Yang paling menyenangkan dari sepak bola, selain peragaan adu taktik dan teknik di lapangan, adalah bursa transfer. Di tiap gim sepak bola yang saya mainkan, diakui atau tidak, masa-masa memasuki musim bursa transfer adalah masa yang menyenangkan.
Ibarat badan yang sedemikian jenuh dengan rutinitas kompetisi, bursa transfer menawarkan hiburan yang setara dengan piknik untuk meredakan tensi dan melemaskan otot.
Bursa transfer tidak hanya perihal membeli dan menjual pemain. Bursa transfer adalah eskapisme terbaik bagi para pelaku sepak bola. Bukan hanya para manajer yang sibuk, tapi juga para pemain yang berupaya untuk pindah dan menemukan masa depan terbaik bagi karier mereka.
Bagi suporter, bursa transfer adalah pemasok adrenalin yang mempermainkan pikiran dan emosi. Rumor, begitu mudah dijumpai di running news saat menonton televisi. Sekaligus selalu sukses membuai kita dengan harapan dan menaikkan derajat ekspektasi lebih tinggi.
Sebagai contoh, bagaimana tidak girang suporter Manchester United ketika dalam satu bursa transfer saja, mereka dikaitkan dengan rumor transfer banyak bintang seperti Henrikh Mkhitaryan, Zlatan Ibrahimovic, sampai Paul Pogba. Rumor ketiganya menjadi realita ketika mereka berlabuh di Old Trafford.
Tapi sialnya, bursa transfer pula yang berani membawa angan suporter membumbung tinggi untuk kemudian dihempaskan sekeras-kerasnya ke tanah. Pendukung Arsenal, diakui atau tidak, adalah contoh nyata dari golongan suporter seperti ini.
Ingat saat bursa musim dingin 2014 lalu, The Gunners dikaitkan dengan Julian Draxler, yang saat itu masih berseragam Schalke 04. Namun di akhir Januari, Arsenal hanya mendapatkan Kim Kallstrom dengan status pinjaman dari Spartak Moskow. Sialnya, usai diresmikan, Kallstrom mengalami cedera punggung dan menepi selama dua bulan.
Hal-hal seperti itu yang membuat bursa transfer semakin menarik. Apalagi, kita dengan mudah mampu mengakses informasi. Di linimasa Twitter, banyak jurnalis top Eropa yang memberi porsi sejumlah rumor transfer sepak bola dalam beberapa cuitannya.
Itu masih ditambah dengan beberapa media Inggris, yang terkenal gemar membual, sering melemparkan isu. Jika dilihat sekilas, niscaya suasana hati langsung bergolak dan mata membelalak sembari berharap-harap cemas.
Sejatinya, semua yang berlaku dan menghiasi bursa transfer adalah hiburan asyik yang tepat untuk memainkan emosi, membuai harapan, dan mengajak kita bermimpi segila mungkin.
Pembaca tentu tak asing ketika dua atau tiga tahun lalu, media sempat membuat isu gila bahwa konon, La Pulga dari Rosario, Lionel Messi, akan berlabuh di Chelsea. Rumor tersebut digodok dengan bahasa-bahasa yang bombastis. Meskipun pada akhirnya sama saja. Namanya juga rumor.
Media sah-sah saja membuat spekulasi, sama sahnya dengan suporter yang berhak untuk berharap dan bersiap untuk kecewa. Bursa transfer adalah harapan yang tidak bisa digenggam tangan, namun euforianya ada dan nyata.
Saya, misalnya, membaca berita bahwa Arsenal dikaitkan dengan Karim Benzema sampai Gonzalo Higuain saja, hati sampai berdebar. Keringat dingin keluar di sekujur tangan dan imaji liar berkelebatan membayangkan Mesut Ozil dan Alexis Sanchez akan berkolaborasi dengan Karim Benzema di lini serang Meriam London.
Kalau kenyataan itu gagal terjadi, ya santai saja. Kadang memang harapan tidak pernah tepat waktu datangnya, atau bahkan, ia tak datang sama sekali. Itulah sebab utama kenapa sejak beberapa tahun terakhir, saya tidak pernah berekspektasi.
Namun tepat ketika saya mulai tak berharapan, klub idola saya justru sukses mendatangkan Mesut Ozil, Alexis Sanchez, sampai Petr Cech dalam tiga musim terakhir. Bukankah hidup ini asyik?
Jadi kenapa istilah “harapan palsu” muncul tatkala bursa transfer menyapa, sejatinya adalah wajar. Itu akumulasi dari setumpuk harapan yang ada di benak suporter. Dipupuk setiap hari dengan berita dari media, dan ketika tak terwujud, suporter ditinggalkan untuk gigit jari dan merasa tertolak.
Itu lingkaran yang terjadi berkali-kali dan berulang-ulang. Dan sudah seyogyanya, suporter semakin bijak dan menilai segala rumor yang berkeliaran di linimasa sebagai hiburan semata.
Tapi kalau Anda seorang masokis sejati dan bersahabat karib dengan rasa kecewa dan penolakan, berharap tinggi Arsenal mendatangkan James Rodriguez atau satu pemain belakang kelas wahid di bursa transfer musim panas 2016/2017, semua itu sah-sah saja.
Itu hak Anda. Itu hidup Anda. Anda berani bermimpi, berarti berani menerima segala resikonya.
Karena bagi saya, sebaik-baiknya kesebelasan yang bisa diharapkan selama bursa transfer, hanya tersebut dua nama. Hanya dua kesebelasan yang bagi saya pribadi, jarang membuai suporternya dengan harapan tinggi.
Namun, ketika berita resmi muncul di laman klub bersangkutan, ia memberi euforia yang setara dengan perasaan memenangkan sebuah trofi kejuaraan bergengsi. Nama dua kesebelasan tersebut adalah Barcelona dan Bayern Munchen.
Dua dari segelintir klub di dunia yang tahu bahwa mereka punya uang dan reputasi. Dengan dua hal tersebut, mereka hanya butuh sedikit rumor di media untuk kemudian segera merealisasikan proses transfer tanpa berbelit-belit.
Selamat memeluk harapan di sisa jendela transfer sampai 31 Agustus nanti. Ketika menit-menit menjelang penutupan transfer adalah medan pertarungan antara harapan dan kekecewaan. Dan ketahuilah, harapan itu ada, agar manusia tahu bahwa mereka masih hidup.