Arsenal Meniti Jalan Kebangkitan

Setiap kali membicarakan kesebelasan asal Inggris, sukar bagi kita untuk menepikan nama Arsenal dari barisan tim-tim kuat dan berprestasi. Berdiri sejak tahun 1886 silam, The Gunners sudah mengoleksi 13 gelar liga, 13 trofi Piala FA, 2 biji Piala Liga, 15 titel Community Shield, dan 1 buah Piala Winners.

Akan tetapi, dalam beberapa musim pamungkas, penampilan Arsenal justru merosot. Alih-alih menggenggam trofi juara, mereka lebih banyak berkutat dengan kegagalan. Wajar bila pendukung setia klub yang berkandang di Stadion Emirates itu bertanya, “Kapan bangkit, Arsenal?”

Pada musim kompetisi 2019/2020, perjalanan mereka begitu alot. Di Liga Primer Inggris, Alexandre Lacazette dan kawan-kawan masih terjerembab di posisi ke-10. Meski lolos ke putaran kelima Piala FA, Arsenal sudah tersingkir dari Piala Liga. Sementara di Liga Europa, tim asuhan Mikel Arteta tengah berjuang di fase 32 besar.

Secara keseluruhan, performa Arsenal jauh dari kata memuaskan. Pergantian pelatih yang terjadi dari Unai Emery lalu diteruskan caretaker, Freddie Ljungberg, dan kini Arteta, adalah bukti bahwa The Gunners punya masalah. Tak perlu heran kalau banyak pendukung Meriam London yang kesal bukan kepalang.

Salah satu hal yang disebut sebagai biang keladi tertatihnya Lacazette dan kawan-kawan adalah inkonsistensi mereka. Bagus di satu hingga dua laga, Arsenal bisa tampil bak amatiran pada pertandingan ketiga sampai kelima. Sempat memulai kompetisi dengan meraih enam poin dari dua laga perdananya, The Gunners memulai masa inkonsistensinya setelah tiga laga berikutnya usai keok dari Liverpool serta imbang dengan Tottenham Hotspur dan Watford.

Akibatnya, posisi mereka di papan klasemen semakin melorot. Padahal para rival justru kembali ke trek yang benar guna melompat ke papan atas. Ketika klub-klub tersebut sukses mengumpulkan poin sempurna, Arsenal lebih gembar menghadirkan kecewa di dada fansnya.

BACA JUGA:  Liga OSIS yang Menjadi Oase bagi Siswa

Musim lalu, Emery mengantar Arsenal lolos ke final Liga Europa sebelum dilindas Chelsea dengan skor 1-4. Walau demikian, publik tak menyukai performa Lacazette dan kawan-kawan di bawah arahan lelaki Spanyol tersebut. Keadaan itu pula yang membuat tanda pagar #EmeryOut begitu sering menghiasi linimasa.

Oleh para pendukung, Arsenal versi Emery tidak terlihat sebagai tim dengan mental juara kokoh, militan saat bertanding, dan pantang menyerah. Penampilan mereka semenjana, seret gol, dan jarang menang. Bahkan ketika merebut poin penuh, The Gunners tetap memperlihatkan cara main yang menjemukan.

Berdasarkan statistik yang dihimpun dari bola.com, Emery menorehkan beberapa rekor buruk bagi Arsenal. Antara lain tujuh laga tanpa kemenangan (rekor terburuk klub dalam 27 tahun terakhir), dan hanya sanggup mengoleksi 18 poin dari 13 partai Liga Primer Inggris yang merupakan permulaan terparah mereka di liga. Lebih buruk dari musim 1994/1995 saat mereka ditangani George Graham (beroleh 19 poin dari 13 pertandingan).

Lebih jauh, rezim Emery juga digoyang isu ketidakharmonisan di ruang ganti. Sudah bukan rahasia lagi kalau sang pelatih memiliki masalah dengan gelandang elegan asal Jerman, Mesut Özil.

Sampai akhirnya, pemecatan eks pelatih Sevilla itu terwujud. Ketimbang sedih, mayoritas pendukung malah merayakannya. Mereka sedikit alpa bahwa menemukan sosok pengganti Emery di tengah musim tergolong sulit. Benar saja, sebelum meresmikan Arteta sebagai nakhoda anyar, mereka ‘cuma’ ditangani Ljungberg yang miskin pengalaman.

Pengalaman Arteta menjadi asisten Pep Guardiola di Manchester City selama kurang lebih tiga tahun diharapkan manajemen dan penggemar bisa membangkitkan Arsenal dari keterpurukan yang sedang menghantui mereka. Terlebih Arteta dianggap mengerti kultur di tubuh Meriam London.

BACA JUGA:  David Bentley dan Hobi yang Menjadi Pekerjaan

Dari sembilan laga yang dilalui Arteta sejauh ini di Liga Primer Inggris, hasil yang diraih Arsenal setali tiga uang dengan apa yang didapat oleh Ljungberg yaitu minim beroleh kemenangan dan banyak mendulang hasil seri.

Meski demikian, masih ada kesempatan bagi sang pelatih untuk membawa The Gunners keluar dari periode kelam. Kemenangan tipis 1-0 dari Olympiakos Pireaus di ajang Liga Europa dini hari tadi (21/2) via gol tunggal Lacazette bisa menjadi sinyal awal.

Tak sampai di situ, keberhasilannya nanti juga bakal menaikkan pamor Arteta sebagai pelatih muda dengan kualitas mumpuni. Apalagi ia berhasil mendinginkan suasana di ruang ganti karena sejumlah pilar penting layaknya Pierre-Emerick Aubameyang dan Özil kembali memperlihatkan kebahagiaannya saat merumput di Stadion Emirates.

Selama ini, tanda pagar nama pelatih Arsenal yang diikuti kata out alias keluar, begitu sering muncul di media sosial. Walau rentan beroleh cercaan serupa, tapi Arteta juga memiliki kans untuk menyudahi ‘tradisi’ tersebut.

Memperbaiki segalanya pelan-pelan, menemukan konsistensi yang dibutuhkan dan membawa Lacazette dan kolega kembali beringas serta lolos ke ajang antarklub Eropa di musim mendatang adalah pekerjaan rumah yang kudu diselesaikan. Sanggup melakukannya, nama Arteta bakal awet digemakan di London Utara, setidaknya sampai musim depan.

Terpuruk adalah hal yang amat menjengkelkan karena lekat dengan rasa kecewa dan derita. Guna bangkit, Arsenal kini tengah meniti jalan yang panjang bersama Arteta. Berhasil atau tidak hanya waktu yang tahu jawabannya.

#VictoriaConcordiaCrescit

Komentar
Seorang mahasiswa yang gemar menulis. Bisa disapa di akun twitter @RivaldiFF99