Johan Ibo, Simon Legiman, dan Pengaturan Skor di Liga Indonesia

Persepakbolaan Indonesia dihebohkan dengan pemberitaan mengenai penangkapan Johan Ibo. Mantan bek Persebaya, Arema, dan Pelita Jaya itu diduga terlibat dalam jaringan pengaturan skor Liga Indonesia.

Johan Ibo mencoba untuk menyuap dua pemain Pusamania Borneo FC (PBFC), Erick Weeks dan Oktovianus Maniani. Sebagai pemain kunci, tentu keduanya memiliki peranan penting dalam tim sehingga jika mereka bisa ‘dipegang’, maka jalannya pertandingan pun bisa diatur. Keduanya diharapkan agar bermain buruk sehingga mampu untuk membantu Persebaya 2010 memenangi pertandingan.

Beruntung, upaya itu kemudian bisa digagalkan. Bahkan, pesepak bola kelahiran Atamali, 19 September 1985, itu berhasil diamankan setelah dijebak oleh manajemen PBFC. Sayangnya, satu lagi pemain asing asal Mali yang menemani Ibo berhasil meloloskan diri.

Kejadian seperti ini bukan kali pertama terjadi di sepak bola Indonesia. Isu pengaturan skor terus menerus hadir setiap musimnya. Hal ini terjadi tidak hanya di gelaran Liga Super Indonesia yang notabene merupakan liga kasta tertinggi, tetapi juga divisi-divisi di bawahnya. Walaupun demikian, hingga kini belum ada upaya serius untuk menanggulanginya.

Salah satu kasus pengaturan pertandingan yang mencuat dan paling menyita perhatian adalah pengakuan Simon Legiman, manajer PSIS Semarang yang mengaku telah menyuap wasit Muchlis jelang laga Arema Malang kontra PSIS pada gelaran Liga Indonesia VI. Kasus ini menjadi menarik karena aktornya sendiri yang kemudian buka suara mengenai upaya penyuapan tersebut.

Menurut Simon, bukan dirinya yang ingin menyuap, tetapi Muchlis sendiri yang menawari. “Dalam perjanjian, Muchlis meminta Rp 3 juta jika seri dan Rp 5 juta apabila menang,” ujar Simon (Suara Merdeka, 29 Mei 2000). Simon jelas bersedia mengingat posisi tim berjuluk Mahesa Jenar kala itu sedang berada di jurang degradasi. Namun, saat pertandingan berlangsung, wasit justru banyak merugikan PSIS dan merekapun akhirnya kalah 2-3 dari tuan rumah. Simon yang sudah memberi uang muka Rp 1 juta pun berang dan ‘bernyanyi’ di hadapan wartawan seusai pertandingan. Pemberitaan mengenai kasus inipun kemudian muncul di berbagai media massa dan menjadi pembicaraan hangat di masyarakat.

BACA JUGA:  Anda Lelah, Pep?

Usut punya usut, ternyata Muchlis berniat untuk balas dendam lantaran dulu, saat PSIS juara, dirinya dijanjikan bonus Rp 10 juta. Namun, setelah PSIS berhasil menjadi juara Liga Indonesia V, uang yang diterimanya hanya Rp 750 ribu. Kasus ini pun berbuntut panjang. Simon kemudian dilarang berkiprah di sepak bola Indonesia seumur hidup dan wasit Muchlis pun dikenai sanksi berat. Pada akhir musim, PSIS akhirnya harus terdegradasi ke Divisi I, padahal musim sebelumnya mereka adalah juara liga.

Praktik suap seperti ini dibenarkan oleh Sumarwoko, salah satu anggota korps pengadil lapangan hijau dari Yogyakarta. Menurutnya, ada banyak ragam praktik suap, misalnya dengan membawa wasit dan perangkat pertandingan ke tempat yang tidak diketahui untuk melakukan negosiasi. Tak hanya agar wasit membantu sebuah tim memenangi pertandingan, ada pula praktik suap yang dilakukan “hanya” agar wasit memimpin dengan adil alias tidak merugikan tim, dan masih banyak lagi.

Selama menjadi wasit maupun asisten wasit, Sumarwoko memiliki prinsip jelas mengenai hal ini. Jika dia diberi uang sebelum pertandingan, berarti itu adalah suap (dia mengaku menghindari ini), tetapi jika diberi uang setelah pertandingan, itu dianggapnya sebagai bonus (dia mengaku menerima untuk yang seperti ini). “Saya anggap sebagai rezeki karena sudah memimpin dengan adil,” ujarnya dengan penuh keyakinan.

Pengaturan skor dari waktu ke waktu terus mengalami perkembangan. Semakin banyak aktor yang terlibat mulai dari wasit, pemain, pelatih, manajemen, agen pemain, hingga tidak menutup kemungkinan mereka yang memiliki kuasa di federasi dan operator liga. Hal semacam ini tidak hanya terjadi di Indonesia tapi juga liga-liga top di berbagai belahan dunia.

Sulit memang untuk bisa memberantas mafia pengaturan skor. Akan tetapi, upaya untuk meminimalkan hal tersebut jelas tidak boleh berhenti dilakukan. Hal ini sangat penting untuk meningkatkan kepercayaan dari publik sepak bola terhadap penyelenggara kompetisi dan tentunya agar suguhan setiap pertandingan semakin menarik untuk dinikmati demi menuju industri sepak bola yang sehat nan berkelanjutan.

BACA JUGA:  Bagaimana Cara Menjadi Pelatih Sepakbola di Indonesia?

 

Komentar
Akrab dengan dunia penulisan, penelitian, serta kajian populer. Pribadi yang tertarik untuk belajar berbagai hal baru ini juga menikmati segala seluk beluk sepak bola baik di tingkat lokal maupun internasional.