Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) untuk daerah DKI Jakarta memang masih lama, yakni sekitar dua tahun lagi. Akan tetapi, nama-nama calon sudah bermunculan dan memiliki popularitas selevel petahana.
Sebut saja mantan Menpora Adhyaksa Dault, Walikota Surabaya Tri Rismaharini, Walikota Bandung Ridwan Kamil, dan pengusaha, Sandiana Uno. Mereka diprediksi bakal menjadi pesaing kuat untuk melengserkan Ahok dari singgasananya.
Tetapi izinkan penulis menambah satu nama sebagai kuda hitam dalam pemilihan Pilkada DKI Jakarta tahun 2017 mendatang. Dia adalah Amarzukih.
Siapa Amarzukih? Apakah dia politikus? Bukan. Lantas apakah dia pengusaha? Bisa iya bisa tidak. Lebih tepatnya ia merupakan pemain sepak bola nasional yang bermain di klub Persija Jakarta, posisinya adalah gelandang bertahan.
Masing-masing calon saling merebut perhatian publik lewat pencitraan. Di linimasa media sosial pendukung calon gubernur itu sudah mulai memuji jagoannya. Ada juga yang memilih menunjukkan dukungan dengan menjelekkan calon rivalnya. Tetapi, hal ini justru berseberangan dengan apa yang dilakukan Amarzukih.
Pria yang dikenal pendiam nan kalem ini, boro-boro pencitraan, akun media sosialnya saja sepi. Twitter Amarzukih yang beralamat @amarzukih_zuki saja hanya memiliki followers sebanyak 4714 orang. Sedangkan akun fanbasenya yang tergabung dalam @AmarzukihFC hanya diikuti 423 orang.
Hal ini memang sedikit dapat mengerutkan dahi bila melihat jumlah total pendukung beliau di Twitter hanya berkisar 5000 orang saja bila dijumlahkan. Sangat sedikit apabila dibandingkan dengan jumlah pendukung Ahok (3 juta lebih pengikut ), Ridwan Kamil (1 juta pengikut), Tri Risma (15 ribu pengikut), bahkan lebih sedikit dari akun Twitter milik Adhyaksa Dault (5460 pengikut).
Padahal bila ingin mencalonkan Amarzukih secara independen, harus memiliki sedikitnya 750 ribu fotokopi KTP. Hal ini sesuai dengan PKPU Nomor 13 tahun 2010 di mana dalam peraturan tersebut dijelaskan peserta independen harus mengumpulkan minimal dukungan sebanyak 7,5% dari jumlah penduduk.
Padahal bila dilihat kinerjanya di lapangan, performa pemain asli Betawi ini cukup ciamik. Bahkan namanya sempat masuk sebagai daftar pemain tim Bintang Liga Super Indonesia (LSI) tahun 2013 lalu.
Dapat dikatakan, ia merupakan salah satu gelandang bertahan terbaik se-Indonesia. Satu-satunya yang belum lengkap dalam karier sepak bolanya adalah panggilan Badan Tim Nasional (BTN) untuk memperkuat timnas Indonesia.
Perannya di Persija Jakarta juga cukup sentral. Pemain dan pelatih boleh datang dan pergi silih berganti. Tetapi Amarzukih tetap tak tergantikan di Persija.
Sejak didatangkan dari sang tetangga, Persitara Jakarta Utara pada tahun 2010, Amarzukih menjelma menjadi sentral permainan Persija. Belum pernah ada yang berani mengusik posisinya di lapangan tengah Macan Kemayoran.
Bermain di posisi gelandang bertahan, membuat pria berusia 31 tahun ini berperan ganda. Pertama, memutus aliran bola serangan lawan dan tentunya sebagai motor serangan.
Dan lagi-lagi, untuk melengkapi pencapainnya di Persija adalah perihal prestasi. Satu-satunya gelar yang diraih Persija selama diperkuat oleh Amarzukih adalah Trofeo Persija 2015, itu pun harus dengan juara bersama bersama dua tim lainnya, yakni Sriwijaya FC dan Arema Cronus. Miris memang.
Pada tahun 2017 nanti, Amarzukih akan berusia 33 tahun. Bila kelak terpilih menjadi Gubernur, dipastikan akan menyamai rekor Ridho Ficardo, gubernur Lampung yang terpilih pada usia 33 tahun. Atau setidaknya dapat memecahkan rekor gubernur Jambi yang baru, Zumi Zola yang bila (jadi) dilantik akan menjadi gubernur pada usia muda, 35 tahun.
Di tengah karut marutnya sepak bola nasional yang memang mengancam karier para pemain. Mau tak mau pemain harus pintar cari penghasilan tambahan untuk menutupi permasalahan gaji yang telat dibayar oleh manajemen klub agar kondisi dapur tetap bisa mengebul.
Untunglah, pemain yang akrab dipanggil Zuki ini merupakan salah satu pemain yang selain cerdas di lapangan, ia juga lihai berbisnis. Dikutip dari situs resmi Persija Jakarta, selain bermain bola secara profesional bersama Persija, Zuki juga masih sempat bermain futsal dan tarkam. Tak hanya itu, ia juga menjajaki usaha bisnis jual beli tanah bersama orang tuanya.
Bila keadaan sepak bola nasional tetap berlanjut dekaden seperti ini, ada baiknya Amarzukih mulai memikirkan ide penulis untuk melakukan sosialisasi visi dan misi untuk menjadi calon gubernur DKI Jakarta mendatang.
Misalnya saja untuk kemajuan sepak bola di Jakarta. Isu stadion baru yang tidak pernah direaliasikan oleh Ahok bisa jadi tema Zuki untuk janji politik dalam berkampanye.
Selain itu Anda bisa saja mereformasi Persija Jakarta untuk dapat berprestasi lebih baik dari manajemen sebelumnya yang dikenal nihil prestasi. Musim terakhir putaran ISL 2014 lalu saja prestasi Persija hanya lima besar dan gagal lolos ke delapan besar.
Berbanding terbalik dengan klub rival, Persib Bandung, yang keluar sebagai juara ISL 2014. Sudah 14 tahun Persija gagal juara, hingga hastag #MenolakLupa pun dapat digunakan agar Persija bisa kembali ke marwah, sebagai tim besar yang ditakuti.
Ayo mulai sekarang gelorakan gerakan hastag #KTPUntukZuki #ZukiUntukJakartaLebihBaik.
Tabik!
NB: Artikel ini hanya guyonan semata, jangan dianggap serius, kalo mau serius ke KUA saja.