Fantasy Premier League: Pilih Gylfi Sigurdsson atau Leroy Fer?

Kemenangan penuh kerja keras ditunjukkan Swansea City pada Gameweek (GW) 13 lalu.

Sempat dibuat terdiam oleh 3 gol Crystal Palace dalam rentang waktu 9 menit yang mengubah skor menjadi 3-4, The Swans mampu membalikkan keadaan pada menit-menit terakhir berkat dwigol Fernando Llorente di penghujung laga dan mengakhiri pertandingan dengan skor 5-4.

Walau demikian, seusai pertandingan, bukan Llorente—sang penentu kemenangan—yang menarik banyak perhatian para manajer Fantasy Premier League, melainkan kedua rekannya di lini tengah, yaitu Gylfi Sigurdsson dan Leroy Fer.

Sampai saat artikel ini ditulis (30 November 2016), keduanya masing-masing mampu menarik minat 72.173 dan 39.307 manajer. Jumlah yang jauh lebih banyak dibandingkan Llorente yang hanya bisa menggaet perhatian 5.024 manajer FPL di luar sana.

Keduanya menarik banyak perhatian manajer FPL karena sama-sama tampil baik dengan mencetak 2 digit poin dalam laga yang berakhir untuk kemenangan kedua Swansea musim ini.

Selain itu, jadwal bersahabat yang dimiliki Swansea dalam beberapa pekan ke depan pun menjadi alasan lain kenapa banyak manajer yang banyak membeli mereka pekan ini.

Namun, memiliki keduanya mungkin bukan pilihan yang rasional. Walau tampil heroik pada pekan lalu, tak bisa dipungkiri bahwa Swansea masih menjadi salah satu dari tiga tim yang menghuni zona degradasi Liga Primer Inggris musim ini.

Selain itu, penampilan The Swans pun masih inkonsisten meski sudah berganti kepemimpinan ke tangan Bob Bradley.

Jadi, jika harus memilih salah satu dari aset Swansea tersebut, siapa yang sebaiknya dipilih? Sigurdsson atau Fer?

Walau mencetak poin yang lebih rendah (10 poin) dibandingkan Fer (14 poin) maupun Llorente (15 poin) pada GW 13, Sigurdsson merupakan pemain Swansea yang paling konsisten meraup poin sejauh ini.

BACA JUGA:  Fantasy Premier League: Topik-Topik Menarik Menjelang Gameweek 9

Pemain timnas Islandia ini selalu mencetak poin dalam 4 pertandingan terakhir, termasuk salah satunya saat menghadapi tim dengan pertahanan rapat musim ini, Manchester United.

Adapun melonjaknya performa Sigurdsson ini salah satunya dikarenakan perubahan posisi yang dialaminya semenjak Swansea dilatih oleh Bradley. Mantan arsitek tim Amerika Serikat itu menaruh Sigurdsson sebagai false nine dalam skema 4-3-3 miliknya.

Hasilnya? Catatan tembakan dan penciptaan peluang Sigurdsson pun meningkat dalam 6 pekan terakhir dengan 23 percobaan tembakan dan 13 percobaan asis, yang berakhir dengan 3 gol dan 3 asis.

Catatan yang lebih baik dibandingkan saat dirinya bermain sedikit di belakang penyerang atau sayap kiri pada 7 pekan pertama Liga Inggris, yang hanya menghasilkan 20 percobaan tembakan dan 6 percobaan asis, serta berbuah 1 gol dan 1 asis.

Selain itu, hal-hal lain yang juga membuat Sigurdsson menjadi lebih menarik untuk dipilih dibanding Fer adalah kepastian menit bermain. Selain GW 1 dan 3, dirinya selalu dimainkan penuh, baik oleh Bob Bradley maupun Francesco Guidolin.

Perannya dalam permainan Swansea pun cukup vital. Ia merupakan pemain paling kreatif dalam tim dan menjadi eksekutor utama semua bola mati Swansea. Semua? Ya, mulai dari penalti, tendangan bebas, hingga tendangan sudut.

Lalu, bagaimana dengan Fer?

Meski menit bermainnya sedikit terpangkas semenjak dilatih Bradley, Fer masih menjadi pencetak gol terbanyak Swansea sementara musim ini (6 gol) setelah melesakkan 2 gol tambahan pada pekan lalu.

Banyaknya gol yang dicetaknya sejauh ini dikarenakan besarnya keterlibatan menyerang pemain timnas Belanda ini dalam kotak penalti lawan. Tidak seperti Sigurdsson yang lebih banyak melakukan tembakan dari luar kotak penalti, Fer lebih banyak melakukan dari dalam kotak penalti dengan 17 tembakan sejauh ini.

BACA JUGA:  Menunggu Hasil Investasi Masif Everton

Karena lebih banyak beroperasi di dalam kotak penalti lawan, Fer pun lebih mampu mengonversi tembakan-tembakannya menjadi gol. Tercatat, konversi gol milik Fer pun merupakan yang tertinggi (24%) di antara pemain-pemain Swansea lain yang menit bermainnya di atas 630.

Rataan poin per menitnya, yaitu 5,38 poin per 90 menit, pun lebih tinggi dibandingkan Sigurdsson dengan 5,18 poin per 90 menit. Padahal, jumlah poin yang dimilikinya (58 poin) masih di bawah Sigurdsson (62 poin).

Namun, dari semuanya yang telah disebutkan tersebut, “nilai jual” tersendiri dari seorang Fer sebenarnya adalah harganya yang bersahabat untuk kantong para manajer.

Harga Fer lebih murah 2,3 poundsterling dibandingkan Sigurdsson. Meski murah, namun kualitas yang dimilikinya tidak murahan. Bersama Etienne Capoue, dirinya merupakan salah satu opsi gelandang murah berkualitas musim ini.

Kesimpulan

Jadwal Swansea dalam beberapa pekan ke depan sangat menarik, maka memiliki setidaknya salah satu dari keduanya adalah opsi yang baik.

Sigurdsson merupakan pemain yang bisa dipilih oleh para manajer jika memiliki bujet berlebih dan menginginkan pemain yang memiliki keterlibatan besar dalam gol-gol Swansea.

Dirinya pun bisa menjadi salah satu opsi menarik yang bisa dipilih oleh para manajer yang harus kehilangan jasa Philippe Coutinho dalam 5-6 pekan ke depan karena cedera.

Sementara bagi manajer yang memiliki bujet lebih ketat, Fer mungkin menjadi opsi pemain yang lebih tepat. Kemampuannya yang baik dalam mengonversi tembakan menjadi gol dan memberikan ancaman di dalam kotak penalti lawan membuktikan bahwa harga murah yang dimiliki Fer tidak membuatnya identik sebagai pemain yang tidak berkualitas.

 

Komentar
Editor, pharmacy, football enthusiast. Pengasuh fplmakmur.wordpress.com. Penulis bisa dihubungi lewat Twitter @aldosahala.