Angin Perubahan yang Dibawa Carlo Ancelotti

Angin Perubahan yang Dibawa Carlo Ancelotti

Dekade yang lalu telah resmi berakhir semalam dan ditandai lagi dengan suara petasan atau terompet. Banyak hal yang pada awal dekade tersebut, tak pernah terbayangkan jadi realita, tapi di pengujung dekade, semuanya justru terwujud. Misalnya saja kematian Tony Stark dalam perjuangannya bersama The Avengers atau dipilihnya Prabowo Subianto sebagai Menteri Pertahanan oleh Presiden Indonesia, Joko Widodo, kendati mereka bersaing dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019.

Bagi penggemar sepakbola, pasti susah membayangkan Michael Essien bermain untuk Persib Bandung sampai menyaksikan AC Milan tertatih-tatih di kancah Serie A. Teranyar, salah satu pelatih dengan nama besar, Carlo Ancelotti, resmi bergabung dengan klub papan tengah yang sedang terseok-seok di Liga Primer Inggris, Everton. Berkaca pada profil mentereng Ancelotti, beberapa tahun lalu jelas sulit bagi kita untuk membayangkan ia berdiri di tepi lapangan Stadion Goodison Park sebagai peramu taktik The Toffees.

Everton yang berhasil mengamankan tanda tangan Don Carlo adalah sebuah hal yang sejujurnya agak sulit dipercaya. Seperti halnya cerita-cerita yang ada di dalam serial fiksi sains atau drama komedi romantis.

Bahkan ada suporter Everton yang menyebut jika kehadiran Ancelotti di Stadion Goodison Park sebagai pelatih, sebanding dengan kesediaan Michaelangelo melukis di garasi rumahnya. Hal itu sama rasanya dengan kehadiran Siska Soewitomo ke dapur rumah saya dan istri. Sangat spesial.

Ancelotti yang kariernya bergelimang prestasi saat menukangi sejumlah klub mapan Eropa, memilih tantangan untuk melepaskan Everton dari zona degradasi usai dipecat Napoli beberapa waktu lalu.

The Toffees dalam masa transisi ketika Ancelotti resmi berlabuh ke markas mereka. Pasca-mendepak Marco Silva, Duncan Ferguson diangkat sebagai pelatih interim. Di bawah arahan Ferguson, Everton justru tak pernah kalah. Hal tersebut, setidaknya dapat mengatrol mentalitas Richarlison dan kolega.

BACA JUGA:  Ikatan Emosional Sebagai Bentuk Ketidaksederhanaan Sepak Bola

Masuknya Ancelotti sebagai bos baru juga tak serta merta menyingkirkan Ferguson. Legenda The Toffees itu didapuk Ancelotti sebagai asistennya. Banyak yang menyebut keputusan itu tepat karena Ferguson sudah tahu jeroan Everton sehingga dapat membantu Ancelotti untuk beradaptasi sekaligus meracik ramuan terbaik demi membangkitkan tim.

Hebatnya, dua tantangan perdana Ancelotti bersama Everton yakni laga kontra Burnley dan Newcastle United, sukses diselesaikan lewat cara gemilang. Klub pertama digasak dengan skor tipis 1-0 di Stadion Goodison Park (26/12). Sementara kesebelasan kedua ditaklukkan di markasnya sendiri (28/12) via kedudukan akhir 1-2. Kemenangan-kemenangan itu bak hadiah Natal bagi para pendukung The Toffees.

Mengacu pada skuat Everton musim ini, sukar rasanya untuk menyebut mereka tak kompetitif. Semua orang tahu kualitas yang dimiliki pemain-pemain muda seperti Dominic Calvert-Lewin, Mason Holgate, Alex Iwobi, Moise Kean sampai Richarlison. Pun begitu dengan barisan pemain berpengalaman semisal Leighton Baines, Seamus Coleman, Michael Keane, dan Jordan Pickford. Mayoritas publik meyakini bahwa Everton seharusnya dapat bersaing di posisi enam atau delapan besar.

Sepasang hasil positif yang direguk Everton di bawah bimbingan Ancelotti, mendatangkan asa baru di benak manajemen, para pemain sampai pihak suporter. Mengacu pada raihan poin The Toffees saat ini, banyaknya laga yang masih harus dijalani dan jarak poin dengan tim-tim di posisi enam besar, kans Richarlison dan kawan-kawan untuk lolos ke kejuaraan antarklub Eropa di musim depan terbuka cukup lebar.

Tentu saja ada syarat yang mesti dipenuhi Everton terlebih dahulu. Antara lain menampilkan performa konsisten di setiap laga serta rajin mengeruk angka guna mengatrol posisi di papan klasemen.

Lebih jauh, Ancelotti juga berhasil membawa angin perubahan ke tubuh Everton. Berdasarkan statistik, The Toffees sanggup melepaskan 43 buah tembakan secara total saat bertemu Burnley dan Newcastle kemarin. Artinya, Everton makin pandai menciptakan peluang di depan gawang lawan kendati efektivitasnya belum maksimal.

BACA JUGA:  Mau Ke Mana, Pochettino?

Masuknya Ancelotti juga memberi dampak cukup baik untuk sejumlah penggawa Everton. Salah satu di antaranya adalah Calvert-Lewin. Bocah kelahiran tahun 1997 itu mencetak tiga gol dalam dua pertandingan terakhir The Toffees. Don Carlo sendiri tidak sungkan memuji kiprah sang striker.

“Calvert-Lewin adalah penyerang fantastis dengan kemampuan lengkap. Kedua kakinya hidup dan kepalanya pun tajam,” papar Ancelotti kepada fourfourtwo.

Walau demikian, Ancelotti juga tetap berpesan kepada Calvert-Lewin agar meningkatkan konsentrasinya saat ada di depan gawang sehingga peluang yang ia dapatkan untuk mencetak gol, benar-benar bisa dimaksimalkan. Jika itu dapat diterapkan Calvert-Lewin, Ancelotti meyakini bahwa anak asuhnya akan berkembang sebagai penyerang hebat.

Selain Calvert-Lewin, ada satu nama lagi yang moncer di bawah bimbingan Ancelotti. Dia adalah Djibril Sidibe, sosok pinjaman dari AS Monaco dan telah mengukir empat asis. Sebagai seorang fullback, torehan ini cukup baik karena Sidibe hanya kalah dari duet fullback Liverpool, Trent Alexander-Arnold dan Andrew Robertson dengan delapan dan lima asis.

Sangat menarik untuk memperhatikan kiprah Ancelotti bersama Everton di sisa musim ini. Terlebih, sekarang makin banyak penggila sepakbola yang merasa bahwa kemampuan Ancelotti sudah jauh menurun. Namun berbekal pengalaman dan proses adaptasi yang cepat, bisa saja Ancelotti menutup mulut para pengkritik serta peragu yang tak tahu adat dengan cara paling paripurna di akhir musim nanti.

 

Komentar
Masih menjadi fans Juventus sampai saat ini, entah besok. Sering menjadi komentator dadakan tentang sepak bola dan berbagi foto makanan di akun twitter @briand_fergie.