Apa Manfaat dari Piala Rektor UAD 2017?

Turnamen yang diselenggarakan oleh UKM Sepakbola Universitas Ahmad Dahlan (UAD) akhirnya selesai. Universitas Siliwangi (Unsil) Tasikmalaya berhasil menjadi juara setelah mengalahkan Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) 1-0 di final yang dihelat di Stadion Sultan Agung, Bantul.

Pertandingan demi pertandingan dilalui, tapi apakah ada manfaat yang bisa dipetik dari turnamen semacam ini bagi sepakbola Indonesia?

Banyak yang tentu akan beranggapan sinis bahwa turnamen-turnamen serupa tak banyak mendatangkan manfaat. Tak ada muara yang jelas bagi bakat-bakat yang ada di perguruan tinggi.

Lagipula, format turnamen yang memainkan pertandingan selama seminggu tentu menguras energi yang akhirnya pemain sudah kelelahan ketika mencapai final.

Format turnamen memang perlu dievaluasi. Apalagi tahun depan, rencananya jumlah peserta akan meningkat.

Tapi, sebagai turnamen pertama, jelas apa yang dilakukan oleh panitia sudah sangat baik dan masukan dari yang pertama akan penting untuk perhelatan yang kedua.

Terkait dengan manfaat tentu ada manfaatnya, mengapa?

Karena sekarang sudah ada jenjang karier yang lebih baik lagi bagi para pemain yang mentas di tingkat universitas. Hal ini berkaitan erat dengan rencana format Liga Nusantara dan kebijakan dari masing-masing universitas.

Bagi UAD dan UNY, turnamen semacam ini penting sebagai salah satu bagian dari persiapan menjelang Liga Nusantara (Linus). Kedua kampus ternama di Yogyakarta ini memiliki klub yang bertanding di Linus.

Dengan adanya pembinaan yang berjenjang, baik FC UNY maupun UAD tidak akan kekurangan stok pemain. Apalagi jika format Linus yang rencananya menggunakan aturan seluruh pemain berusia di bawah 23 tahun benar-benar dilaksanakan.

BACA JUGA:  Mencintai Real Madrid Seperti Alvaro Arbeloa

Piala Rektor UAD 2017 diikuti oleh para mahasiswa angkatan 2015 dan 2016, itu berarti usia rata-rata pemain di bawah 20 tahun. Artinya, seluruh pemain terbaik yang menunjukkan kualitasnya di Piala Rektor UAD 2017 punya kesempatan besar untuk naik kasta masuk ke tim yang berlaga di Linus.

Dengan demikian, pemain bisa terus memelihara mimpinya menjadi pesepakbola profesional. Jenjang yang dilaluinya sudah tepat. Memulai dari amatir dan berusaha semaksimal mungkin kesempatan untuk bisa dilirik oleh pemandu bakat klub yang berlaga di Liga 1 dan Liga 2.

“Pemain UAD FC ada yang mulai bisa seleksi ke tim Liga 2, seperti di PSCS Cilacap dan Persibangga Purbalingga,” ujar Yudhiakto Pramudya, pembina UKM Sepakbola UAD.

Jelas itu angin segar bagi persepakbolaan kita. Dari turnamen yang tak banyak disorot ada kesempatan yang ditawarkan bagi para pemain untuk mengembangkan bakat dan meretas kariernya.

Sementara bagi sepakbola Indonesia, dari kampus-kampus yang punya perhatian besar terhadap sepakbola ini kita tak akan kekurangan talenta muda berbakat.

Nilai plusnya lagi adalah ini menunjukkan bahwa prestasi di lapangan bisa berjalan seiring dengan pendidikan. Para pemain punya kesempatan untuk terus bisa mengembangkan karier sepakbola sembari menimba ilmu di bangku kuliah.

Sesuatu yang selama ini jadi isu di sepakbola Indonesia. Mari kita dukung, langkah yang dilakukan oleh UAD maupun UNY ini agar diikuti oleh perguruan tinggi lain. Kampus memiliki fasilitas dan kemampuan untuk bisa ambil bagian dalam pembinaan sepakbola Indonesia.

Komentar
Akrab dengan dunia penulisan, penelitian, serta kajian populer. Pribadi yang tertarik untuk belajar berbagai hal baru ini juga menikmati segala seluk beluk sepak bola baik di tingkat lokal maupun internasional.