Half-Space Sebagai Ruang Strategis Dalam Sepak Bola (Bagian 3)

Walaupun di atas dikatakan mendorong lawan bermain melebar dapat memberikan banyak keuntungan terhadap tim bertahan, bukan berarti bermain melalui/memanfaatkan flank merupakan hal yang haram. Bila dilakukan dengan struktur posisional yang tepat, memanfaatkan flank mampu merusak kompaksi horizontal lawan dan membuka ruang di center.

Salah satu contoh terbaik, adalah bagaimana Thomas Tuchel memanfaatkan kompaksi ekstrem Borussia Monchengladbach dalam melindungi center. Kompaksi ekstrem ini dimanfaatkan oleh Tuchel dengan menggunakan flank sebagai area pembuka celah di half-space yang pada gilirannya membuat center tim bertahan menjadi tidak stabil.

(13) Dortmund first goal against Monchengladbach. Proses gol pertama menunjukan pentingnya membuka ruang di center (zona 5 lawan) dengan mendaya gunakan flank dan half-space.
(13) Dortmund first goal against Monchengladbach. Proses gol pertama menunjukan pentingnya membuka ruang di center (zona 5 lawan) dengan mendaya gunakan flank dan half-space.

Penempatan posisi Marcel Schmelzer di touchline kiri merupakan usaha penyediaan opsi umpan bagi Mats Hummels apabila jalur umpan ke center ternyata tertutup. Pada gilirannya, penempatan posisi Schmelzer juga memancing perhatian bek kanan Monchengladbach, Tony Jantschke, yang juga berarti berpotensi merusak kompaksi horizontal Monchengladbach. Perhatikan posisi tubuh Jantschke yang menghadap ke arah di mana Schmelzer berada, makin ia bergerak ke kanan dan (katakanlah) bek tengah Monchengladbach, Andres Christensen, tetap berdiri pada posisinya sekarang, makin terbukalah channel kanan (celah antara bek kanan dan bek tengah kanan) dari formasi bertahan Monchengladbach.

Hal yang sama juga terjadi pada Traoré (yang berada di depan Jantschke). Konsentrasinya tertuju kepada Schmelzer di kanannya dan half-space yang berada di sisi kirinya. Bila anda perhatikan Lars Stindl, yang berada tepat di samping kiri Traoré, posisi tubuhnya menunjukan ia menebak bahwa bola mungkin akan diarahkan ke half-space, kepada Marco Reus yang berada di arah jam 5 dari tubuhnya.

Dortmund memanfaatkan kombinasi positioning di tiga ruang horizontal ini dengan sangat cepat. Hummels melepaskan umpan (1) ke zona 14 (zona 5 lawan) pada Shinji Kagawa. Yang dengan cepat melakukan lay-off (2) kepada Marco Reus yang tidak terkawal sempurna. Melihat hal ini, Reus bergerak naik menjemput bola (3), melalui half-space untuk masuk ke channel antara Jantschke dan Christensen dan melepaskan tembakan. Gol, 1-0 untuk Dortmund.

Pemanfaatan lain dari flank sebagai bagian dari strategi menciptakan peluang dan membuat gol sudah jelas bisa dilakukan bila tim menyerang memiliki striker dengan kemampuan duel udara yang sangat baik (seperti Oliver Bierhoff) serta lawan yang sangat buruk dalam membangun touchline-pressing. Dalam situasi seperti ini, lagi-lagi, half-space bisa dimanfaatkan sebagai wilayah strategis dalam membuka ruang di area sayap. Salah satu cara paling sederhana, adalah menempatkan 3 sampai 4 pemain di sekitar zona 5 lawan dan memaksa lawan untuk bermain dengan formasi narrow (sempit), sambil mencari celah untuk mengumpan ke sisi sayap.

(14) Pemanfaatan half-space, oleh LCB, RCM, dan LAM, untuk membuka ruang di flank kiri.
(14) Pemanfaatan half-space, oleh LCB, RCM, dan LAM, untuk membuka ruang di flank kiri.

Penempatan posisi left attacking midfielder (LAM) dan right central midfielder (RCM) tim merah di half-space kiri merupakan usaha untuk memancing perhatian dua pemain tim kuning terdekat, dalam hal ini right attacking modfielder (RAM) dan right back (RB). Perhatikan tim merah menempatkan empat pemain untuk menempati ruang di sekitar zona 5+RCM merah yang mengganggu konsentrasi RAM kuning. Posisi kelima pemain ini memaksa lini belakang dan tengah tim kuning untuk terkonsentrasi ke center. Pada akhirnya, sebuah umpan diagonal dari left center back (LCB) pada left back (LB) tim merah membuka kesempatan besar bagi tim merah untuk melepaskan umpan silang melambung ke kotak penalti. Faktor lain yang memudahkan tim merah membuka ruang di flank, adalah adanya pemahaman sepak bola modern bahwa zona 5 merupakan area wajib lindung. Pemahaman ini membawa konsentrasi tim bertahan terpusat ke zona 5.

