(Benarkah) AC Milan Akhirnya Kaya Raya

GIUSEPPE MEAZZA, MILAN, ITALY - 2016/03/20: Silvio Berlusconi, president of AC Milan, before the Serie A football match between AC Milan and SS Lazio at Giuseppe Meazza Stadium. AC Milan and SS Lazio got tie score of 1-1. (Photo by Nicolo Campo/Pacific Press/LightRocket via Getty Images)

Setelah 30 tahun lebih memimpin, akhirnya, Don Silvio Berlusconi, rela melepas “Sang Anak”. AC Milan, per 13 April 2017, menjadi milik konsorsium dari Tiongkok yang dipimpin Yonghong Li.

Pengusaha dari Negeri Tirai Bambu tersebut merogoh kocek hingga 740 juta euro untuk meminang AC Milan. Li mengambil kepemilikan secara penuh setelah ia sukses melakukan pembayaran atas 99,93 persen saham. Apakah Milan siap memasuki era baru?

Kabar penjualan rival satu kota Internazionale Milano tersebut sudah menggelinding sejak beberapa tahun yang lalu. Terus merugi, Don Silvio didesak melepas Milan ke pembeli potensial. Penguasaha asal Thailand, Bee Taechaubol hampir sukses membeli Milan. Namun, akhirnya gagal karena berbagai permasalahan dasar, dan beberapa syarat dari Don Silvio yang cukup berat.

Setelah negosiasi menemui jalan buntu, isu penjualan sempat meredup karena Don Silvio seperti enggan melepas “Sang Anak”. Maklum, boleh dikata, berkat tangan besi Don Silvio, Milan mencapai masa keemasannya. Bersama Milan, Don Silvio memenangi 29 trofi, termasuk lima gelar Liga Champions.

Namun, berbagai permasalahan di tubuh manajemen membuat Milan tertinggal dibandingkan rival-rivalnya di Eropa. Bahkan, di kompetisi lokal, Milan sangat sulit menembus dua besar. Dominasi Juventus tak terbantahkan. Dan boleh dikata, Si Nyonya Tua berlari terlalu kencang, meninggalkan para rival di Serie A.

Oleh sebab itu, pergantian kepemilikan diharapkan mampu mendatangkan angin segar. Memberikan harapan baru bahwa Milan mampu berbicara banyak (lagi) di semua kompetisi. Senada dengan harapan tersebut, Don Silvio menegaskan dalam surat perpisahannya bahwa penjualan ini adalah bentuk usaha untuk mengembalikan DNA juara AC Milan.

“Setelah lebih dari 30 tahun, saya bukan lagi presiden AC Milan,” kata Don Silvio mengawali suratnya tersebut.

“Saya sangat sedih dengan keputusan ini. Namun saya paham, di era sepakbola modern, untuk bersaing di level tertinggi di Eropa dan dunia dibutuhkan sumber investasi baru yang tidak dapat lagi didanai oleh satu keluarga,” tambahnya.

BACA JUGA:  Kiamat Kecil di Tubuh Inter

Ya, Milan memang membutuhkan sumber dana baru. Terutama bila melihat neraca keuangan mereka yang terus merugi. Tercatat, setiap tahun, Milan hampir pasti merugi di kisaran 70 hingga 80 juta euro. Bahkan, antara 2014 hingga 2015, Milan merugi hingga 180 juta euro. Sebuah angka kerugian yang luar biasa, bukan?

Tapi tunggu dulu, masih ada yang cukup mengkhawatirkan. Catatan keuangan Milan tahun 2016 belum dirilis secara resmi. Namun, diperkirakan Milan sudah merugi hingga 250 juta euro. Dan di tengah badai kerugian ini, Yonghong Li mengambil alih Rossoneri.

Sudah kenal Yonghong Li?

