Granit Xhaka absen empat pertandingan, Mohamed Elneny tengah tugas negara di Piala Afrika, dan Santi Cazorla masih cedera. Meninggalkan hanya Francis Coquelin dan Aaron Ramsey sebagai gelandang tengah, apakah Arsene Wenger dapat mengandalkan Alex-Oxlade Chamberlain?
Kata “mengandalkan” mungkin masih terlalu berat untuk disematkan kepada Chamberlain. Namun, Arsenal tentu harus mencoba segala variasi untuk menjaga kedalaman lini tengah. Apalagi, Coquelin tak berada dalam performa terbaik semenjak banyak absen karena cedera. Pun Ramsey yang tak meyakinkan ketika transisi bertahan.
Di tengah situasi negatif itu, Chamberlain menawarkan pilihan logis.
Adalah ajang Piala FA, di kandang Southampton, ketika Chamberlain berduet dengan Ainsley Maitland-Niles sebagai poros ganda. Harus saya akui, rasa khawatir sempat terasa. Chamberlain bukan pemain yang selalu siap untuk diberi kepercayaan. Ia tak konsisten, sering membuat kesalahan yang tak perlu.
Namun, Chamberlain membuktikkan dirinya, sekaligus menegaskan bahwa Wenger tak perlu pusing memikirkan kedalaman lini tengahnya.
Wenger, yang terpaksa menyaksikan pertandingan dari bangku penonton karena hukuman dari FA, menurunkan komposisi skuat yang menarik. Ketika transisi bertahan, dan mulai membentuk blok pertahanan, Danny Welbeck akan ikut turun di sisi kiri. Sementara itu, di depan, Lucas Perez berperan sebagai striker bayangan.
Posisi keduanya cukup menarik lantaran, biasanya, Welbeck yang akan banyak bertindak sebagai pemain paling tinggi dan Lucas turun ke bawah dan melindungi bek kiri. Pola 4-1-4-1 membuat Welbeck di kiri dan Walcott di kanan akan banyak berdiri hampir sejajar dengan kedua poros ganda. Sebuah keadaan yang tidak benar-benar aman.
Mengapa? Welbeck dan Walcott tidak bagus ketika bertahan. Di sini, peran Chamberlain terasa. Untuk beberapa situasi, ia memang masih kerap terlambat menempati ruang yang ideal. Namun, kekurangan tersebut bisa ia tutupi dengan kecepatan.
Hal yang sama berlaku untuk Maitand-Niles yang mampu mengejar pemain lawan yang masuk ke kotak penalti. Beberapa kali, pemain asal Inggris tersebut melakukan intersep penting. Kecepatan keduanya menutupi beberapa kesalahan pengambilan posisi.
Faktor kecepatan, ditambah kekuatan fisik ini yang bisa diandalkan Chamberlain. Secara teknik, urusan mengumpan dan menggiring bola, Chamberlain tidak ada masalah. Olah bola pemain berusia 23 tahun ini memang cukup bagus. Ia tak masalah bermain di ruang yang sempit. Hanya soal pilihan umpan, yang harus terus diasah.
Saya pernah menegaskan bahwa salah satu keistimewaan Chamberlain adalah kemampuan beradaptasi dengan peran baru. Penegasan itu bisa Anda baca di sini.
Penampilan terbaik Chamberlain sebagai gelandang adalah ketika Arsenal dijamu Bayern Munchen beberapa tahun silam. Jika tak salah mencatat, pertandingan tersebut menjadi pertandingan perdana di mana Chamberlain bermain sebagai gelandang tengah. Selain olah bola, Chamberlain juga menunjukkan ia mempunyai kemampuan akselerasi melewati beberapa pemain dari celah yang sempit. Pemain seperti ini disebut needle player.
Kemampuannya ini membantu Arsenal ketika memasuki fase transisi menyerang. Ketika tidak banyak opsi umpan di depan, seorang pemain harus berani mengambil keputusan. Salah satunya adalah menggiring bola, membawa tim keluar dari posisi tertekan. Cazorla punya kemampuan ini, dan membuatnya sangat penting dalam progresi serangan The Gunners.
Chamberlain juga sama seperi Cazorla dalam soal penggunaan kedua kaki. Kaki dominan Chamberlain adalah kaki kanan. Namun ia tak canggung untuk bermain bola pendek dengan kaki kirinya. Maka, dari sisi olah bola, adaptasi dengan perubahan situasi, dan keberanian, Chamberlain tak mempunyai masalah jika harus bermain sebagai gelandang.
Nah, Komposisi yang cair ketika melawan Southampton pun begitu membantu Chamberlain untuk sedikit menunjukkan kebolehannya. Pemain-pemain seperi Walcott, Lucas, dan Welbeck akan makin berbahaya ketika mereka terus bergerak. Terutama pergerakan tanpa bola, ketika lawan tengah memasuki transisi bertahan.
Pergerakan yang konstan dari rekan-rekan di sekitarnya membuat Chamberlain dengan mudah menemukan tujuan umpan. Pun dengan kedua bek sayap yang selalu berusaha menyediakan diri. Jadi, Chamberlain tidak harus berada dalam situasi di mana ia kesulitan untuk mengeluarkan Arsenal dari tekanan lawan.
Seorang pemain, yang tidak mendapatkan opsi, baik tujuan umpan maupun ruang untuk menggiring bola, cenderung akan membuat kesalahan. Komposisi yang cair membuat Chamberlain mampu bermain dengan nyaman.
Oleh sebab itu, untuk derajat terentu, Arsenal jauh lebih cocok jika mengubah pendekatan mereka menjadi counter-based team. Pemain-pemain seperti Chamberlain akan terbantu menemukan gaya bermain dan mengeluarkan kemampuan terbaik mereka.
Jadi, kesimpulannya, Wenger akan mendapatkan satu gelandang lagi, tanpa harus bersusah payah membeli, jika mau terus menurunkan komposisi yang cair. Dan Chamberlain, bisa menjadi gelandang sentral yang mempunyai banyak fungsi.
Kecepatan membantunya menutupi kekurangan dalam hal pengambilan posisi, kemampuan mengumpan dengan kedua kaki membantu progresi serangan, kemampuan berkelit di ruang sempit membantu Arsenal keluar dari tekanan, dan kemampuan akselerasi membantunya menginisiasi serangan balik.
Jangan lupakan juga kemampuan umpan jauh Chamberlain. Gol kedua Welbeck lahir dari umpan jauh yang dilepas Chamberlain dari lini tengah.
Alex Oxlade-Chambo vs. Southampton. [@TerryAFCx] pic.twitter.com/epmKEXmofy
— Gooners Report Indo (@Gooners_Report) January 29, 2017
Apakah Chamberlain mampu menggantikan peran Santi Cazorla? Memang belum tentu, karena kita harus bicara juga soal lingkar kepala. Namun yang pasti, Chamberlain ada dan bisa dimaksimalkan secara benar.