Sudah tiga pertandingan dijalani Persib dalam upaya mempertahankan trofi Piala Presiden. Pertandingan pertama dilalui dengan hanya mampu meraih kemenangan tipis 1-0 melawan PSM Makassar, kemenangan kedua diraih setelah membungkam Persiba Balikpapan 3-1, dan di partai terakhir fase grup ditutup dengan kemenangan melawan Persela.
Sembilan poin telah diraih, babak 8 besar sudah di depan mata. Hampir semuanya berjalan sesuai rencana, tetapi tetap saja ada suara-suara sumbang yang terdengar di sudut tribun stadion Si Jalak Harupat.
Suara sumbang itu tak pernah jauh dari penampilan Erick Weeks yang masih jauh dari kata memuaskan. Weeks direkrut Persib untuk menggantikan dua playmaker asing Persib yang dicoret setelah Indonesia Soccer Championship (ISC) 2016 berakhir yaitu Robertino dan Marcos Abel Flores.
Jika dilihat dari statistik di ISC 2016, keduanya tidaklah terlalu buruk. Robertino yang sudah menjadi andalan dari awal musim adalah pemberi asis terbanyak tim Maung Bandung. Marcos yang didatangkan di pertengahan musim menampilkan penampilan ciamiknya di akhir musim.
Penampilan Robertino dan Marcos semakin baik ketika bermain bersamaan di skema 4-1-4-1 ala Djanur. Tetapi tetap saja pencoretan menjadi akhir cerita keduanya, maka tak heran suara sumbang sering terdengar karena penampilan Weeks masih belum mencapai level Robertino dan Marcos.
Memang bukanlah perbandingan yang adil karena Weeks baru bermain dua pertandingan, akan tetapi dirinya pun hanya dikontrak untuk Piala Presiden. Tak ada waktu untuk adaptasi, tak ada tempat untuk pemain yang biasa saja.
Sejatinya siapa pun playmaker baru yang direkrut Persib musim ini bukanlah untuk mengalahkan level permainan Ino dan Marcos, yang sebenarnya Weeks harus kalahkan adalah level dan kualitas permainan Makan Konate.
Pencapaian Makan Konate teramat sulit untuk dilupakan oleh Bobotoh, dirinya pun sering diisukan balik Bandung setelah berkelana di Liga Malaysia. Sayangnya memang cedera menunda pertemuan Persib dan Makan Konate.
Sistem 4-1-4-1 Djanur berjalan cukup baik di penghujung ISC 2016, itu juga mungkin yang menjadi alasan Djanur tetap menggunakan skema ini di pertandingan pembukaan Piala Presiden menghadapi PSM, yang berbeda adalah dua pemain di belakang Sergio van Dijk adalah Erick Weeks dan Gian Zola.
Sayangnya skema ini tidak berjalan dengan baik, Persib benar-benar kesulitan untuk membangun serangan. Aliran bola sering kali berputar antara Toni, Achmad Jufriyanto, Vladimir Vujovic, dan Hariono. Ada jarak yang lebar antara Hariono dan juga dua gelandang serang Persib.
Jika menengok ke ISC 2016, biasanya Robertino sering turun menjemput bola sebelum mengirimkannya ke Marcos. Memang, skema ini digunakan untuk melengkapi kemampuan Robertino dan Marcos.
Keengganan Marcos turun menjemput bola akan ditanggung oleh Robertino, dan masalah final third biar Marcos yang menanggungnya. Skema ini juga untuk dapat mengakomodir sayap-sayap Persib yang sedang dalam performa puncak di akhir musim.
Dengan menggunakan dua gelandang serang tugas membagi bola ke sisi kanan maupun kiri bisa diemban oleh dua pemain. Sayangnya hal inilah yang belum terjadi pada skuat Persib di Piala Presiden 2017.
Zola maupun Weeks masih terlalu dekat dengan SvD dan pada akhirnya menghasilkan jarak yang lebar di lini tengah Persib, itu juga yang mengakibatkan Persib hanya mampu membangun serangan melalui umpan lambung ke flank dari Vlado maupun Jupri.
Hilangnya kepercayaan diri Weeks
Sebelum berangkat ke Thailand demi meraih lisensi A AFC, Djanur berpesan bahwa playmaker yang beliau idamkan adalah pemain yang punya kemampuan dribel mumpuni, umpan berkelas, dan kemampuan mencetak gol dari tendangan jarak jauh, atau bisa disingkat Makan Konate KW super.
Lalu lalang pemain asing mencoba peruntungannya seleksi di Persib, sampai yang terhangat Vitor Saba walau memang gagal di kesepakatan akhir. Semakin mepetnya waktu persiapan, Persib dan Weeks akhirnya berjodoh.
Keraguan menyelimuti kedatangannya ke tim kebanggaan rakyat Jawa Barat, hal ini jelas terlihat dari kontraknya yang bersifat jangka pendek. Hanya untuk Piala Presiden walau memang terdapat klasul perpanjangan yang sepertinya Persib tidak akan repot-repot mengaktifkannya.
Tentunya atmosfer bermain untuk Persib berbeda seperti yang dia rasakan sebelumnya di Madura United. Ekspektasi dan tekanan manajemen serta Bobotoh yang begitu besar terhadap Weeks ini sepertinya yang meruntuhkan kepercayaan diri Weeks yang akhirnya berpengaruh pada permainannya.
Tak terlihat lagi Weeks yang punya kemampuan dribel mumpuni dan melewati pemain belakang lawan. Weeks yang mempunyai umpan akurat dan Weeks yang bisa menjadi pemecah kebuntuaan, selayaknya yang Ia tampilkan dulu di Wamena. Semua tak terlihat di dua pertandingan awal.
Maka dari itu Weeks harus benar-benar bisa mengembalikan kepercayaan dirinya dan bermain senyaman mungkin bersama Persib di sisa pertandingan Piala Presiden. Dan sepertinya kesempatan semakin sedikit untuk Weeks, karena bahkan di pertandingan ketiga pun Djanur sudah memarkirnya di bangku cadangan.
Jika memang bernasib baik Weeks mungkin bisa bermain di perempatfinal atau bahkan semifinal dan final. Tetapi jika Persib tersingkir di fase gugur atau tidak bisa mempertahankan gelarnya, sepertinya kita tahu siapa yang akan terlebih dahulu dievaluasi manajemen.
Weeks, dirimu (mungkin) bukan sosok yang kami rindukan.