Zvonimir Boban: Tendangan Kungfu yang Bersejarah Hingga Puncak Karier Bersama AC Milan

Tentu saja pencinta sepak bola di seluruh dunia tahu akan insiden tendangan kungfu yang dilakukan oleh The King Eric Cantona kepada Simmon Mathews, salah seorang pendukung Crystal Palace.

Insiden yang terjadi pada 25 Januari 1995 itu terjadi usai The King mendapat kartu merah karena melanggar pemain Palace. Atas kelakuannya ini, Cantona dihukum kerja sosial selama 120 jam.

Namun, tahukah Anda bahwa sekira 5 tahun sebelum insiden Eric Cantona, Zvonimir Boban sudah lebih dahulu melakukannya?

Berbeda dengan Cantona yang dihukum kerja sosial, tendangan kungfu Boban membuatnya didaulat sebagai pahlawan oleh masyarakat Kroasia, juga dipercaya menjadi salah satu pemicu sejarah besar. Meskipun atas tindakannya itu, Boban dihukum larangan bertanding selama 6 bulan oleh federasi sepak bola Yugoslavia.

Tertanggal 13 Mei 1990, di Stadion Maksimir di kota Zagreb, Kroasia, pecah kerusuhan antarpendukung saat berlangsung pertandingan Dinamo Zagreb menghadapi Red Star Belgrade. Ribuan pendukung dari kedua belah pihak baku hantam di tribun penonton hingga ke tengah lapangan. Pertandingan berhenti dan tidak bisa dilanjutkan kembali.

Saat itu, Kroasia masih menjadi bagian dari negara Yugoslavia. Menurut Drazen Kruselj, seorang wartawan olahraga lokal, kerusuhan memang sudah direncanakan. Pendukung Red Star yang saat itu menjadi tim tamu, merasa di atas angin karena aparat keamanan yang berada di lapangan berpihak kepada mereka.

Red Star menjadi representasi pemerintah Yugoslavia menghadapi Kroasia yang disimbolkan oleh Dinamo Zagreb yang mulai mengusik dan menuntut kemerdekaan dari Yugoslavia.

Di tengah lapangan, suporter Dinamo Zagreb baku hantam dengan aparat keamanan. Bruno Sirok, salah seorang pendukung Dinamo Zagreb jatuh tersungkur dipukuli aparat keamanan. Melihat kejadian itu, Zvonimir Boban, yang saat itu berusia 19 tahun dan menjabat sebagai kapten tim Dinamo Zagreb mencoba menolong Sirok.

Ia berlari mengejar aparat keamanan yang memukuli Sirok, sembari melompat, Boban menendang aparat keamanan itu.

Selepas kejadian tersebut, Boban dihukum oleh asosiasi sepak bola Yugoslavia. Ia dilarang bertanding selama 6 bulan. Karena hukuman ini, Boban gagal tampil di Piala Dunia 1990 di Italia. Namun bagi masyarakat Kroasia, apa yang dilakukan Boban adalah tindakan heroik. Atas hal ini, ia dianggap sebagai pahlawan nasional.

BACA JUGA:  Josip Skoblar: Monsieur Goal bagi Olympique de Marseille

Banyak yang beranggapan, kerusuhan yang terjadi di stadion Maksimir ini adalah katalis perjuangan kemerdekaan Kroasia. Maret 1991, pecah perang yang berujung pada kemerdekaan Kroasia pada tanggal 25 Juni 1991.

Kantor berita CNN memasukkan pertandingan Dinamo Zagreb melawan Red Star Belgrade yang berujung kerusuhan ini sebagai satu dari lima pertandingan sepak bola yang mengubah sejarah.

Terkait insiden tendangan kungfu ke aparat keamanan ini, Boban berkomentar, “Di sinilah saya, di hadapan publik saya siap mempertaruhkan nyawa, karier, dan semua yang menyertai ketenaran. Semua ini karena sebuah idealisme, sebuah penyebab: Kroasia.”

Terlahir di kota kecil bernama Imotski pada 8 Oktober 1968, Zvonimir Boban memulai karier profesionalnya bersama Dinamo Zagreb di usia 16 tahun. Saat usianya menginjak 19 tahun, Boban sudah dipercaya sebagai kapten tim.

Total, ia melakoni 109 pertandingan bersama Dinamo Zagreb dan mencetak 45 gol sebelum menjajal atmosfer Serie A yang saat itu menjadi liga terbaik di dunia.

