Bukan Perkara Mudah Mendepak Arsene Wenger

“Arsenal kalah dan kembali gagal melaju ke perempat final Liga Champions.” Narasi tersebut seolah menjadi takdir pahit bagi The Gunners. Kali ketujuh Arsenal mengalami kegagalan yang sama di kompetisi paling bergengsi di Eropa.

Dan seperti biasanya, tagar #WengerOut kembali mengemuka. Bagi klub sebesar Arsenal, yang dalam kurang lebih 20 tahun terakhir selalu meramaikan jagat tertinggi persepakbolaan Eropa, tujuh tahun beruntun tak mampu lolos ke perempat final Liga Champions jelas tak bisa diterima.

Jelas ada yang salah. Dan mau tak mau, Arsene Wenger menjadi sasaran pengampu tanggung jawabnya.

Apalagi, Wenger telah dibekali amunisi yang tak bisa dipandang sebelah mata. Sejak beberapa musim terakhir, Sang Profesor diperbolehkan mendatangkan pemain-pemain bintang berharga mahal macam Alexis Sanchez hingga Mesut Ozil. Hal itu menjadi terobosan besar jika dibandingkan kebijakan Arsenal sepuluh tahun lalu.

Karena itu, tagar di atas menjadi masuk akal. Bahkan, semakin logis jika melihat situasi terkini di arena Liga Primer Inggris.

Alexis dan kawan-kawan memang masih menghuni peringkat ke-5 klasemen sementara. Bahkan masih memiliki peluang besar untuk mengakhiri musim di empat besar sekaligus lolos ke Liga Champions musim depan.

Namun, performa mereka yang angin-anginan, terutama kala berjumpa tim enam besar lainnya, membuat tagar tersebut tak salah untuk kembali digaungkan.

Meski begitu, agaknya tagar tersebut masih sangat sulit direalisasikan. Bahkan bisa jadi akan menguap begitu saja. Hal ini dikarenakan manajemen Gudang Peluru “dihadang” beberapa hal yang membuat mereka sulit untuk mendepak manajer asal Prancis tersebut.

Berikut beberapa di antaranya.

Sejarah

Sejarah Arsenal jelas tak bisa dipisahkan dari peran Wenger. Sebelum kehadiran Sang Profesor, tim asal London tersebut hanya “klub biasa” yang mungkin dengan rasa cemburu melihat Manchester United dan Liverpool bolak-balik mengangkat trofi jawara Liga Inggris di era 80-an dan awal 90-an.

BACA JUGA:  Soal Pengaruh Brexit Terhadap Sepak Bola Inggris

Buktinya jelas. Sejak ditangani Wenger pada 1996, Arsenal telah mengoleksi tiga gelar Liga Inggris, enam FA Cup, dan empat Community Shield. Bahkan, salah satu gelar Liga Inggris yang didapatkan, dihiasi dengan rekor invincible alias tak terkalahkan sepanjang musim.

Belum lagi di tangan Wenger pula Arsenal mampu meraup keuntungan melimpah hingga mampu membangun Emirates Stadium.

Sejarah besar yang diberikan Wenger tersebut, jelas bukan perkara mudah untuk dilihat sebelah mata. Dan pada akhirnya membuat manajemen (dan mungkin sebagian fans lawas) seperti memiliki hutang tersendiri kepada manajer kelahiran Strasbourg tersebut.

Respek

Manajemen Arsenal tentu tak mau mengulangi kesalahan Leicester City yang beberapa waktu lalu mendepak Claudio Ranieri. Mereka jelas tak mau dipandang sebagai tim yang tak tahu berterima kasih setelah semua pengorbanan yang diberikan Wenger untuk tim ini selama 20 tahun terakhir dengan memecatnya.

Karena jika itu terjadi, bisa-bisa, citra klub memburuk persis seperti yang dialami The Foxes. Dengan kata lain, manajemen masih memiliki respek yang tinggi terhadap Wenger.

Perubahan tak selalu berhasil

Dan yang terakhir adalah fakta bahwa perubahan di sektor manajer belum tentu menghasilkan prestasi instan. Lihat saja Manchester United, yang sejak ditinggalkan Sir Alex Ferguson belum lagi mampu menguasai ranah Inggris.

Oleh karena itu, tetap bersama Wenger adalah jalan paling aman yang bisa ditempuh jika tak ingin merasakan perubahan yang tak jelas seperti yang dialami United.

Ketiga faktor di atas memang bukan hal yang pasti, terutama untuk poin ketiga. Melihat situasi di mana rumor beberapa pemain yang ingin hengkang karena tak mendapatkan kepercayaan meski bermain baik sudah mengemuka.

Lucas Perez dan Alex Oxlade-Chamberlain menjadi dua pemain terakhir yang dikabarkan akan hengkang di musim panas mendatang. Belum lagi peliknya urusan kontrak baru untuk Mesut Ozil dan Alexis Sanchez. Perubahan di kursi pelatih bisa menyegarkan suasana klub dan membuat pemain menemukan kepercayaan diri kembali bahwa mereka bisa menembus tim utama.

BACA JUGA:  Daniele Rugani yang Makin Tersisih

Apalagi, demo yang dilakukan pendukung Arsenal sebelum melawan Bayern Munchen merupakan gambaran rasa tidak puas yang nyata. Wenger tak bisa mengacuhkan kegelisahan tersebut dan beliau memang memikirkannya. Perubahan bisa terjadi, dan perubahan ke arah positif bukan tidak mungkin.

Namun yang pasti, kesimpulan yang bisa diambil adalah; Wenger bisa saja sukses mengangkat prestasi ketika diberi kepercayaan (kembali), sekaligus membuat para fans mengembalikan dukungannya. Atau, ia mundur secara legowo. Sesederhana itu.

Komentar
Mahasiswa Ilmu Komunikasi UNS dan sempat magang di Harian Bola.