Sayatan Tajam Joakim Maehle

Mungkin tidak salah jika kita menyebut Piala Eropa 2020 adalah panggungnya para fullback atau wingback. Banyak pemain yang mengisi pos tersebut jadi buah bibir, misalnya saja Denzel Dumfries (Belanda), Robin Gosens (Jerman), Thorgan Hazard (Belgia) Joakim Maehle (Denmark), Luke Shaw (Inggris), sampai Leonardo Spinazzola (Italia).

Dinamika taktik pada saat ini yang acap menitikberatkan serangan via sayap bikin para fullback atau wingback meroket. Dan salah satu yang paling disorot performanya adalah Maehle.

Ledakan tim nasional Denmark yang menembus semifinal Piala Eropa 2020 bisa muncul akibat penampilan menawan Maehle dalam menyisir sayap kiri.

Sepanjang fase grup sampai laga semifinal, Maehle tak pernah absen. Kasper Hjulmand, pelatih Denmark, begitu mempercayai penggawa klub Serie A, Atalanta, tersebut.

Mengacu pada data WhoScored, Maehle menghabiskan waktu selama 570 menit alias tak kehilangan satu menit pun dalam seluruh laga yang dijalani Danish Dynamite di Piala Eropa 2020.

Ini membuktikan bahwa lelaki kelahiran Ostervra tersebut memiliki esensi yang sangat tinggi dalam skema permainan yang diterapkan Hjulmand.

Walau pernah menjadi kampiun Piala Eropa 1992, Denmark masih dianggap bukan kekuatan besar dalam kancah sepakbola Eropa. Pada penyelenggaraan Piala Eropa 2020 ini pun mereka cuma dilabeli status kuda hitam.

Hal ini berbeda jauh dengan Inggris yang bahkan belum pernah menjuarai Piala Eropa tetapi masuk dalam kategori tim kuat dan menjadi unggulan.

Kendati dihuni banyak pesepakbola ternama, Denmark diprediksi tidak akan melaju jauh pada Piala Eropa 2020. Mungkin kalau Anda menyebut mereka bakal menembus semifinal pada awal-awal kejuaraan, Anda bisa dicap gila oleh teman maupun kolega.

Tergabung di Grup B bersama Belgia, Finlandia, dan Rusia, Denmark diperkirakan keluar sebagai runner up grup di bawah negara yang disebut pertama.

Akan tetapi, bencana seolah datang lebih dini buat mengubur mimpi Danish Dynamite tampil heroik di Piala Eropa 2020. Dalam laga perdana kontra Finlandia, mereka takluk 0-1 dan mesti kehilangan Christian Eriksen yang kolaps di tengah laga lantaran mengalami henti jantung.

Bintang utama Denmark itu terpaksa mengakhiri turnamen lebih cepat guna mengevaluasi kondisi kesehatannya. Peristiwa yang tak diduga tersebut bahkan membuat Eriksen kudu menimang-nimang kembali kans melanjutkan karier di lapangan hijau.

BACA JUGA:  Mbappe Jadi Pahlawan Kemenangan Prancis atas Denmark

Saat bersua Belgia di laga kedua dengan kekuatan yang pincang serta fokus yang terpecah. Anak asuh Hjulmand dilumat dengan mudah oleh sang lawan.

Dua kekalahan di sepasang laga awal penyisihan grup tentu menyulitkan Danish Dynamite untuk melaju ke fase gugur. Namun semangat pantang menyerah yang mereka miliki serta perubahan taktik ciamik Hjulmand guna menyiasati ketiadaan Eriksen, bikin Denmark sanggup menciptakan keajaiban.

Laga terakhir kontra Rusia menjadi titik balik. Mereka menang telak 4-1 dan lolos ke 16 besar! Dalam pesta gol itu, Mæhle mencetak sebiji gol.

Penampilan menawan Maehle berlanjut saat Denmark bertemu Wales di 16 besar. Tanpa tedeng aling-aling, Gareth Bale dan kolega dibungkam dengan skor mencolok 4-0. Sekali lagi, Maehle melambung setelah mencatat satu gol dalam laga ini.

Menjadi seorang wingback yang jadi kunci fase menyerang Denmark membuat kelebihan Maehle terekspos sempurna. Ia liat dalam menyisir area kanan pertahanan lawan, baik sebagai pemegang bola maupun opsi umpan sekaligus pencipta keunggulan numerik.

