The Class of 1992: Melampaui Kejayaan The Busby Babes

Melemahnya pembinaan pemain muda pasca-kepemimpinan Sir Matt Busby memudarkan kejayaan Manchester United. Pelatih “terbaik” yang bisa menghadirkan trofi setelah Busby adalah Ron Atkinson.

Namun, Big Ron menghasilkan piala tidak dengan pemain binaan klub, melainkan mendatangkan pemain bintang dengan uang jutaan poundsterling.

Sir Alex Ferguson mampu mengidentifikasi masalah ini dengan baik. Fergie percaya bahwa kesuksesan timnya nanti akan ditopang oleh pemain muda yang dilatih di akademi.

Benih-benih inti skuat ditempa di The Cliff. Bukan tempat terbaik yang dilengkapi berbagai fasilitas membina pemain, namun lingkungan dengan etos kerja keras, tim pelatih yang mampu memberikan pelatihan skill maupun mental, serta kepercayaan dari sang gaffer. Pemain-pemain muda ini bisa berkembang sesuai diharapkan.

Skuat yang dikemudian hari disebut The Class of 1992 ini dihuni oleh pemain muda berbakat dari seantero Britania. Ryan Giggs, Paul Scholes, Nicky Butt, Gary Neville, Chris Casper, Ben Thornley, dan Gary Switzer merupakan remaja asli Greater Manchester.

Sementara kota lain di Inggris diwakili oleh David Beckham, Joh O’Kane, Kevin Pilkington, dan Joe Roberts. Keith Gilespie jadi perwakilan dari Irlandia. Sementara Colin McKee berasal dari Skotlandia.

Wales mengirim dua utusan, yakni Robbie Savage dan Simon Davies. Eric Harrison menjadi pelatih kepala ditemani oleh dua legenda United, Brian Kidd dan Nobby Stiles.

Pemain-pemain muda yang dilatih di The Cliff ini biasanya mengadakan pertandingan di hari Sabtu pagi. Bisa pertandingan persahabatan dengan tim lain, namun tak jarang melawan senior dari tim utama yang baru pulih dari cedera atau sedang membutuhkan latihan untuk menjaga kebugaran.

“Dulu banyak fans kami yang menyaksikan partai Sabtu pagi di The Cliff. Tim ini memiliki David Beckham, kadang-kadang Giggsy, Neville bersaudara, Nicky Butt, Ben Thornley, dan banyak pemain fantastis lainnya. Tapi Scholesy menjadi pujaan penonton.

Anda bisa memahami penyebabnya setelah melihat gol-gol yang dia ciptakan. Ia kunci mematikan. Ia dulu sering seolah menjebol gawang saat mencetak gol. Permainannya sangat enak dilihat,” tutur Eric Harrison tentang anak asuhnya, seperti yang dikutip dari majalah Inside United.

“Saya ingat saat pertama kali menyaksikan Manchester United bermain, semua orang bilang mereka punya tim masa depan. Para pemain muda mereka yang tengah berkembang, termasuk satu pemain belia bernama Ryan Giggs yang katanya akan mengguncang dunia.

Masa yang sangat menggairahkan. Anak-anak itu sangat luar biasa. Itu semua berkat Eric Harrison, Brian Kidd, Stiles, dan semua pelatih yang pernah bekerja bersama mereka. Tak hanya membuat anak-anak itu jadi pesepak bola hebat, para pelatih itu juga membuat para bocah jadi pesepakbola bermental tangguh.”

Kenang Peter Schmeichel tentang tim muda ini yang kelak sebagian pemainnya bermain bersamanya di skuat utama yang merajai dunia.

BACA JUGA:  Perlunya Inter Mempermanenkan Alexis Sanchez

The Class of 1992 melejit setelah menjuarai FA Youth Cup 1991/1992, kejuaraan Piala FA untuk pemain muda berusia di bawah 18 tahun. Pemain terbaik, Paul Scholes, absen dalam kejuaraan ini.

Pemain paling kecil di angkatan 1992 ini menderita sakit bronkitis dan masalah lutut yang dikenal dengan nama Osgood-Schlatter. Oleh dokter dirinya diharuskan beristirahat total dari sepak bola agar penyakitnya bisa sembuh.

Sementara itu, pemain paling fenomenal, Ryan Giggs, tidak bermain dalam semua pertandingan tetapi punya peran yang besar terhadap raihan juara.

Giggsy, yang sudah melakoni debut bersama skuat utama di bulan Maret 1991 mulai memperoleh tempat reguler musim 1991/1992. Jadi, dia akan bermain bersama tim junior ketika tidak ada pertandingan bersama tim utama.

FA Youth Cup edisi ini juga berperan penting dalam perkembangan karir Gary Neville. Gary masuk ke akademi tahun 1986. Awalnya, dia bermain sebagai gelandang tengah.

Persaingan yang ketat membuatnya digeser ke belakang. Keputusan yang tepat oleh Eric Harrison di mana Gary bisa jauh lebih berkembang di posisi sebagai bek tengah maupun bek kanan.

Setelah mengalahkan Sunderland, Walsall, Manchester City, dan Tramere Rovers, United melaju ke semifinal. Di dua musim sebelumnya, tim muda Setan Merah selalu gagal saat menginjak babak semifinal. Eric Harrison tentu tidak ingin mengulanginya lagi.