Pengusaha asal Tiongkok tersebut lahir pada tahun 1969. Aset pribadinya mencapai 550 juta euro berdasarkan laporan surat kabar yang bergerak di bidang keuangan Bernama Il Sole-24 Ore. Pria berbadan tegap ini mempunyai saham di beberapa perusahaan, terutama tambang fosfat dan usaha pengemasan yang berbasis di Tiongkok.

Namun, fokus utama Li adalah real estat. Ia memiliki saham hingga 28 persen dari “New China Building”, sebuah tempat perbelanjaan, boleh dibilang terbesar di Shishanhang, dengan 48 lantai. Meskipun terbilang cukup sukses, Li tidak masuk dalam daftar 400 orang terkaya di Tiongkok versi Forbes.

Sementara itu, Don Silvio duduk di posisi ke-13 sebagai pemilik sebuah merek olahraga dengan total aset mencapai 7 miliar euro. Lantas, bagaimana cara Li membeli Milan?

Yonghong Li mendapatkan bantuan sebuah firma pengelola investasi global asal Amerika Serikat bernama Elliott. Bantuan tersebut boleh dibilang merupakan hutang yang harus dibayar dalam jangka waktu tertentu.

Tercatat, Elliott menanggung biaya pembelian Milan hingga 300 juta euro lebih yang akan jatuh tempo pada Oktober 2018. Selain dana tersebut, Li juga harus menanggung bunga pinjaman sebesar 11 persen.

Artinya, Li harus menyediakan sekitar 30 hingga 35 juta euro sebagai nilai bunga. Selain bunga pinjaman, Li juga masih harus menanggung biaya kesepakatan hingga 15 juta euro. Melihat hitung-hitungan kasar tersebut, investasi yang dilakukan Li terbilang cukup berani.

BACA JUGA:  Timnas Hebat dari Kompetisi yang Mati Suri, Adakah?

Ingat, Li akan sangat kesulitan menutup hutang kepada Elliott apabila hanya mengandalkan keuntungan yang didapat dari Milan. Kerugian setiap tahunnya cukup besar dan harus segera dicari cara untuk mengatasi masalah bocornya keuangan tersebut.

Optimisme era baru

Di tengah segala permasalahan ekonomi tersebut, rasa optimis tetap mengapung di jajaran manajemen. CEO yang baru, Marco Fassone, menatap era baru dengan yakin.

Ia menegaskan akan mempertahankan Vincenzo Montella sebagai pelatih. Pun, Fassone siap menyediakan dana transfer dalam jumlah besar untuk memperkuat tim musim depan. “Kami akan punya dana dalam jumlah yang besar untuk jendela transfer musim depan dan Montella kami dukung sepenuhnya,” tegas Fassone kepada Goal.com

Menyediakan dana transfer adalah satu masalah. Namun, membelanjakannya dengan baik adalah masalah lain. Adriano Galliani, CEO sebelumnya, kawan karib Don Silvio, cukup jitu di jendela transfer ketika didukung dana yang cukup. Apakah Fassone mampu lebih baik dibanding Galliani? Sebuah pekerjaan yang menantang.

Selain membeli pemain-pemain yang tepat, mempertahankan pemain potensial juga sebuah langkah krusial. Gianluigi Donnarumma, Alessio Romagnoli,  dan Manuel Locatelli, hingga Suso dan Gerard Deulofeu harus dipertahankan manajemen yang baru.

Sebuah tantangan besar ketika klub ini tengah berada di ambang era baru yang penuh ketidakpastian sedangkan di luar sana, para rival dan klub kaya, menggoda para pemain potensial tersebut dengan gaji besar dan “sebuah kepastian”.

Yonghong Li dan jajaran manajemen yang baru akan menghadapi sebuah badai. Gagal menyajikan perubahan yang nyata, San Siro akan menjadi rumah baru yang tak nyaman.

Terlepas dari itu semua, grazile mille Don Silvio. Dan, benvenuto, accogliere e godere la pasta, Mister Li.

Komentar
Somewhere over the rainbow.