Susunan pemain Sevilla
Emery Unai melakukan beberapa perubahan terhadap line-up awal yang digunakannya saat berhadapan dengan Juventus tengah pekan ini. Posisi Yehven Konoplyanka digantikan oleh Vitolo serta Jose Antonio Reyes yang digantikan oleh Michael Khron-Dehli, yang bermain sebagai no. 8 ketika menghadapi Juventus. Unai juga memainkan Vicente Iborra yang menempati pos no. 10 di belakang Kevin Gameiro. Oleh Unai, Khron-Dehli diberikan coverage-area lebih luas ketimbang Vitolo dalam arti pemain Denmark tersebut lebih banyak bergerak ke half-space bahkan center ketimbang Vitolo. Kelebihan Khron-Dehli dalam mendistribusikan bola menjadi alasan kuat di balik strategi ini.
Di lini yang lebih dalam, Steven N’Zonzi dan Grzegorz Krychowiak dimainkan di pos no. 6 yang terkadang bergerak ke pos no. 8 bahkan no. 10, terutama dalam fase pressing blok tinggi serta Barcelona yang memainkan bola dari seperriga awal mereka. Kuartet lini belakang tidak mengalami perubahan. Duo bek tengah diisi oleh Timothée Kolodziejczak dan Marco Andreolli diapit oleh Benoit Tremoulinas dan Coke, di masing-masing sisi kiri dan kanan.
Susunan pemain Barcelona
Luis Enrique kembali memainkan Jordi Alba dalam starting line-up di pos bek sayap kiri. Di bek sayap kanan, Enrique menempatkan Sergi Roberto. Duet bek tengah diisi oleh Jeremy Mathieu dan Gerard Pique serta menggeser Javier Mascherano ke no. 6 yang berdiri di belakang dua no. 8, yaitu si “otak cepat” Sergio Busquets dan Ivan Rakitic. Oleh Enrique, Rakitic dimainkan sedikit lebih ke depan dibandingkan Busquets yang sesekali turun ke bawah untuk menjemput bola. Dalam fase bertahan pun, area kerja keduanya berbeda. Bila Rakitic tetap pada posnya di gelandang tengah dan half-space kanan, maka Busquets bertugas melindungi area sayap kiri dan half-space kiri.
Di lini serang, munir el-Haddadi bermain sebagai starter di posisi penyerang kanan. Di tengah, Luis Suarez kembali mendapatkan tempat regulernya. Neymar yang bermain di penyerang kiri mendapatkan tugas lebih. Tanpa adanya Lionel Messi, Enrique memilih Neymar yang berperan menggantikan Messi’s role, yang starting-position-nya sering kali berada di no. 10 dan no. 8 di half-space. Bedanya, kalau Messi bergerak dari kanan, Neymar memulainya dari kiri.
Permainan Barcelona
Di sepanjang babak pertama, secara umum, Barcelona bisa dikatakan sedikit lebih baik bila dinilai dari area di mana peluang diciptakan dan tembakan dilakukan. Sampai sekitar 30 menit babak pertama berjalan, Barcelona lebih banyak menciptakan tembakan di sekitar zona 5 Sevilla dan danger zone (DZ). Di sisi lain, dari sudut pandang yang lebih subjektif, Barcelona juga beberapa kali memperlihatkan situasi serang yang menjanjikan yang digagalkan pemain-pemain Sevilla.
Sebagai informasi tambahan, DZ merupakan istilah yang dipopulerkan oleh Michael Caley. DZ merupakan area-area, yang oleh Caley, diidentifikasi dan diklasifikan dalam beberapa level “danger” yang berbeda dalam kaitannya terhadap perhitungan statistik expected goals (xG). Berikut grafik sederhana untuk menggambarkan DZ.
Dalam pertandingan ini, penugasan Neymar untuk berperan dalam Messi’s role belum memperlihatkan daya rusak yang biasa terlihat kala Messi bermain. Tetapi bukan berarti tidak memberikan efek positif sama sekali. Dalam beberapa kesempatan, Neymar yang bergerak dari area no. 10 atau no. 8, untuk kemudian melakukan dribbling ke center mampu menciptakan situasi yang positif. Salah satunya adalah saat Neymar dilanggar oleh Andreolli ketika ia bergerak dari center menuju half-space kiri untuk memberikan umpan terobosan pada Suarez.
