David Josue Jimenez Silva adalah nama lengkap gelandang mungil asal Arguineguin, Spanyol. Saya mengidolai David Silva sejak kepindahannya dari Valencia ke Manchester City pada 2010 silam.
Silva begitu nama yang terpampang di jersey club yang dibelanya. Sudah dua kali ia berhasil membawa Manchaster City meraih juara Liga Inggris. Gelar pertamanya sekaligus gelar pertama kalinya bagi klub dalam 44 tahun terakhir hadir pada musim 2011/2012 dan kembali mengulanginya pada 2013/2014.
Sebenarnya itu bukan gelar pertama Silva untuk City, karena pada 2011 Silva dkk berhasil menjuarai Piala FA di mana City mengakhiri penantian mengangkat sebuah trofi. Sungguh pencapaian luar biasa dari pemain yang baru mencicipi atmosfir Liga Inggris yang dikenal begitu keras.
Betapa bagusnya pemain yang memiliki postur yang setara dengan rata-rata pemain Indonesia. Tak ada keraguan mengenai hal itu. Kemampuan olah bolanya di area tengah lapangan dapat mengelabui para lawan tandingnya. Perannya begitu vital ketika bermain untuk timnas maupun klub. Tak akan ada penyesalan ketika tim berhasil mendatangkan pemain sepertinya.
Bahkan timnas Spanyol pun tetap memakai tenaganya meski kini banyak gelandang muda berbakat bermunculan, sebut saja Isco (Real Madrid), Koke (Atletico Madrid), dan Sergio Canales (Real Sociedad).
Dalam persaingan dengan pemain senior David Silva sanggup bersaing dengan pemain sekelas Santiago Cazorla (Arsenal), dan Juan Mata (Manchaster United) untuk memperebutkan satu posisi di lini tengah Spanyol untuk berkaloborasi dengan Cesc Fabregas (Chelsea), Andres Iniesta (Barcelona), Xabi Alonso (Bayern Munchen) dan Sergio Busquets (Barcelona).
Sementara di Manchaster City posisinya sulit tergantikan. Hanya cedera yang mampu menggantikannya. Dari tahun ke tahun pemain bernomor punggung 21 ini selalu menjadi pilihan utama di lini tengah.
Namun musim 2015/2016 ancaman telah hadir dari pemain terbaik Bundesliga musim lalu. Pemain itu tak lain adalah Kevin de bruyne, pemain teranyar City yang berhasil didatangkan dari Vfl Wolfsburg.
Posisi bermain yang sama dan teknik olah bola yang hampir setara. Jelas, Silva mendapat ujian berat musim ini, dia harus berjuang keras untuk mempertahankan posisinya agar tak kecolongan oleh adaptasi cepat De Bruyne.
Kini kompetisi sudah berjalan setengah musim dan Manuel Pellegrini lebih sering menduetkan mereka bersama. Terkadang mereka terlihat klop pada satu pertandingan, terkadang tidak pada suatu pertandingan.
Dalam sepak bola formasi dan taktik itu selalu dinamis dan cepat berubah tergantung lawan yang akan dihadapinya. Percayalah, cepat atau lambat sang pelatih akan memilih salah satu di antara mereka sebagai pengatur serangan utama The Citizen.
Formasi 4-2-3-1 adalah formasi yang paling kerap digunakan oleh Pellegrini. Mengandalakan satu striker tunggal yang lebih sering diperankan oleh mantan menantu pemilik gol tangan Tuhan, Sergio Aguero.
Kemudian disokong dengan tiga gelandang serang di mana di kedua sisinya om Pellegrini lebih suka memasang pemain sayap natural yang ada pada diri Rahem Sterling (kiri) dan Jesus Navas (kanan). Belum lagi masih ada gelandang berbakat asal Prancis, Samir Nasri. Andai Nasri tak mengalami cedera pada musim ini mungkin saja Silva harus rela berbagi peran dengan De Bruyne.
Terlepas dari semua itu Kevin tetaplah pemain baru City. Perlu adaptasi dengan rekan, gaya permainan dan lingkungannya walaupun sebelumnya ia pernah bermain di Liga Inggris bersama Chelsea. Karena ketika itu dia hanyalah seorang figuran. Tapi dalam satu dua tahun ini rasanya dia akan menemukan performa terbaiknya dan berada di level yang sama dengan Silva.
Sedangkan Silva berada di tim untuk segala macam alasan yang berbeda, bukan hanya kemampuannya mengkreasi gol tapi pemain berkelas yang mampu membuat semuanya terlihat mudah, lincahnya ia melewati lawan, menyuplai aliran bola ke lini depan, dan bebasnya ruang gerak di lapangan tengah. Sungguh seperti musang kecil ketika dia membawa bola maupun mencari ruang kosong untuk menerima umpan matang.
Silva sedang meretas jalan untuk menjadi salah satu legenda terbaik dalam sejarah Manchester City. Kehadiran De Bruyne tak jadi ancaman baginya, justru iklim kompetitif akan membuatnya selalu berupaya dalam kondisi terbaiknya. Bukan tidak mungkin pula keduanya bisa bermain bersama dan konsisten menampilkan permainan terbaik bagi The Citizen.