Bertemu dengan Tottenham Hotspur yang mencetak 18 gol dan hanya kebobolan sekali, United bersiap dengan serius.

Pertandingan melawan Spurs ini memberi kesan tersendiri kepada David Beckham. Becks sempat bermain untuk tim muda Tottenham Hotspur sebelum memutuskan pindah ke United, klub yang didukungnya sejak berusia 13 tahun.

Spurs muda diperkuat Nick Bramby dan Sol Campbell yang dikemudian hari dikenal sebagai salah satu bek tengah terbaik Inggris. Tapi saat itu, Campbell masih bermain sebagai penyerang.

Dua gol dari Giggs dan satu gol bunuh diri membuat United unggul 3-0 di Old Trafford. Mereka pun tenang ketika bertandang ke White Hart Lane di mana mereka juga unggul 2-1.

United pun melangkah ke final menghadapi Crystal Palace. Giggs absen dalam final leg 1 karena harus bersiap bersama tim utama menghadapi Nottingham Forest di final Piala Liga.

Kemenangan 1-0 mengantarkan The Red Devils meraih gelar juara Piala Liga untuk pertama kalinya dalam sejarah. Sementara itu, pada pertandingan leg 1 FA Youth Cup, United menang 3-1 di kandang Palace berkat dua gol Nicky Butt dan satu gol dari David Beckham.

Laga leg kedua digelar di Old Trafford. Ada 14 ribu pasang mata yang menyaksikan. Giggs kembali bermain. Pertandingan ini menjadi laga terakhirnya di level junior.

BACA JUGA:  Lapangan Ngebul: dari Bambang Pamungkas hingga Bayu Pradana

Palace sempat mengejutkan dengan mencetak gol di menit pertama tapi United bangkit dan menyudahi perlawanan Palace 3-2. Dengan agregat 6-3, United ditahbiskan menjadi juara. Ini gelar FA Youth Cup setelah menunggu 28 tahun.

Di musim 1991/1992, tim U-18 menempati posisi runner-up Divisi I Liga Lancashire, 10 angka di belakang sang juara, Crewe Alexandra.

Anggota Class of 92 mulai diberi kesempatan bersama tim utama. Setelah Ryan Giggs reguler bermain bersama skuat inti di musim 1991/1992, Gary Neville, Paul Scholes, Nicky Butt, David Beckham mulai dipromosikan masuk skuat utama di musim 1995/1996 mengisi posisi yang ditinggalkan Paul Ince, Andrei Kanchelski, dan Mark Hughes.

Ketika itu, mereka disebut “tunas-tunas muda Fergie. Phil Neville juga mulai diberi kesempatan meski dia masih bergabung dengan tim junior yang menjuarai FA Youth Cup 1995.

Pada awalnya, banyak yang meragukan kapasitas mereka menggantikan peran penting pemain bintang. Padahal, target juara harus dipenuhi setelah di musim sebelumnya United kalah bersaing dengan Blackburn Rovers dalam perburuan gelar juara Liga Inggris.

Kekalahan 1-3 dari Aston Villa di Villa Park saat partai pembuka liga semakin menerbitkan cibiran. “You can’t win anything with kids,” ejek Alan Hansen, komentator BBC setelah kekalahan itu.

Tapi, bukan United jika menyerah. Mereka bangkit dan mengejutkan dengan mengalahkan juara bertahan Blackburn Rovers di Ewood Park dan mengalahkan Bolton Wanderers di Old Trafford dengan skor meyakinkan 3-0.

Selanjutnya, sejarah mencatat bahwa inilah tim terbaik sepanjang masa, bahkan untuk ukuran klub Inggris. Pada musim 1995/1996, merengkuh gelar ganda; juara liga dan Piala FA.

Mereka kemudian seakan tidak tertahan untuk mengulangi pencapaian itu dan juga meraih treble winners (liga, Piala FA, dan Liga Champion) musim 1998/1999.

Pelajaran penting dari Class of 92 ini, jika ingin pemain muda berbakat memenuhi potensinya menjadi pemain hebat, Anda perlu memberi mereka kepercayaan.

Tidak semua pemain di angkatan tersebut menjadi legenda di United. Bagi yang tidak bisa menembus tim utama, pemain tersebut dilepas. Mereka yang keluar masih bisa berlaga di level kompetitif.

Robbie Savage dan Keith Gilespie jelas yang paling menonjol di antara yang lain dengan bertahan di Premier League lebih dari satu dekade.

Skuat Class of 1992 yang menjuarai FA Youth Cup 1992 (U-18):

Kevin Pilkington; Paul Scholes; Mark Rawlinson; Keith Gilespie; George Switzer; Simon Davies; Steven Riley; Ryan giggs; Robby Savage; Colin McKee; Nicky Butt; Chris Casper; Gary Neville; David Beckham; John O’Kane; Karl Brown; Joe Roberts; Ben Thornley; Mark Gordon; Raphael Burke; Jimmy Curran (fisioterapi); Eric Harrison (pelatih).

 

Komentar
Akrab dengan dunia penulisan, penelitian, serta kajian populer. Pribadi yang tertarik untuk belajar berbagai hal baru ini juga menikmati segala seluk beluk sepak bola baik di tingkat lokal maupun internasional.