Sempat dipinjamkan ke Bari selama semusim sesaat setelah dibeli dengan harga 8 juta euro, pemain yang dijuluki Zorro ini menghabiskan 9 musim bersama AC Milan. Boban mencatatkan 251 pertandingan bersama AC Milan dan mencetak total 30 gol di semua kompetisi.

Ia menjadi salah satu pemain berpengaruh di AC Milan sepanjang kepemilikan rezim Silvio Berlusconi dengan meraih 4 gelar Serie A, 3 gelar Piala Super Italia, dan 1 gelar Liga Champions.

Sepanjang bermain di AC Milan, ia menjadi salah seorang trequartista yang disegani di Serie A.

Berperan sebagai pelayan yang memanjakan attaccante, umpan-umpan brilian Boban kerap memudahkan para penyerang AC Milan. Mulai dari George Weah, Oliver Bierhoff, Andriy Shevchenko, hingga Roberto Baggio pernah merasakan dimanjakan oleh umpan-umpan Boban.

Kariernya bersama AC Milan mulai meredup usai pembelian Manuel Rui Costa oleh AC Milan dari Fiorentina. Sempat dipinjamkan ke Celta Vigo, pada 7 Oktober 2002, Boban memutuskan pensiun sebagai pemain profesional.

Di level tim nasional, Zvonimir Boban menjadi satu dari sedikit pemain yang pernah membela 2 negara di kompetisi resmi. Ini terjadi karena usai Kroasia memerdekakan diri dari Yugoslavia, ia memilih membela tim nasional Kroasia.

BACA JUGA:  Park Ji-Sung: Big Game Player Andalan Ferguson

Pada tahun 1987, Zvonimir Boban berhasil membawa Yugoslavia menjuarai Piala Dunia U-20. Di pertandingan final ia mencetak satu gol ke gawang Jerman Barat dan satu gol lagi ketika terjadi adu tendangan penalti.

Di tim nasional senior, Boban bermain sebanyak 7 pertandingan untuk Yugoslavia dan mencetak 1 gol. Sedangkan untuk Kroasia, ia bermain sebanyak 51 pertandingan dan berhasil menceploskan 12 gol ke gawang lawan.

Puncak karier Boban di tim nasional terjadi pada Piala Dunia 1998 di Prancis, piala dunia pertama yang diikuti negaranya yang baru berusia 7 tahun. Sebagai kapten tim, ia berhasil memimpin rekan-rekannya dan membawa Kroasia meraih peringkat ketiga.

Kroasia tergabung di Grup H bersama Argentina, Jamaika, dan Jepang. Langkah Kroasia di putaran grup tidak terlalu buruk. Mereka hanya kalah dari Argentina dan berhasil menang di dua pertandingan sisa.

Berperan besar di 3 gol yang diciptakan Kroasia di pertandingan pertama melawan Jamaika, Boban absen di pertandingan kedua melawan Jepang karena cedera.

Langkah Kroasia menuju final dihentikan oleh Prancis di semifinal. Sempat unggul melalui gol Davor Suker, Boban melakukan kesalahan dengan berlama-lama menguasai bola di depan kotak penalti sendiri.

Bola berhasil dicuri Lilian Thuram dan Prancis berhasil menyamakan kedudukan. Kesalahannya itu ia bayar tuntas dengan memberikan umpan matang untuk Davor Suker di pertandingan perebutan peringkat ketiga melawan Belanda.

Selepas pensiun, Boban meniti karier sebagai jurnalis sepak bola. Ia bekerja di koran harian lokal Kroasia bernama Sportske Novosti. Selain itu, Boban juga melanjutkan sekolahnya. Ia kuliah di University of Zagreb mengambil jurusan sejarah.

Tesisnya meneliti tentang keyakinan Kristen di masa Kerajaan Romawi. Menjadi salah seorang pelaku sejarah kemerdekaan Kroasia di usia muda, Boban memilih belajar sejarah usai pensiun. Ia menolak melanjutkan karier sebagai pelatih sepak bola.

Perihal karier sebagai pelatih, Boban berkomentar, “Sepak bola telah memperluas wawasan saya. Untuk sementara, saya akan beristirahat dari sepak bola. Namun satu hal yang pasti, tidak pernah, saya tidak akan pernah menjadi pelatih. Saya tidak cocok untuk pekerjaan itu.”

 

Komentar