Stadion Friends Arena pada 14 November 2012. Gol itu sendiri lantas dianugerahi gelar FIFA Puskas Awards 2013 sebagai gol terbaik sepanjang tahun.

Perjalanan Bersama Swedia

Perjalanan Zlatan dengan timnas Swedia berawal ketika ia menjalani debut pada umur 19 tahun melawan Kepulauan Faroe pada 31 Januari 2001. Saat itu, dirinya bermain penuh. Apesnya, Swedia yang di atas kertas lebih baik dibanding Kep. Faroe, harus puas dengan skor imbang tanpa gol.

Laga kompetitif perdana Zlatan bersama Blagult terjadi pada 7 Oktober 2001. Dimainkan sebagai pengganti pada laga kontra Azerbaijan di babak kualifikasi Piala Dunia zona Eropa, pemain setinggi 195 sentimeter tersebut sukses bikin gol pada menit ke-69 sekaligus membawa Swedia menang 3-0.

Selepas itu, Zlatan dan Swedia ibarat kesatuan yang sulit terpisahkan. Kemampuan yang terus berkembang dan sinar kebintangannya yang terus terlihat bikin negeri di kawasan Eropa sebelah utara itu menempatkannya sebagai protagonis.

Ia bermain di Piala Dunia 2002 ketika Swedia rontok pada fase 16 besar. Walau ketika itu dirinya cuma merumput selama 46 menit saja dari dua pertandingan.

Zlatan lalu jadi andalan Swedia manakala mentas di Piala Eropa 2004. Pemain yang saat ini membela AC Milan tersebut mengantar timnya melaju sampai perempatfinal sebelum dikandaskan Belanda pada babak adu penalti.

Pada turnamen ini pula, Zlatan menciptakan gol back-heel lob saat bersua Italia di penyisihan grup. Gol yang ditahbiskan sebagai gol terbaik di sepanjang perhelatan Piala Eropa 2004.

BACA JUGA:  Justin Hubner: Calon Bek Tengah Kidal Indonesia dari Wolves

Selang dua tahun kemudian, ia menjadi tumpuan Swedia kala turun di Piala Dunia 2006. Sayangnya, walau selalu jadi andalan, lelaki berjuluk Ibrakadabra ini tak mampu mencetak satu gol pun di putaran final. Alhasil, Blagult tersingkir di babak 16 besar.

Di Piala Dunia 2006 Jerman, Ia juga gagal bersinar, dari tiga kali bermain, Ia tidak mampu mencetak gol maupun asis. Swedia juga tersingkir dari tuan rumah di babak 16 besar.

Saat berkampanye di Piala Eropa 2008, Zlatan sebetulnya mampu bikin dua gol sepanjang turnamen. Namun torehan itu tak membuat Swedia melenggang ke fase gugur. Mereka pun kudu mengemasi barang-barangnya lebih awal.

Gegap gempita Piala Dunia 2010 yang dimainkan di Afrika Selatan tak bisa dicicipi Zlatan. Pasalnya, negara yang jadi finalis Piala Dunia 1958 itu gagal lolos ke putaran final.

Beruntung mereka sukses melaju ke putaran final Piala Eropa 2012. Namun sial, performa Zlatan bersama Blagult di ajang ini juga sama jebloknya. Mereka tersungkur di fase grup.

Tak berbeda jauh dengan kisah di Piala Dunia 2010, pesta sepakbola dunia bertajuk Piala Dunia 2014 juga gagal dirasakan Zlatan. Kekalahan dari Portugal di babak playoff bikin mereka gagal berangkat ke Brasil.

Rapor merah itu coba ditebus pada Piala Eropa 2016 di Prancis. Namun malang, Swedia remuk redam di babak fase grup karena cuma meraup sebiji poin.

Perjalanan di Negeri Anggur itu sendiri jadi penutup kisah Zlatan bersama Swedia. Ia lalu memutuskan pensiun setelah mengoleksi 116 penampilan dan 62 gol. Meski gagal mengharumkan nama negaranya di pentas internasional, setidaknya eks penyerang Juventus dan Inter MIlan tersebut sah menjadi top skorer sepanjang masa Swedia.

Kembali Mengenakan Seragam Kuning

Lima tahun berselang, tatkala Zlatan sudah berusia 39 tahun, ia justru mendapat panggilan mengejutkan dari pelatih Janne Andersson guna membantu Swedia mengarungi kualifikasi Piala Dunia 2022.

BACA JUGA:  Menunggu Hasil Transfer Musim Dingin AC Milan

Secara mengejutkan pula, pria yang menguasai lima bahasa ini bersedia kembali membela negaranya. Hal itu disampaikannya secara langsung via akun Twitter pribadinya.

Dalam konferensi persnya, seperti yang dikutip di laman ESPN, Andersson mengungkapkan bahwa, “Pertama dan yang terpenting dia adalah pemain yang sangat bagus, pemain terbaik yang kami miliki di Swedia. Terlepas dari apa yang bisa dia kontribusikan di lapangan, dia memiliki pengalaman yang luar biasa dan bisa berkontribusi kepada pemain lain di tim.”

Sebelumnya, rumor terkait kembalinya Zlatan ke timnas Swedia muncul dalam wawancara pada bulan November 2020.

Zlatan mengatakan, “Jika (Andersson) menelepon saya, saya akan menjawab. Saya akan mengatakan kepadanya untuk memberi saya waktu. Saya harus memikirkannya. Tetapi itu harus datang dari dia. Jika menurutnya saya terlalu besar, saya tidak tertarik . Jika dia yakin saya bisa membawa sesuatu (ke grup), maka saya akan memikirkannya.”

Dini hari tadi (26/3), kala Swedia berjumpa Georgia. Zlatan dimainkan sebagai starter. Ia tak mencetak gol, tetapi sukses mengukir satu asis untuk gol semata wayang yang dibuat Viktor Claesson. Swedia pun membungkus poin penuh.

Kembalinya Zlatan ke timnas Swedia membuatnya jadi pesepakbola tertua yang merumput bagi Blagult. Mengalahkan rekor Thomas Ravelli yang mengenakan baju Swedia di usia 38 tahun pada 1997 silam.

Mesti diakui, semenjak bergabung dengan Milan pada awal 2020, Zlatan mampu mengembalikan performanya ke level tertinggi. Ia bahkan terlihat seperti Benjamin Button yang semakin tua, justru kian bertaji.

Kiprah kedua Zlatan bareng Swedia sungguh layak diperhatikan. Terlebih, saat ini Blagult punya pemain-pemain yang kualitasnya boleh diadu seperti Marcus Berg, Emil Forsberg, dan sepasang bintang muda, Dejan Kulusevski serta Alexander Isak.

Welcome back, Zlatan.

Komentar
Fisioterapis yang biasa saja, pegiat Football Manager dan penggila AC Milan yang biasa saja juga, sih. Bisa disapa di akun Twitter @rifqiannafi.