Pada situasi lainnya, pergerakan drop-deep Neymar ke no. 8 membantu Barcelona dalam membuka celah di sepertiga awal pertahanan Sevilla. Situasi menit kesembilan bisa menjadi contoh. Neymar turun ke half-space kiri di area no. 8. Di area no. 10, berdiri Suarez di center dan Munir di half-space kanan. Suarez yang melihat pergerakan Neymar ikut bergerak turun ke pos 8 dan menarik satu bek tengah Sevilla celah di center dekat dengan half-space kanan terbuka. Neymar kemudian melakukan dribbling ke area tersebut untuk melakukan kombinasi umpan pendek 1-2 dengan Munir, yang digagalkan oleh lini belakang Sevilla.
Pada menit ke-13 Neymar bahkan berhasil mengkreasi situasi serang yang lebih menjanjikan. Bergerak dari half-space kanan di area no. 8, Neymar berhasil mencapai zona 5 Sevilla. Ia kemudian melepaskan sebuah umpan diagonal ke dalam kotak penalti pada Suarez yang langsung melepaskan tembakan padahal ada Sergio Busquets sedikit di depannya yang bebas tanpa kawalan.
Dalam fase bertahan, seperti biasanya, Luis Enrique memainkan pola dasar 4-4-2 dengan sedikit perubahan. Pada saat Messi bermain, penyerang Barcelona yang turun ke lini tengah dan mengisi area sayap kiri adalah Neymar. Dalam pertandingan menghadapi Sevilla, yang bergerak turun adalah Munir untuk kemudian ia melindungi area sayap kanan. Mascherano dan Rakitic mengisi pos gelandang tengah dan Busquetas di sisi kiri.
Sedikit perbedaan juga teridentifikasi kala Barcelona berada dalam mode pressing blok tinggi. Dalam beberapa situasi spesifik, Barcelona memainkan pola dasar 3-1-2-1-3. Di depan, 3 penyerang Barcelona berusaha melakuan pressing terhadap taktik la salida lavolpiana dalam deep build-up Sevilla. di belakang 3 penyerang ini, berdiri 1 pemain sebagai support. Salah satu bek sayap Barcelona bisa saja berposisi sejajar dengan lini tengah dikarenakan orientasi pressing terhadap gelandang sayap Sevilla. Dalam kondisi ini, Mascherano sebagai no. 6 Barcelona bertugas man-mark no. 10 Sevilla. Terutama sekali bila no. 10 (Iborra) ikut turun jauh ke bawah, Mascherano akan mengikutinya untuk memberikan pressing yang tujuan utamanya memaksa Sevilla menempatkan sebanyak mungkin pemain di deep area mereka.
Pola dasar 4-3-3 Enrique dengan memainkan Busquets sebagai no. 8 memiliki keuntungan dan keterbatasannya tersendiri. Dengan Busquets di no. 8, Barcelona tidak bisa berharap ia menggantikan kemampuan dribbling Andres Iniesta (yang cidera selama 1 bulan). Tetapi di sisi lain, dengan penempatan posisi yang terkenal cermat (karena selalu mampu menjamin kompaksi bentuk), kehadiran Busquets di area depan (sekitar no. 8 dan 10) menjadi positif terutama saat Barcelona membutuhkan gegenrpressing. Busquets merupakan pemain yang tepat untuk menjamin kestabilan eksekusi gegenpressing. Hal yang sama terjadi ketika Barcelona bertemu dengan Sevilla di UEFA Super Cup Agustus 2015. Kehadirannya di no. 8 (yang beberapa kali maju ke area no. 10) mampu membantu Barcelona menciptakan pressing yang stabil sekaligus memberikan beberapa gegenpressing tuntas.