Di sisi lain, dengan pertimbangan taktikal yang berbeda, sebuah tim yang tidak memiliki penyundul handal pun dapat memanfaatkan kombinasi half-space dan flank untuk menciptakan situasi menyerang yang menguntungkan. Diagram di atas bisa digunakan sebagai patokan. Setelah LB tim merah menerima umpan, pemain lawan terdekat sangat mungkin akan memberikan pressing padanya, kemungkinan dilakukan oleh RAM. Hal ini, sudah barang tentu membuka satu ruang di lini tengah, yang bila dilakukan dengan cepat dan tepat, LB bisa melakukan umpan ke tengah, di mana RCM dan LAM berada dalam kondisi 2v1 menghadapi RB tim kuning. Yang perlu ditekankan di sini, salah satunya, adalah pentingnya mempertahankan kehadiran pemain di half-space untuk menjaga konektivitas antara LB (yang berada di flank) dengan area lain (secara horizontal) bila si LB berniat atau dipaksa memindahkan bola ke area lain. Konektivitas yang dimaksud di sini terkait erat dengan keuntungan yang ditawarkan half-space terhadap kebutuhan transisi dan switch-play, yang akan dibahas di bagian lain dari tulisan ini.

BACA JUGA:  Perlukah Barcelona Membela Lionel Messi?

Salah satu revolusi mutakhir dari pendayagunaan half-space dengan memulai pergerakan menyarang dari flank, adalah kemunculan sayap modern yang tidak lagi men-dribble bola menyusuri sisi lapangan (hugging line), tetapi banyak bergerak diagonal/horizontal (indented-winger) untuk masuk ke half-space, apakah untuk kemudian melepaskan umpan atau melakukan tembakan melengkung ke tiang jauh.

Contoh aplikatif lain strategisnya half-space adalah pemanfaatannya sebagai area untuk membuka ruang masuk bagi deep-runner (pemain yang bergerak dari lini kedua untuk masuk ke lini di depannya atau kotak penalti).

(15) Menciptakan ruang bagi pemain lini kedua melakukan deep-running. Katakanlah terjadi situasi seperti yang terlihat pada diagram di atas dalam sebuah serangan balik cepat oleh tim merah.
(15) Menciptakan ruang bagi pemain lini kedua melakukan deep-running. Katakanlah terjadi situasi seperti yang terlihat pada diagram di atas dalam sebuah serangan balik cepat oleh tim merah.

Luis Enrique memainkan no. 8-nya, dalam hal ini Andres Iniesta untuk bermain sebagai lebih sebagai support dengan tidak banyak melakukan gerakan vertikal masuk ke dalam kotak penalti. Tetapi dalam situasi tertentu dan sesekali membiarkan Iniesta untuk merangsek masuk ke kotak penalti dapat menciptakan kondisi tak terduga yang mengacaukan pertahanan lawan. Ingat gol pertama Ivan Rakitic di final UEFA Champions League 2015? Iniesta melakukan gerak vertikal masuk ke kotak 16, mengambil umpan daerah Neymar, untuk kemudian memberikan assist pada Rakitic yang juga lakukan deep-running.

Situasi pada diagram atas bukan contoh yang diambil dari pertandingan Barcelona. Diagram di atas hanya sekadar contoh situasi awal (yang mungkin terjadi) dan sesuai untuk menerapkan taktik “membuka ruang bagi no. 8 (pemain lini kedua) untuk melakukan deep-running ke dalam kotak 16”.

(16) Salah satu kemungkinan situasi berikutnya, dengan asumsi dribbling yang dilakukan LCM (no. 8 milik tim merah) berhasil mencapai kotak penalti.
(16) Salah satu kemungkinan situasi berikutnya, dengan asumsi dribbling yang dilakukan LCM (no. 8 milik tim merah) berhasil mencapai kotak penalti.

Dalam banyak situasi akibat pengaruh kecanggihan sistem pertahanan di sepak bola modern, pressing yang dilakukan untuk menutupi ruang tembak/umpan lawan dari tengah-tengah zona 5 atau di dalam kotak penalti sering kali dilakukan oleh lebih dari dua pemain. Dengan asumsi inilah, situasi seperti pada diagram di atas bisa saja terjadi. Pada gilirannya, LCM memiliki satu opsi umpan terbaik, yaitu pada CAM atau bila ia memiliki ketenangan dan teknik yang mencukupi serta buruknya kemampuan para marker-nya serta right back (RB) kuning dalam menjaga center forward (CF) merah, LCM bisa saja mendapatkan ruang sekaligus memberikan umpan kepada CF.

Penempatan posisi CAM dan CF tim kuning dalam situasi di atas juga perlu diperhatikan. Bila pada situasi berikutnya mereka berusaha mendapatkan ruang tembak yang ideal, ada baiknya mereka menjaga posisi untuk tetap berada dalam half-space dan tidak terlalu melebar. Karena, bila diperlukan, ketika mereka menerima umpan dari LCM, tembakan yang dilakukan dari half-space di dalam kotak penalti (sedekat mungkin dengan gawang) memiliki kemungkinan gol (Expected-goal) lebih besar. Hal yang berbeda dan memberikan dampak berbeda terjadi ketika mereka bergerak terlalu lebar atau deep dari posisinya sekarang, yang memengaruhi kestrategisan lokasi tembakan.

