Baik Buruk Dominasi Bayern Munchen di Bundesliga

Bayern München kembali menjadi juara Bundesliga. Kemenangan 2-1 kontra tuan rumah Ingolstadt cukup bagi Bayern untuk memastikan diri sebagai juara Jerman.

Ini adalah kali keempat berturut-turut. Sebuah rekor baru tercipta. Sebelumnya, hanya ada dua klub yang pernah menjadi juara tiga tahun beruntun, Borussia Möchengladbach (1975-1977) dan Bayern München (1972-1974, 1985-1987, 1999-2001).

Pertanyaan klasik yang biasa diajukan: apakah dominasi ini baik atau buruk?

Karena ini pertanyaan klasik maka sebenarnya perdebatan dan argumentasi mengenai hal ini sudah sering berseliweran. Oleh karenanya untuk tulisan ini saya memilih metode meramu berbagai argumentasi yang sudah ada dan kemudian memberikan perspektif pribadi terhadap argumentasi tersebut.

Cara ini juga dengan sengaja saya pilih untuk meminimalkan subjektifitas sebagai salah seorang penggemar Bayern.

Mari kita mulai dengan pendapat yang menyatakan bahwa dominasi Bayern ini sebagai suatu hal yang buruk bagi Bundesliga.

Menurut Travis Timmons, editor di Bundesliga Fanatic, dominasi Bayern bisa membuat orang non-Jerman enggan menonton Bundesliga. Tidak seru, sudah pasti ketahuan juaranya. Begitu kira-kira Travis menyuarakan salah satu (atau satu-satunya?) alasan dari mereka yang tidak suka menonton Bundesliga.

Saya tidak membantah argumen ini sepenuhnya. Namun sesungguhnya ada beberapa hal menarik dari pertandingan Bundesliga. Dari sisi rata-rata jumlah gol per pertandingan, Bundesliga yang tertinggi dari tahun 2010-2014 dibandingkan EPL, La Liga dan Serie-A.

Bagi yang senang mengamati adu taktik sepak bola, Bundesliga juga menawarkan kecemerlangan pelatih-pelatih dalam menuangkan taktik serta bagaimana para pemain mampu menerapkannya di atas lapangan dengan baik.

Selain itu, Bundesliga juga banyak memberi kesempatan bagi para pemain muda yang energik untuk mendapatkan jam terbang.

Masih berkaitan dengan pendapat Travis, ada juga yang mengatakan bahwa dominasi Bayern akan membuat Bundesliga tidak menguntungkan secara finansial. Namun fakta berbicara lain. Berdasarkan penelitian Mckinsey pada tahun 2015, dampak Bundesliga terhadap perkembangan ekonomi Jerman berkembang pesat.

Peningkatannya mencapai 50% jika dibandingkan kontribusi pada musim 2007/2008. Selain itu, ekosistem sepak bola Jerman juga mampu memberi kesempatan kerja kepada 110,000 pegawai tetap, meningkat dibandingkan musim 2007/2008 sebanyak 70,000 orang.

Dari sisi tayangan televisi, setidaknya sampai tahun 2020, Fox Sports sudah memiliki hak siar untuk menyebarkan virus Bundesliga ke Amerika, Asia, dan sebagian negara Eropa. Semua ini dipengaruhi juga oleh kemampuan Bundesliga melebarkan sayap keluar negeri. Dan data-data tersebut juga menunjukkan bahwa dominasi Bayern tak memengaruhi kemajuan Bundesliga dari aspek ekonomi.

BACA JUGA:  Persak Adalah Harapan Kebumen

Sekarang, mari beralih ke mereka yang mengatakan bahwa dominasi Bayern bukanlah sesuatu yang buruk bagi kemajuan Bundesliga dan sepak bola Jerman secara umum.

Niklas Wildhagen, pimpinan tim editor di Bundesliga Fanatic mengatakan bahwa meskipun Bayern mendominasi pada beberapa tahun belakangan namun kualitas klub-klub Jerman di kompetisi Eropa tidak menjadi lebih buruk.

Jika merujuk pada koefisien UEFA, Jerman hanya kalah dari Spanyol dan lebih unggul dibandingkan EPL yang begitu glamor serta Serie-A yang sedang meredup prestasinya beberapa tahun terakhir.

Dan kalau boleh menambahkan pandangan Niklas, pun dengan begitu mendominasinya Bayern pada 4 tahun belakangan toh Bundesliga tetap berhasil menciptakan sebuah tim yang berhasil menjadi juara dunia. Mayoritas pemain tim nasional merupakan pemain-pemain yang lama mengecap karier di Bundesliga dan merupakan lulusan akademi klub-klub lokal.

