Bayern Munchen dan Stigma Liga Petani

Setiap kali menyebut kompetisi Bundesliga, nama Bayern Munchen pasti langsung meletup-letup di kepala.

Hal ini sangat wajar mengingat tim yang berkandang di Stadion Allianz Arena tersebut adalah penguasa di sana.

Secara keseluruhan, Bayern sudah memenangkan 30 gelar Bundesliga. Unggul sangat jauh dari tim yang duduk di posisi kedua sebagai peraih titel terbanyak, FC Nurnberg (9 trofi).

Keperkasaan Die Bayern nyatanya memunculkan penilaian miring dari khalayak. Tim yang berdiri tahun 1900 tersebut dirasa terlalu dominan.

Seketat apapun persaingan di Bundesliga pada awal musim, publik selalu meyakini bahwa di pengujung musim, juara Bayern lagi, Bayern lagi.

Memang tidak bisa dipungkiri, mulai dari kiper hingga penyerang, skuad Bayern dari tahun ke tahun selalu diisi oleh nama-nama berkualitas.

Di samping itu, proses regenerasi di tubuh klub juga cukup bagus sehingga banyak jebolan akademi mereka yang mencuat sebagai pilar di tim utama.

Digdayanya Bayern di kompetisi Bundesliga membuat label Liga Petani disematkan oleh banyak kalangan.

Alasannya simpel, liga tertinggi di Negeri Panser itu selalu dijuarai oleh klub yang sama dan itu-itu saja.

Label serupa juga disematkan kepada Ligue 1 yang dikuasai Paris Saint-Germain (PSG) dan Serie A yang dimonopoli Juventus dalam satu dekade terakhir.

Hal tersebut berbeda dengan persaingan di La Liga atau Premier League yang dianggap lebih terbuka serta kompetitif lantaran juaranya acap berganti.

Namun perlu diingat bahwa kampiun ajang yang disebut pertama biasanya digilir oleh Barcelona dan Real Madrid.

Pada musim ini sendiri, Die Bayern masih kokoh di puncak klasemen Bundesliga. Sementara di Ligue 1 dan Serie A, dominasi PSG dan Juventus sedang digoyang oleh tim-tim pesaing.

BACA JUGA:  Tembok Tebal di Lini Belakang Chelsea

Sampai pekan ke-27, Thomas Muller dan kawan-kawan sudah mengoleksi 64 poin alias unggul tujuh angka dari RasenBallsport (RB) Leipzig.

Kans merengkuh titel Bundesliga ke-31 pun terbuka sangat lebar bagi tim dengan kostum kebesaran berwarna merah ini.

Kesebelasan lain semisal Borussia Dortmund, Borussia Monchengladbach, dan VfL Wolfsburg hanya bisa memandangi dominasi Bayern dengan tatapan takjub.

Terasa makin menyebalkan, keperkasaan Bayern di papan klasemen juga dibarengi tingkah mereka yang ‘hobi’ mempreteli kekuatan para rival.

Terbaru, mereka sudah memastikan bahwa palang pintu Leipzig asal Prancis, Dayot Upamecano, bakal pindah ke Stadion Allianz Arena per musim 2021/2022.

Timpangnya persaingan di Bundesliga sejatinya telah terjadi sedari lama. Di Prancis dan Italia yang sama-sama beroleh label Liga Petani, kondisi tersebut baru muncul satu dekade pamungkas.

Label demikian bikin Bayern santai saja. Toh, apa yang mereka tunjukkan selama ini adalah hasil dari kerja keras seluruh elemen di tubuh klub. Kesuksesan mereka tidak muncul dalam satu jentikan jari.

Apa yang mereka petik saat ini adalah buah pikiran selama puluhan tahun yang diimplementasikan secara nyata.

Bayern tahu betul bagaimana cara mempersiapkan amunisi tempurnya untuk memenangi persaingan di Jerman.

Bahkan jika diperhatikan lebih jauh, kapasitas Bayern sebagai tim hebat tidak hanya sebatas dominasi di Negeri Panser.

Saat bermain di pentas regional seperti Liga Champions, mereka juga sanggup memamerkan kualitas terbaiknya dan menjadi juara. Jarang sekali Muller dan kawan-kawan tampil sebagai pelengkap kompetisi.

Situs-situs taruhan pun selalu berani menempatkan mereka sebagai kandidat jawara. Bersaing ketat dengan tim-tim kuat lainnya semisal Barcelona, Liverpool, dan Real Madrid.

Pada ajang Liga Champions, mereka memiliki catatan impresif dengan memainkan 361 pertandingan, 213 kali menang, 72 kali imbang, 75 kali kalah.

BACA JUGA:  Adakah Lahan Bertani di Internazionale Milano?

Bayern mencetak 754 gol, kebobolan 362 gol, dan menghasilkan 59,00% rasio kemenangan. Catatan apik tersebut menghasilkan enam trofi Liga Champions!

Sementara di Liga Europa, mereka mentas di 68 pertandingan dengan meraih 39 kali menang, 13 kali imbang, serta keok di 16 laga.

Die Bayern mencetak 151 gol, kebobolan 82 gol, dan menghasilkan 57,35% rasio kemenangan. Hasilnya, ada satu gelar juara yang mereka sabet dari ajang kelas dua ini.

Lebih jauh, Bayern juga piawai mengukir beraneka rekor di kancah regional. Misalnya dua kali meraih Treble Winners dan sekali mencatatkan Sextuple. Di kancah Eropa, cuma Barcelona yang punya rekor serupa.

Selanjutnya, mereka jadi salah satu klub yang sukses menjuarai seluruh kompetisi yang pernah mereka ikuti.

Sejak 121 tahun berdiri, Bayern telah mengikuti 10 kompetisi resmi level nasional, regional, dan internasional. Hasilnya, mereka berhasil juara di 10 kompetisi tersebut.

Terakhir, tim yang melambungkan nama-nama pesepakbola legendaris seperti Franz Beckenbauer dan Gerd Muller ini menjadi klub kedua terbanyak yang mendapatkan trofi pada abad ke-21.

40 trofi yang diperoleh Bayern cuma kalah dari klub asal Mesir, Al Ahly, yang mengoleksi 42 gelar.

Stigma Liga Petani yang disematkan pada Bundesliga mungkin sah-sah saja. Namun itu bukan alasan utama mengapa mereka digdaya. Kompetisi Bundesliga tidak payah, cuma pesaing mereka saja yang lemah.

Lagipula, semua piala yang dijejer rapi di ruang trofi Die Bayern bisa menjadi bantahan untuk asumsi Bayern superior karena beraksi di Liga Petani.

Komentar
Penggemar Manchester United dan Bayern Munchen yang hobinya menulis dan membaca ini bisa ditemui di akun Twitter @mtorieqa.