Wilfried Zaha yang Berjuang Sendirian

Dalam gegap gempita sepakbola di kota London, nama Crystal Palace tak pernah mampu melebihi Arsenal, Chelsea, maupun Tottenham Hotspur.

Hal ini terbilang wajar sebab klub yang berkandang di Stadion Selhurst Park tersebut memang minim prestasi. Kalian bisa mengunjungi laman resmi klub atau halaman Wikipedia Palace seraya melihat bahwa gelar yang sanggup mereka dapat terakhir kali ‘hanyalah’ trofi Divisi Championship musim 1993/1994 silam.

Walau demikian, Palace tergolong klub yang cukup eksis berkiprah di Liga Primer Inggris. Secara keseluruhan, mereka sudah 12 musim tampil di kasta teratas hingga detik ini dengan 8 musim di antaranya berlangsung secara berturut-turut.

Khusus di musim 2020/2021, ada satu sosok pemain yang menyita perhatian saya dari tim asuhan Roy Hodgson. Dialah winger berkebangsaan Pantai Gading, Wilfried Zaha. Penyebabnya apalagi kalau bukan ketajamannya dalam mengoyak jala lawan.

Sampai tulisan ini dibuat, Zaha sudah menggelontorkan lima gol buat The Eagles. Jumlah tersebut mengantarnya duduk di baris atas daftar pencetak gol terbanyak bersama Son Heung-min, Dominic Calvert-Lewin, Mohamed Salah, dan Patrick Bamford.

Luar biasanya, seluruh gol yang sudah dibukukan Zaha berkontribusi atas raihan poin Palace. Antara lain menang dari Southampton, Manchester United, dan Fulham serta imbang dengan Brigthon dan Hove Albion.

Kelima gol itu sendiri memiliki andil 62,5 persen dari catatan gol The Eagles secara total yang baru berjumlah delapan buah. Apakah Palace memiliki ketergantungan terhadap produktivitas Zaha?

Di bawah komando Hodgson, Zaha memang diberi keleluasaan lebih di sektor penyerangan. Bermain sebagai winger, eks penggawa United tersebut tidak hanya menyisir area sayap saja, tetapi juga merangsek ke area tengah dan kotak penalti.

Sang pelatih yang pragmatis coba mengeksploitasi kelebihan Zaha, baik dalam hal kecepatan, kemampuan menguasai bola, menciptakan peluang dan mengeksekusinya. Alhasil, bek-bek lawan acap keteteran saat berduel dengan pemain bernomor punggung 11 itu.

BACA JUGA:  Derbi Manchester: Sama Kuat dalam Bertahan

Sejumlah pengamat bahkan yakin kalau musim ini Zaha bisa memecahkan rekor pribadinya dalam urusan mencetak gol.

Ya, dengan torehan lima gol, pria kelahiran Abidjan tersebut tinggal membutuhkan enam gol lagi untuk melampaui koleksi gol terbanyaknya dalam semusim di Liga Primer Inggris bersama Palace. Peristiwa itu sendiri berlangsung pada musim 2018/2019 lalu sangat dirinya mengemas 10 gol.

Berkat performa eloknya dalam membobol gawang lawan, Zaha jadi salah satu idola manajer Fantasy Premier League (FPL) karena rajin mendulang poin. Ada sekitar 23 persen manajer yang memasukkannya ke dalam tim. Terlebih harganya pun tak kelewat bombastis.

Suporter Palace tentu semringah melihat performa Zaha sejauh ini. Namun ada kekhawatiran yang muncul di benak mereka sebab gol-gol Zaha bak candu bagi The Eagles. Saat pemain berusia 28 tahun ini gagal tampil apik dan sukses menggetarkan jala lawan, tim asuhan Hodgson selalu gagal meraup angka.

Ditambah lagi, para penyerang lain milik Palace seperti Jordan Ayew, Michy Batshuayi, dan Christian Benteke, tak kunjung mampu mencatatkan namanya di papan skor.

Dengan rekam jejak seperti itu, mengalahkan Palace bukanlah perkara sulit. Matikan Zaha, maka ancaman bahaya dari The Eagles akan langsung mereda.

Lini Belakang yang Rapuh

Manakala ketergantungan terhadap Zaha begitu tinggi, lini pertahanan Palace juga menyimpan borok yang kudu disembuhkan Hodgson. Sejauh ini, mereka sudah kebobolan 11 kali. Bila dirata-ratakan, gawang Palace bobol 1,5 kali per pertandingan.

Catatan di atas sungguh tidak ideal karena cuma sekali The Eagles berhasil menorehkan nirbobol yakni di laga melawan Southampton.

Bila menarik benang merah dengan rekor mereka sejak musim 2013/2014 silam, Palace adalah tim yang selalu mencatat selisih gol minus saban musim. Secara beruntun rekornya adalah -15 (2013/2014), -4 (2014/2015), -12 (2015/2016), -13 (2016/2017), -10 (2017/2018), -2 (2018/2019), dan yang terburuk terjadi pada musim 2019/2020 kemarin (-19).

BACA JUGA:  Pekerjaan Paling Sulit di Dunia: Menjadi Pelatih Klub Inggris

Artinya, ada masalah kompleks di sektor pertahanan yang digalang oleh Cheikhou Kouyate dan Mamadou Sakho serta dikiperi oleh Vicente Guaita. Hodgson mesti menemukan solusi sehingga tim asuhannya dapat bertahan dengan rapat dan sulit ditembus. Khususnya dalam fase transisi.

Rasanya sayang sekali melihat produktivitas Zaha seolah nirmakna sebab rekan-rekannya di sektor pertahanan gagal menghadirkan proteksi lebih sehingga gawang Palace jadi sukar dibobol. Akibatnya, pekerjaan Zaha jadi semakin berat karena gol yang ia buat harus lebih banyak dibanding jumlah kemasukan tim dalam suatu laga.

Keteguhan Hati Zaha

Bukan tanpa alasan kubu The Red Devils merekrutnya beberapa tahun silam. Performa bagusnya saat membela Palace di usia belia jadi tolok ukur utama. Namun minimnya kesempatan bermain membuat ia memutuskan balik kucing ke Stadion Selhurst Park. Keputusannya dianggap tepat karena bersama The Eagles, Zaha menemukan lagi bentuk terbaiknya.

Pengalaman tak mengenakkan di Stadion Old Trafford menempa mental dan karakter Zaha jadi lebih tangguh. Keteguhan hatinya pun terlihat selama mengarungi masa sulit itu.

Walau Palace bukan kesebelasan top di Negeri Tiga Singa, tetapi di sinilah ia dapat memamerkan kebolehannya dalam mengolah si kulit bundar. Apalagi suporter fanatik Palace sudah telanjur mencintainya.

Menjadi legenda dari sebuah klub kecil di London Selatan mungkin terbersit di benak Zaha. Toh, ada banyak sekali pesepakbola yang justru melambung dan melegenda bersama tim-tim semenjana seperti Matthew Le Tissier (Southampton) atau Bruno Soriano (Villarreal).

Sejauh ini, dirinya merupakan sosok dengan jumlah penampilan terbanyak keenam untuk Palace. Ia mengungguli striker legendaris klub, Dougie Freedman, dan hanya tertinggal sedikit dari torehan kiper asal Argentina, Julian Speroni. Namun bila dirinya ingin mewujudkan mimpi meraih trofi, satu-satunya opsi yang tersedia adalah hengkang dari Stadion Selhurst Park.

Komentar
Penggemar Persija dan Juventus yang bisa disapa di akun Twitter @gerrymaulanaaa