Sementara itu menurut Cristian Nyari, tidak cukup jika hanya menjadikan faktor dominasi Bayern sebagai justifikasi terhadap persepsi bahwa hal tersebut dapat membahayakan perkembangan liga. Karena faktanya dominasi sebenarnya terjadi juga di liga lainnya.

Jika melihat sejumlah data dari musim 1999/2000-2014/2015, di La Liga terdapat lima klub yang meraih gelar juara dengan Barcelona sebagai yang paling sering dengan 7 titel. Di Inggris, Manchester United merengkuh 8 titel Premier League namun gelar juara hanya direbut oleh 4 klub saja. Sedangkan di Serie A, Juventus berhasil mendapatkan 6 gelar juara dan ada 5 klub yang berhasil menjadi juara pada kurun waktu tersebut.

Bagaimana dengan Bundesliga? Bayern 10 kali menjadi Deutscher Meister dan terdapat lima klub yang berhasil menjadi juara, Bayern, Borussia Dortmund, Werden Bremen, Vfb Stuttgart dan Wolfsburg.

Nyari melanjutkan argumennya dengan berkata bahwa kesuksesan Bayern yang berkelanjutan sesungguhnya dapat dicontoh oleh klub-klub Bundesliga lainnya, termasuk soal kekuatan finansial.

Bayern sendiri bisa dikatakan baru mulai membangun kekuatan keuangan sejak tahun 1980-an. Dan kini mereka sangat sukses meskipun tanpa bantuan raja minyak Rusia atau saudagar kaya Timur Tengah.

BACA JUGA:  Mari Berdoa, Semoga Mimpi Leicester City Terkabul!

Kalau pun kemandirian finansial belum bisa diraih dalam waktu singkat, sebenarnya ada acara lain untuk melawan Bayern yaitu dengan terus memproduksi pemain-pemain muda potensial lewat akademi masing-masing.

Khawatir kalau sudah “matang” akan dibeli Bayern? Sebenarnya ketakutan ini agak berlebihan karena pada realitanya setiap tahun Bayern paling banyak membeli 5-6 pemain dari berbagai negara. Tidak mungkin juga sanggup membeli semua pemain muda yang bagus dari seluruh tanah Jerman.

Justru dalam perkembangan terakhir, klub-klub besar luar Jerman yang semakin sering mendatangkan talenta-talenta Jerman ke klubnya.

Pro kontra pasti akan terus terjadi dan sebagai fans Bayern saya senang saja jika Bayern tiap tahun juara Bundesliga. Namun pada saat yang bersamaan, saya juga tidak yakin Bayern bisa juara tiap tahun.

Jika melihat ke belakang, selalu ada siklus di mana Bayern mendapat tantangan keras dari sejumlah klub. Pada dekade 1970-an ada Borussia Mönchengladbach. Pada dekade 1980-an, Hamburg dan Bremen memberikan persaingan sengit.

Dan kalau mau melihat lebih jauh lagi ke belakang, pada masa kompetisi sepak bola Jerman belum menggunakan format Bundesliga (mulai tahun 1903 sampai tahun 1963), Bayern hanya mampu sekali saja menjadi juara nasional yaitu pada tahun 1932. Pada masa-masa tersebut, Bayern bak butiran debu jika dibandingkan klub-klub penguasa seperti Nuremberg dan Schalke.

Ke depan, sejumlah klub seperti Dortmund, Bayer Leverkusen, Schalke 04, dan Mönchengladbach saya pikir akan terus memberikan perlawanan kepada Bayern dalam memperebutkan titel Bundesliga.

Bayern sendiri sejauh ini juga akan menghadapi sejumlah tantangan di musim mendatang seperti adaptasi dengan pelatih baru, Carlo Ancelotti serta beberapa posisi kunci masih diisi oleh pemain senior seperti Xabi Alonso, Franck Ribery dan Phillip Lahm. Jika Bayern tak mendapatkan pelapis yang mumpuni dalam beberapa tahun mendatang, kekuatan Bayern tentu akan (sedikit) menurun.

Bundesliga 2015/2016 akan segera berakhir dan musim 2016/2017 siap menawarkan kegembiraan serta excitement baru. Tidak percaya? Cobalah nonton langsung pertandingan-pertandingannya sebelum menjatuhkan ultimatum tentang baik atau buruknya pengaruh dominasi Bayern bagi Bundesliga.

Komentar
Penggemar FC Bayern sejak mereka belum menjadi treble winners. Penulis buku Bayern, Kami Adalah Kami. Bram bisa disapa melalui akun twitter @brammykidz