Bagaimana Sevilla bermain
Emery Unai memainkan pressing seagresif mungkin. Agresif di sini maksudnya adalah pemain-pemain Sevilla melakukan pressing blok setinggi mungkin dengan pola dasar 4-4-2. Bila Barcelona berniat melakukan build-up dari area yang dekat sekali dengan byline pun Sevilla akan dengan senang hati melakukan pressing, yang bisa dilakukan oleh 2 pemain. Keagresifan bentuk pressing Sevilla makin terlihat apabila kedua bek sayap Barcelona ikut turun ke bawah untuk membantu menciptakan pola progresi yang “bersih”. Dalam kondisi ini, sangat jamak bila Sevilla menempatkan 5-6 pemainnya di sepertiga awal pertahanan Barcelona.
Faktor lain yang mengapa Sevilla tampak agresif adalah pendekatan yang mereka lakukan merupakan man-oriented zonal-marking, yaitu Sebuah varian zonal-marking yang berorientasi kepada posisi pemain-pemain tim menyerang yang masuk dalam wilayah kerja seorang pemain tim bertahan. Bedakan dengan man to man marking yang penjagaan spesifik dilakukan berdasarkan penugasan kepada satu pemain bertahan untuk terus menjaga satu pemain lawan yang itu-itu saja.
Orientasi kepada pemain lawan dan posisi bola, membuat blok pressing Sevilla berada dalam 3 bentuk umum, yaitu blok tinggi, menengah, dan rendah.
Ini merupakan bentuk dasar pressing dengan pola dasar 4-4-2. Sisi positif dari pressing Sevilla adalah kehadiran 4 gelandang dan 2 penyerang yang sering kali mempersempit celah di depan lini tengah sekaligus memnciptakan situasi 6 v 2 bagi Sevilla. Gelandang sayap Sevilla berorientasi pada bek sayap atau gelandang tengah Barcelona. Bila bek sayap tidak terlibat aktif, seperti situasi di atas, gelandang sayap Sevilla bisa berfokus pada pergerakan 2 gelandang tengah Barcelona.
Situasi di atas sering memaksa Barcelona melakukan umpan balik ke belakang, akibat terlalu jauhnya Mascherano atau dalam banyak kondisi lain, jalur umpan pada dirinya tertutup. Untuk merespon hal ini, Barcelona menggunakan dua bek tengah yang mengambil posisi melebar (dengan Mascherano sebagai titik tengah) untuk mendapatkan aspek diagonal yang diperlukan dalam menciptakan jalir umpan ketiga (3rd line passing). Kedua bek tengah Barcelona inilah yang digunakan sebagai akses vertikal untuk mencapai Neymar yang selalu berusaha mengeksploitasi celah vertikal di intermediate-defense (area di depan lini belakang). Dan dalam banyak momen, lini belakang Sevilla mampu menghentikan progresi Barcelona di area tersebut.
Dalam permainan menyerangnya, Sevilla juga menghadapi pressing Barcelona yang dimainkan dalam blok tinggi. Sevilla sendiri tidak terlalu bagus dalam melepaskan diri dari pressing semacam ini. Salah satu sebabnya, adalah deep playmaker mereka, Ever Banega, sedang cedera dan baru diperkirakan bermian lagi setelah tanggal 22 Oktober 2015. Akibatnya, sering kali Sevilla harus melepaskan umpan jauh ke depan.
Di sinilah (seharusnya) sisi positif kehadiran Vicente Iborra terasa. Dengan tinggi 195 cm, Iborra merupakan target man yang ideal bila Sevilla berniat bermain bola panjang dari belakang langsung ke depan. Tapi Sevilla pun tidak banyak terlihat memanfaatkan hal ini. Sesuatu yang berbeda kalau kita menyaksikan Bayer Leverkusen bermain. Bila dalam pertandingan Leverkusen dipaksa bermain bola panjang, sebisanya bola diarahkan untuk mencapai Kießling. Sevilla tidak terlihat melakukan taktik yang sama terhadap Iborra.
Isu pertahanan Barcelona
Ketika menghadapi Juventus, Sevilla dipaksa pasrah menyaksikan fase ketiga permainan mereka, yaitu fase penciptaan peluang menjadi begitu buruk. Juventus dengan kompaksi yang sangat baik dan stabil, mampu meniadakan akses ke half-space dan center. Akibatnya, Sevilla sering kali melepaskan umpan silang melambung. Dalam pertandingan menghadapi Barcelona, Sevilla tidak mendapatkan kesulitan serupa. Kenapa? Karena Juventus melibatkan dua striker–nya saat bertahan di deep-area. Dengan keterlibatan striker, Juventus kerap kali menciptakan overloading yang sangat bernilai positif. Barcelona tidak melakukan hal ini yang pada gilirannya berpengaruh kurang baik terhadap kompaksi sekaligus memberikan lebih banyak ruang bagi Sevilla untuk melakukan progresi.