BACA JUGA:  Pendulum Lima Bek Chelsea Menetralkan Sirkulasi Tottenham Hotspur

Tiga contoh di atas memperlihatkan bagaimana mendaya ganakan half-space sebagai bagian dari usaha membuka (menguasai) area lain serta memainkan permainan antar lini dengan konektivitas yang terjaga. Contoh-contoh di atas, bila anda perhatikan lebih dekat, merupakan usaha penciptaan peluang dalam kaitannya terhadap gawang sebagai orientasi.

Sebelum melanjutkan tulisan ke bagian berikutnya, ada baiknya sedikit ringkasan dari tulisan di atas dijabarkan. Dari banyak pandangan yang disampaikan, berikut tiga poin penting terkait half-space:

  • Half-space dapat dimanfaatkan sebagai bagian dari strategi melindungi zona 5 dan gawang tim bertahan. Dalam pola dasar 4-4-2, impak positif half-space terasa lebih masif dalam menanggulangi potensi bahaya akibat lebarnya jarak pemain-pemain sayap dan gelandang tengah dalam pola 4-4-2 klasik. Hal ini bisa ditangani dengan menempatkan pemain-pemain sayap ke dalam half-space yang sudah jelas menciptakan kompaksi horizontal yang lebih baik. Akibat positif lainnya, dengan berada lebih dekat ke center, para pemain sayap memiliki akses bagus dalam melindungi zona 5. Bayer Leverkusen-nya Roger Schmidt, Atletico Madrid-nya Diego Simeone, dan AS Monaco-nya Leonardo Jardim merupakan sedikit contoh tim 4-4-2 yang bertahan seperti ini.
  • Half-space dapat dimanfaatkan sebagai bagian dari strategi menjebak lawan untuk masuk ke touchline-area yang mana strategi ini berakar dari konsep pressing-trap. Dengan menempatkan sayap serang pada half-space, formasi 4-4-2 (sebagai contoh) berbentuk narrow (sempit). Hal ini, mengakibatkan ruang di flank lebih terbuka ketimbang center. Keadaan ini dimanfaatkan oleh banyak tim modern untuk melakukan pressing-trap dengan membiarkan lawan bergerak ke flank untuk kemudian mengurungnya di sana.
  • Half-space dapat dimanfaatkan sebagai ruang strategis untuk menciptakan ruang serang, baik di flank maupun center. Salah satu bawaan alami dan unik dari half-space, adalah posisinya yang berada di antara center dan flank, dua area yang memiliki karakteristik berbeda. Half-space memiliki akses langsung terhadap dua area ini. Dalam ilmu ekonomi, “sedikit berbeda” bisa jadi lebih baik ketimbang “sedikit lebih baik” itu sendiri, karena dengan sedikit berbeda saja, sebuah selling-goods bisa langsung mengidentifikasi dirinya terhadap segmen pasar dan harga. Hal yang sama ditawarkan oleh akses langsung yang dimiliki half-space ke flank dan center. Dua ruang ini memiliki dampak berbeda terhadap sirkulasi dan terutama penciptaan peluang. Melalui flank, walaupun terbatasnya ruang kerja bagi si pemegang bola, si pemain bisa melakukan lebih banyak gerakan penetratif dan melepaskan umpan silang melambung. Sementara dari center, sebuah tim memiliki sudut pandang dan opsi gerak yang lebih banyak untuk mengontrol pertandingan. Melalui half-space, akses langsung (tanpa harus melintasi ruang lain lagi) ke center atau flank bisa langsung diperoleh. Poin ini juga pernah disampaikan oleh Spielverlagerung.de dalam tulisan mereka.
(17) Dua akses langsung yang bisa didapatkan dari half-space
(17) Dua akses langsung yang bisa didapatkan dari half-space

 Dari tiga poin penting dari apa yang sudah disampaikan di tulisan ini, poin ketiga membawa kita kepada dua keunikan lain dari half-space dalam orientasinya terhadap gawang dan gol. Dua keunikan utama ini terdiri dari aspek umpan diagonal dan aspek fleksibilitas half-space terhadap transisi dua fase besar (fase bertahan dan fase menyerang) sepak bola.

 

*Tulisan yang berkaitan:

  1. Half-Space Sebagai Ruang Strategis Dalam Sepak Bola (Bagian 1)
  2. Half-Space Sebagai Ruang Strategis Dalam Sepak Bola (Bagian 2)
  3. Half-Space Sebagai Ruang Strategis Dalam Sepak Bola (Bagian 4)
  4. Half-Space Sebagai Ruang Strategis Dalam Sepak Bola (Bagian 5)

 

Komentar