Layaknya dinamit yang punya daya ledak eksplosif, Maehle rajin naik membantu serangan bahkan sampai ke area kotak penalti lawan seperti yang diinstruksikan Hjulmand. Fantastisnya, sang pemain berhasil menerjemahkannya secara paripurna di atas lapangan.

Tatkala Denmark berjumpa Republik Ceko di babak perempatfinal, Maehle lagi-lagi muncul sebagai salah satu protagonis. Umpan cantiknya menggunakan bagian luar kaki kanan dari sayap kiri sukses disambar Kasper Dolberg untuk membuat Denmark unggul 2-0. Laga itu sendiri berakhir 2-1 buat kemenangan Danish Dynamite.

Seperti rekan-rekan seprofesinya, penampilan cemerlang Maehle adalah hasil dari perjuangan yang dimulai sedari muda. Ia merintis perjalanan di kancah sepakbola bersama Ostervra IF, klub di kota kelahirannya, saat berumur 9 tahun.

Pada tahun 2009 atau berusia 12 tahun, Maehle hijrah ke tim junior Aalborg (AaB) BK. Di klub ini, kemampuannya semakin terasah dan pada saat berusia 19 tahun, Maehle dipromosikan ke tim senior, mendapat kontrak profesional pertamanya serta melakoni debut.

Namun kiprah sang pemain di negeri sendiri tidak berlangsung lama karena tahun 2017, salah satu klub top Belgia, Racing Genk, merekrutnya sebagai suksesor Timothy Castagne yang dicomot Atalanta. Genk menilai Maehle sebagai pemain spesial karena seperti Castagne, ia bisa dimainkan di sisi kiri atau kanan.

BACA JUGA:  Tantangan yang Menanti Jorginho

Butuh satu musim bagi Maehle untuk beradaptasi dan menjadi pilihan utama di starting eleven. Pada musim keduanya bersama Genk, ia menjadi sosok tak tergantikan dengan memainkan 95 persen dari total menit yang dimainkan Genk pada musim 2018/2019.

Terasa makin elok, pada musim tersebut Maehle juga sanggup menyarangkan empat buah gol lintas ajang. Berbekal performa itu, Maehle menarik atensi sejumlah klub di Benua Biru.

Ia nyaris hengkang ke Olympique Marseille pada musim panas 2020. Maehle sendiri begitu tertarik dengan petualangan di Negeri Anggur. Terlebih Marseille bukan kesebelasan kacangan di sana.

Sayangnya, transfer itu gagal terwujud di detik-detik akhir sebab manajemen Genk menginginkan biaya tebus yang lebih tinggi. Kondisi ini membuatnya merasa kesal bukan kepalang.

Mujur, kepindahannya dari Genk benar-benar terwujud beberapa bulan kemudian. Nominal 10 juta Euro yang ditawarkan Atalanta teramat sulit ditampik. Maehle pun resmi pindah ke Negeri Pizza per musim dingin 2021 dan menandatangani kontrak selama lima musim.

Kisah menarik muncul di sini sebab Maehle diproyeksikan La Dea sebagai pengganti Castagne yang minggat ke Inggris setelah menerima pinangan Leicester City. Namun menjadi pilihan utama Gian Piero Gasperini bukan perkara enteng.

Pasalnya, Atalanta sudah punya duo wingback andalan dalam wujud Hans Hateboer dan Gosens. Maka menyingkirkan satu di antara keduanya menjadi keharusan untuk Maehle bila mendamba posisi pemain inti.

Meski menit bermainnya tak selalu didapat sebagai starter, Maehle mencatat 20 penampilan pada Serie A musim 2020/2021 lalu.

Aksi-aksi bagusnya itulah yang kemudian bikin Hjulmand memiliki kepercayaan besar terhadap pemain bernomor punggung 5 tersebut. Sebuah kepercayaan yang dijawab secara brilian oleh Maehle.

“Jika kontrak profesional sebagai pesepakbola tak didapat, ia siap melanjutkan studinya di bidang olahraga ke Amerika Serikat. Joakim ingin menjadi guru pendidikan jasmani”, papar Daniel Mæhle, sang kakak, seperti dikutip dari The Flanker.

Dari seorang pemuda yang berandai-andai menjadi guru penjaskes, Maehle akhirnya justru melesat sebagai salah satu bintang di ajang Piala Eropa 2020. Tak buruk, bukan?

Komentar
Penikmat sepakbola yang menaruh atensi khusus pada fantasy football. Silakan disapa via akun Twitter @chrisardinho