Jose Mourinho pernah berujar :
“Transitions have become crucial. When the opponent is organized defensively, it is very difficult to score. The moment the opponent loses the ball can be the time to exploit the opportunity of someone being out of position. Similarly when we lose the ball we must react immediately…”
Kebetulan apa yang disampaikan Mourinho terlihat dalam gol pertama Sevilla. Kelengahan Barcelona dalam sebuah transisi bertahan menghukum mereka. Proses gol pertama yang dicetak oleh Krohn-Dehli memperlihatkan hal tersebut. Ivan Rakitic dan Munir el-Haddadi bersikap terlalu pasif ketika dalam mode transisi bertahan dan ketika sedang berada di garis tengah. Akibatnya, kompaksi horisontal dan vertikal Barcelona terganggu. Ketika Gameiro melepaskan umpan silang mendatar ke tiang jauh, situasi jumlah pemain saat itu adalah 4v4 di dalam kotak penalti.
Setelah tertinggal dua gol, Luis Enrique melakukan perubahan susunan pemain. Ia memasukan Sandro Ramirez dan Dani Alves menggantikan Munir dan Mathieu. Kehadiran dua pemian ini merubah permainan Barcelona. Sergio Roberto dan Rakitic diposisikan sebagai no. 8 yang lebih banyak bergerak vertikal. Sandro bermain dari sayap kanan didampingi oleh Dani alves di bek sayap kanan. Di belakang, Mascherano dan Pique kembali berduet.
Seperti juga striker-striker Barcelona tidak melibatkan dirinya secara aktif dalam fase bertahan, hal yang sama juga terlihat dalam permainan Sevilla. Striker Sevilla tidak seaktif duet Alvaro Morata-Paulo Dybala. Hal ini, seperti yang disebutkan di atas, mempengaruhi tingkat kompaksi. Ditambah pemain-pemain Barcelona yang dikenal memiliki off the ball movement bagus, makin banyaklah space yang bisa dieksplorasi demi membongkar pertahanan Sevilla.
Kesimpulan
Sama juga ketika menghadapi Leverkusen, kehadiran Messi yang sering kali menjadi advanced playmaker dengan menjemput bola dari area 10 dan 8 di half-space, belum bisa tergantikan. Bila Enrique bersikeras memainkan sistem serupa, ia (mungkin) merupakan orang yang paling paham akan ada perbedaan pada kualitas eksekusi. Messi adalah Messi, Suarez adalah Suarez., dan Neymar adalah Neymar. Set-play berbeda harus segera ditemukan oleh Enrique. Walau pun di satu sisi Barcelona mampu menciptakan banyak peluang ke gawnag Sevilla, tetapi di sisi lain, sistem yang merupakan “sistem-untuk-Messi” tidak (atau belum?) berjalan seperti yang terlihat sebelumnya. Kompetisi masih panjang, tetapi Barcelon ajuga harus kehilangan Iniesta dan Messi untuk jangka waktu 1 sampai 1,5 bulan ke depan. Ditambah potensi kelelahan, ke-ciamik-an Enrique mendapatkan ujian berarti saat ini.
Sevilla sendiri patut diberikan apresiasi. Mereka mampu memainkan blok pertahanan fleksibel (tinggi, menengah, dan rendah) berbasiskan man-oriented zonal-marking. Intensitas pressing yang menjadi salah satu ciri Emery Unai juga tetap dipertahanankan. Di sisi lain, cemerlangnya Javier Rico, kiper Sevilla, juga pantas mendapatkan nilai lebih. Kemenangan ini sangat berarti, terutama setelah kekalahan “tanpa perlawanan” dari Juventus tengah pekan lalu. Apakah kemenangan 2-1 atas Barcelona akan menjadi titik balik kembalinya Sevilla ke jajaran 4 besar? Patut ditunggu.