Selamat Datang Kembali Persik

Penantian panjang berakhir lusa malam (22/11). Drama babak adu penalti versus Persiraja Banda Aceh di semifinal Liga 2 musim 2019 berhasil dimenangkan oleh Persik Kediri.

Hasil itu bikin tiket otomatis menuju Liga 1 musim 2020 tergapai sudah, menyusul Persita Tangerang yang lebih dulu memastikan langkahnya beberapa jam sebelumnya. Publik Stadion Brawijaya bersorak. Warga Kediri bahagia tak terkira. Dan saya kembali bersemangat menyongsong episode Liga 1 musim depan.

Perjalanan Macan Putih, julukan Persik, untuk kembali pulang ke habitatnya bukan perkara mudah. Mereka butuh waktu selama lima tahun usai didiskualifikasi dari keikutsertaan pada Liga Super Indonesia 2015.

Kala itu, Persik merupakan salah satu tim yang terkena dampak aturan larangan penggunaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 1 tahun 2011 karena dianggap bukan sebagai prioritas anggaran sehingga tak lagi mendapat suntikan dana dari pemerintah daerah. Praktis, situasi tersebut berimbas pada internal manajemen dan penampilan klub di lapangan.

Faktor lain adalah iklim sepak bola lokal yang sempat dirundung mendung selama beberapa tahun. Hal ini membuat Macan Putih seolah hilang ditelan Bumi, tanpa kabar dan kejelasan situasi. Barulah di tahun 2017, saat cuaca sepak bola dalam negeri mulai sedikit cerah, sinaran mentari kembali menyirami Stadion Brawijaya. Persik pun memulai perjuangannya untuk eksis lagi dari Liga 3.

Usai semusim mengudara di Liga 3, Macan Putih mengaum kencang dengan menyabet gelar juara musim 2018 sekaligus naik kasta ke Liga 2. Musim perdana di kasta kedua, anak muda Kediri kembali tancap gas. Penampilan mereka kian meroket dan menguasai Liga 2 Wilayah Timur musim 2019, melaju ke babak 8 besar, semifinal, dan kini tengah berebut gelar juara dengan Persita.

BACA JUGA:  5 Pemain Krusial yang Membawa Maroko ke Semifinal Piala Dunia 2022

Konsistensi dan determinasi di lapangan membuat target dan impian terpenuhi. Perjuangan Macan Putih tidak sia-sia. Pepatah bahwa, hasil tidak akan mengkhianati proses, terwujud dengan cara paripurna di sana. Banyak juga yang menganggap perjuangan Persik buat promosi dari musim ke musim ibarat perjalanan karier di game Football Manager (FM).

Kembalinya Macan Putih tentu saja akan memberi warna baru dalam peta persaingan di kasta teratas sepak bola nasional. Bagaimana tidak, Persik memiliki nama dan sejarah besar yang mustahil dilupakan segenap publik sepakbola tanah air.

Klub dengan kostum kebesaran berwarna ungu ini adalah pemegang dua gelar Liga Indonesia yakni pada tahun 2003 dan 2006. Pada periode tersebut, Stadion Brawijaya dianggap angker dan menjadi momok bagi setiap kesebelasan yang bertamu ke arena berkapasitas 20 ribu penonton tersebut.

Musim depan, klub-klub peserta Liga 1 akan kembali merasakan kengerian Stadion Brawijaya setelah bertahun lamanya. Tentu saja, persiapan matang menyongsong Liga 1 dibutuhkan untuk membuktikan pernyataan tersebut. Sejauh ini, Persik telah berbenah di berbagai aspek. Berkat hal itu, Macan Putih mampu melaju kencang, tanpa hambatan berarti. Dan bisa menjadi modal besar untuk menghadapi ketatnya Liga 1.

“Manajemen telah bekerja keras untuk melakukan pembenahan. Manajemen diisi oleh orang-orang muda serta pemilihan pemain yang kebanyakan anak muda berkualitas dan sebagian besar putra asli Kediri”, ucap Beny Kurniawan, manajer Persik seperti dilansir BolaSport.

Di sisi lain, nama dan sejarah besar Persik juga bisa berdampak baik bagi perencanaan transfer pemain nantinya. Pemain lokal terbaik boleh jadi menaruh minat tersendiri untuk bergabung sebab gengsi sebagai mantan juara masihlah melekat kuat di Stadion Brawijaya.

Selain itu, pemilihan pemain asing yang cocok dengan kebutuhan tim dan memiliki kemampuan di atas rata-rata akan memberi efek berarti. Persik pernah melakukan hal yang sama di masa lalu dengan menggaet pemain asing semisal Bamidele Frank dan Ronald Fagundez yang benar-benar sanggup memberi kontribusi bagi tim. Belum lagi jika digabungkan dengan produk lokal asli Kediri, tim ini berpotensi menjelma sebagai kekuatan besar pada musim depan.

BACA JUGA:  Transfer Ilmu Tak Harus dengan Naturalisasi

Lolos ke kasta tertinggi bukanlah bagian mimpi paling akhir bagi Persik dan segenap penggemar. Mengulang sejarah dan merebut gelar juara tentu jadi target paling prestisius. Seperti kisah emas 2003 silam saat Persik hanyalah tim promosi yang mampu mengobrak-abrik pertahanan banyak tim raksasa. Berlebih dan ambisius? Tak apa. Toh, kemungkinan untuk itu tetap ada, bukan?

Dan satu lagi, mimpi saya sebagai penggemar jarak jauh Persik sedikit lagi bakal terwujud. Musim depan, di bawah langit senja Stadion Mattoanging, saya akan memakai jersey ungu kebanggaan masyarakat Kediri. Berdiri di tribun timur, di tengah-tengah para penggemar PSM Makassar. Bernyanyi bersama guna bersaing untuk gelar juara Liga 1.

Selamat datang kembali, Macan Putih.

Komentar
Andi Ilham Badawi, penikmat sepak bola dari pinggiran. Sering berkicau di akun twitter @bedeweib