Pada 18 April 2021 kemarin, salah satu kesebelasan sepakbola profesional asal Jawa Timur, Persela, merayakan hari jadinya yang ke-54.
Usia yang tidak muda lagi bahkan cenderung mendekati senja. Maka tak ada hal lain yang wajib dilakukan selain bermuhasabah. Persela tentu harus terus berkembang sebagai klub profesional.
“54 Towards Glory” menjadi tema yang dipilih manajemen Laskar Joko Tingkir pada ulang tahunnya kali ini. Sebuah gambaran akan cita-cita besar klub yang mendambakan kejayaan.
Terima kasih atas ucapan dan do’a untuk kami semua 🙏
Kami rilis, logo dan tema 54 tahun Persela
Angka 54, dibuat menyerupai perisai, dengan tujuan mengokohkan klub Persela dari segala macam bahaya. pic.twitter.com/8BtFrEsmsO
— PerselaFC (@PerselaFC) April 17, 2021
Dahulu, masyarakat Lamongan yang menggilai sepakbola kudu menempuh perjalanan ke arah timur sejauh kurang lebih 46 kilometer. Mereka berduyun-duyun menuju Surabaya untuk mendukung Persebaya.
Akan tetapi, seiring dengan presensi dan eksistensi Persela, masyarakat Lamongan mengokohkan cintanya bagi klub yang berkandang di Stadion Surajaya tersebut.
Klub mana yang kamu dukung? Mengapa kamu mendukung tim tersebut?
Jika dahulu masyarakat Kota Soto menjawab Persebaya, maka kini dengan bangganya mereka bakal menyebut nama Persela. Laskar Joko Tingkir sendiri kian melekat sebagai identitas.
Perihal eksistensinya di kancah sepakbola profesional Indonesia, Persela tergolong kenyang asam garam.
Semenjak promosi ke kasta teratas pada awal era 2000-an silam, klub dengan seragam kebesaran berwarna biru muda ini awet berkiprah di sana.
Padahal sebelumnya, mereka begitu kepayahan menembus level tertinggi dan sangat lama beraksi di divisi yang lebih rendah.
Nasib Persela berubah drastis semenjak babak playoff promosi-degradasi di Stadion Manahan pada 2003 silam.
Selama berkiprah di kasta teratas, Persela memang belum mampu menyaingi tim-tim seperti Arema FC, Persebaya, Persib, Persija, PSM atau bahkan sang ‘pendatang baru’, Bali United.
Tak ada gelar mayor yang sukses direguk Laskar Joko Tingkir. Namun itu tak pernah membuat mereka dipandang sebelah mata oleh tim-tim lainnya.
Selain konsisten berlaga di kompetisi level tertinggi, ada hal lain yang bikin masyarakat Lamongan bangga terhadap tim asal daerahnya. Apalagi kalau bukan kemampuan mengorbitkan bakat-bakat muda Indonesia.
Banyak pemain muda yang mengejar mimpi-mimpinya sebagai pesepakbola dari Stadion Surajaya.
Misalnya saja mendiang Choirul Huda, Dendy Sulistyawan, Fahmi Al Ayyubi, Fandi Eko Utomo, Hambali Tolib, Nur Hardianto, Saddil Ramdani dan Zaenal Arifin.
Performa apik mereka selama berkostum biru muda membuat tim-tim yang lebih mapan kepincut.
Tak heran bila akhirnya sebagian dari nama-nama itu sempat mencicipi karier bersama tim lain, baik di dalam negeri maupun luar negeri.
Tak berhenti sampai di situ karena aksi bagus pemain-pemain itu di lapangan juga menarik perhatian para pelatih tim nasional Indonesia sehingga tenaga mereka diberdayakan oleh skuad Garuda.
Kesebelasan yang menjuarai turnamen Piala Gubernur Jawa Timur sebanyak lima kali yakni pada 2003, 2007, 2009, 2010, dan 2012 ini layaknya sekolah bagi para pemain muda yang mendambakan kesempatan unjuk gigi.
Di Indonesia, menggunakan pemain jadi dan dijejali bintang asing bak kultur yang selalu diterapkan tim-tim besar kandidat juara. Jarang sekali mereka memberi kesempatan yang luas bagi para pemain belia.
Realita sebaliknya justru ditempuh Persela yang memang bukan tim mapan. Para pemain belia yang ada di skuad, acap diberi kesempatan untuk memamerkan bakat dan kemampuannya.
Alhasil, perkembangan mereka pun terlihat sehingga di kemudian hari memiliki karier yang lebih gemilang.
Persela menjadi prototipe kesebelasan yang konsisten menelurkan pesepakbola muda bertalenta.
Dipandang dari sisi manapun, hal ini baik untuk ekosistem sepakbola nasional karena siklus regenerasi pemain tetap berlangsung.
Seperti tema ulang tahunnya yang ke-54, sudah semestinya manajemen Persela melakukan berbagai pembenahan demi kejayaan tim pada masa yang akan datang.
Jangan cepat puas dengan apa yang sudah dilakukan, tetapi teruslah memacu diri agar klub semakin profesional dan berprestasi.
Persela mungkin akan kesulitan untuk menjadi sebesar klub-klub mapan yang sudah ada. Namun untuk bertumbuh ke arah sana, pintunya terbuka lebar.
Semua kembali pada komitmen pihak manajemen dalam mengelola klub. Sebab suporter Laskar Joko Tingkir sudah pasti memberikan dukungan terbaik untuk tim kebanggaannya.