Mengambil Stadion H. Agus Salim sebagai arena duel, Bali United menghadapi tuan rumah Semen Padang dalam laga pekan ke-30 Liga 1 musim 2019 kemarin petang (2/12). Misi yang diusung Fadil Sausu dan kawan-kawan sangat jelas pada laga kali ini, membawa pulang angka, entah menang ataupun imbang, dari markas Kabau Sirah guna memastikan titel kampiun.
Bermodal skuat mumpuni dan racikan strategi brilian dari Stefano ‘Teco’ Cugurra, Bali United sukses mempecundangi Semen Padang dengan skor 2-0. Striker naturalisasi, Ilija Spasojevic, menjadi bintang dengan ukiran brace-nya. Serdadu Tridatu dan masyarakat Bali pun berpesta!
Koleksi 63 poin yang dimiliki Fadil dan kolega memang tak mungkin lagi dikejar para pesaing dalam empat partai tersisa. Borneo FC yang per hari ini (3/12) menghuni posisi dua, baru punya 46 poin. Lantas, apa yang menjadi kunci keberhasilan Bali United melaju mulus musim ini?
Performa Tandang yang Menawan
Sepanjang musim ini, penampilan anak asuh Teco memang luar biasa. Mereka tak cuma piawai mengumpulkan poin saat berlaga di hadapan publik sendiri, tapi juga mencuri angka ketika melawat ke kandang lawan. Diakui atau tidak, performa menawan pada partai tandang adalah salah satu syarat meraup prestasi di Liga Indonesia.
Dari 16 pertandingan away yang dilakoni Serdadu Tridatu sejauh ini, mereka sanggup mengumpulkan 23 angka, hasil dari enam kemenangan dan masing-masing lima kali imbang serta kalah. Tak terlalu impresif memang, tapi sudah lebih dari cukup untuk mengatrol raihan angka di papan klasemen.
Sebagai perbandingan, Persija Jakarta yang jadi raja Liga 1 musim 2018 lalu, mampu mengumpulkan 25 poin, rinciannya berupa tujuh kemenangan, empat kali seri dan enam kekalahan, dari total 17 pertandingan tandang.
Apalagi kemenangan tandang Serdadu Tridatu ada yang berasal dari markas tim-tim dengan performa tangguh saat berlaga di depan suporternya sendiri seperti Madura United, Persija, Persib Bandung, dan PS TIRA-Persikabo.
Catatan tersebut seolah menyempurnakan aksi beringas Bali United setiap kali mentas di Stadion Kapten I Wayan Dipta. Berdasarkan statistik, tim kesayangan Semeton Dewata ini menggamit 40 poin dari 14 laga kandang (berasal dari 13 kemenangan dan sekali imbang alias tak terkalahkan) yang sudah dilakoni.
Kedalaman Skuat dan Performa Konsisten
Misi awal yang dipanggul Teco saat didatangkan Bali United pada awal musim ini adalah membangun tim yang solid sekaligus kompetitif. Hal itu juga yang mendorong pihak manajemen untuk merekrut sejumlah pemain berkualitas, baik yang masih muda maupun kenyang pengalaman, semisal Fahmi Al Ayyubi, Gunawan Dwi Cahyo, Haudi Abdillah, Leonard Tupamahu, Paulo Sergio hingga Willian Pacheco.
Kehadiran mereka tentu semakin melengkapi kekokohan yang telah diciptakan oleh Brwa Nouri, Fadil, Irfan Bachdim, Melvin Platje, Ricky Fajrin, Spasojevic, Stefano Lilipaly sampai Wawan Hendrawan.
Kedalaman skuat yang prima memudahkan Teco untuk melakukan banyak penyesuaian dan menggunakan bermacam strategi di setiap laga. Siapa yang mesti diturunkan kala bersua tim dengan karakter defensif tapi punya serangan balik mematikan. Siapa yang pantas bermain melawan kesebelasan dengan gaya main ofensif tapi rapuh dalam bertahan. Akibatnya, Bali United selalu tampil konsisten dan mengantongi kesempatan besar untuk membawa pulang hasil positif.
Keistimewaan ini pula yang bikin pelatih asal Brasil tersebut sanggup menerapkan kebijakan rotasi, mengingat padatnya jadwal di Liga 1 maupun Piala Indonesia, tanpa khawatir performa timnya merosot. Jangan heran kalau sepanjang musim 2019, Bali United tak pernah keluar dari posisi lima besar di klasemen!
Keseriusan Manajemen Dalam Mengelola Klub
Selama beberapa tahun terakhir, Bali United memang menjelma jadi kesebelasan yang kekuatannya amat diperhitungkan di jagad sepakbola Indonesia.
Situasi demikian tercipta karena keseriusan pihak manajemen dalam mengelola tim yang dahulunya bernama Persisam Putra Samarinda dan bermarkas di Kalimantan Timur itu.
Tak sekadar membenahi aspek teknis dengan merekrut pemain serta pelatih kenamaan, manajemen Bali United juga menggeber aspek non-teknis yang mendorong klub ini untuk tumbuh secara profesional dan hidup dari industri sepakbola.
Guna berkembang jadi kesebelasan yang betul-betul profesional, manajemen Bali United bekerja ekstra keras. Membangun gerai merchandise resmi, membuat kesepakatan dengan Pemerintah Kabupaten Gianyar soal pengelolaan stadion, mendirikan akademi sepakbola, melepas saham (via PT. Bali Bintang Sejahtera) ke publik, membentuk tim e-sports sampai mendirikan kompleks latihan yang representatif dalam waktu dekat adalah cara brilian yang mereka tempuh.
Hasilnya pun ciamik karena Bali United tumbuh jadi kesebelasan yang sehat dan profesional. Terlebih, mereka juga jauh dari intrik-intrik internal yang biasa muncul dari kesebelasan Indonesia. Sebuah realita yang sepatutnya bisa diikuti oleh mayoritas klub nasional, kendati harus disesuaikan dengan kultur di daerahnya masing-masing.
Suara-suara sumbang terkait keberhasilan mereka menjadi kampiun musim ini tak sepatutnya dipedulikan sebab haters gonna hate, bukan? Lagi pula, performa Fadil dan kawan-kawan secara keseluruhan memang paripurna sehingga mereka layak menggenggam trofi juara Liga 1. Akui saja.
Penampilan apik Bali United di dalam lapangan dan kinerja brilian mereka di luar lapangan adalah hal yang wajib diapresiasi. Sebuah kombinasi yang luar biasa sehingga tercipta atmosfer positif di tubuh klub.
Di sisi lain, hal itu merupakan bukti nyata jika sepakbola Indonesia dikelola dengan sungguh-sungguh dan tujuannya baik, maka hasil manis berupa prestasi adalah keniscayaan.
Selamat berpesta, Bali United.