Menghargai Pengabdian Widodo C. Putro

Legenda sepak bola tak hanya dihormati di kampung halamannya. Di daerah lain pun, kalau ia berjasa bagi daerah itu, titel legenda pun bisa disematkan. Tak ada ikatan darah, tak ada ikatan emosional layaknya keluarga. Yang ada hanya keinginan untuk mengabdi. Dan pengabdian inilah yang harus tetap dihargai.

Namanya Widodo Cahyono Putro, tapi kami biasa memanggilnya Pak Wid. Mantan pemain dan pelatih yang sempat menempa para pejuang kami di Persegres Gresik United. Di Gresik, hampir semua orang tahu siapa Pak Wid. Bagaimana tidak tahu, kalau setiap ada mobil ber plat nomor W7CP berkeliaran, kita sontak berteriak, “Hey, itu Pak Wid.” Ya, itu adalah mobil Pak Wid.

Rumah kami berdekatan. Hanya memakan waktu sekitar 5 menit dengan jalan kaki. Dulu sekali, ketika saya masih SD, setiap sore saya dan teman-teman bermain bola di dekat rumah Pak Wid.

Di daerah rumah Pak Wid, terdapat sebuah lapangan kecil. Setiap bermain, selalu terselip obrolan untuk menyambangi rumah Pak Wid. Kalau beruntung, kami bisa meminta tanda tangannya.

Tapi sampai kini, saya belum pernah dapat tanda tangan Pak Wid. Selain karena kami semua tak ada yang berani sowan ke rumah beliau, kami juga tak yakin beliau sedang berada di rumah atau tidak.

Kita sudahi nostalgia masa kecil saya. Mari bercerita tentang Pak Wid. Widodo CP lahir di Cilacap, 45 tahun yang lalu. Tepat tanggal 8 November tahun ini, beliau akan berumur 46 tahun. Meskipun beliau lahir di Cilacap, beliau lebih memilih menetap di Gresik.

Widodo mengawali karier di klub Galatama, Warna Agung. Pada tahun 1994, Widodo memutuskan pindah ke Petrokimia Putra Gresik – cikal bakal dari Gresik United yang kini diubah menjadi Persegres Gresik United.

Ia menjadi bagian dari kegagalan Petrokimia Putra Gresik dalam merengkuh gelar juara Ligina Pertama, setelah dikalahkan Persib Bandung. Meskipun saat itu, Petro Putra disebut sebagai Juara Tanpa Mahkota. Sebuah tim yang bertabur bintang di mana ada Jacksen F. Tiago dan Carlos de Melo. Tim yang tampil menghibur sepanjang kompetisi, tapi gagal di partai final.

BACA JUGA:  Senyum Matteo Darmian di Sisi Biru Kota Milan

Selama empat musim membela Petrokimia Putra, ia belum bisa memberikan prestasi bagi klub yang memiliki julukan Kebo Giras ini. Meskipun begitu, penampilannya bersama Petro sangat bagus.

Ia pun dipanggil ke timnas Indonesia dan sempat mencetak gol indah ke gawang Kuwait, dalam gelaran Piala Asia 1996. Gol salto Widodo pun dinobatkan sebagai gol terbaik Piala Asia 1996.

Setelah empat musim berseragam kuning biru, pemain yang memiliki sebuah toko elektronik di Gresik ini, memutuskan hijrah ke Persija Jakarta pada tahun 1998. Bersama Persija, ia memberikan gelar Liga Indonesia ke VII. Gelar yang seharusnya ia dapatkan empat tahun sebelumnya, saat berseragam Petro Putra.

Sukses mengembara selama empat musim, ia memutuskan kembali ke Gresik, kota yang melambungkan namanya. Kota yang sepertinya menjadi pelabuhan terakhirnya.

Tak lama memang ia bermain di Petro. Ia hanya bertahan selama dua tahun dan memutuskan pensiun di Petro Putra. Klub yang ia bela selama enam musim. Tapi, dia pensiun dengan meninggalkan kenangan yang begitu indah, mempersembahkan gelar juara Liga Indonesia 2002 bagi Petrokimia Putra, klub yang membesarkan namanya.

Selepas pensiun, Widodo mengambil kursus kepelatihan. Ia kemudian sempat menjadi pelatih di Petro Putra di tahun 2004.

Saat itu, sepak bola Gresik sedang mengalami turbulensi. Permasalahan muncul, karena pihak Petrokimia Putra, selaku pemilik Petro Putra, enggan melanjutkan program sepak bola. Ultras Gresik, suporter setia Petro Putra melancarkan aksi demonstrasi. Menuntut pemerintah untuk segera mengambil tindakan agar menyelamatkan sepak bola Gresik.

Dan di tahun 2005, Petrokimia Putra Gresik resmi merger dengan Persegres Gresik menjadi Gresik United. Di tahun yang sama pula, Widodo memutuskan hijrah ke Persijap Jepara menjadi asisten pelatih. Selama dua musim bersama Persijap, ia dipanggil oleh BTN dan menjadi asisten pelatih timnas untuk ajang Pra Olimpiade, SEA Games, dan Piala Asia.

Setelah mendapatkan banyak ilmu ketika menjadi asisten pelatih timnas, Widodo kembali menangani klub. Dia melatih Persela Lamongan, menggantikan M. Basri di tahun 2009. Hanya semusim bersama Persela, Widodo kembali ditarik BTN dan menjadi asisten pelatih timnas.

BACA JUGA:  Diego Alves, Sang Pemegang Rekor Meredam Penalti

Romantisme Widodo dengan Persegres Gresik tampak ketika ia berkali-kali keluar masuk sebagai pelatih. Di tahun 2013, ia sempat menjadi pelatih pengganti. Saat itu, kondisi tim sedang rusak. Persegres terancam degradasi. Setelah Widodo masuk, permainan tim mulai membaik. Dan akhirnya, Widodo sukses menyelamatkan tim dari degradasi.

Namun ia tak diberikan perpanjangan kontrak oleh manajemen Persegres. Entah atas dasar apa ia tak diberikan kontrak lagi. Sampai akhirnya, ia kembali menjadi pelatih tim di tahun 2015. Saat itu, posisi pelatih di tim Persegres sedang lowong. Liestiadi yang memimpin tim di Indonesia Super League (ISL) 2015, memutuskan hijrah ke PSM Makassar, pasca-selesainya Piala Presiden.

Di turnamen Piala Jendral Sudirman, Manajemen Persegres memilih Widodo menjadi pelatih, dengan sisa waktu cuma seminggu. Widodo diharuskan meramu tim bekas Liestiadi. Dua pertandingan awal Persegres buruk. Baru di pertandingan ketiga, tim mulai bangkit. Meskipun saat itu, Persegres kalah 2-3 dari Persipasi Bandung Raya (PBR).

Di laga pamungkas melawan Persija, Widodo menunjukkan sihirnya. Melawan mantan klubnya, ia sukses membawa Persegres unggul 2-1. Padahal, Persegres di babak pertama tertinggal satu gol dan secara materi pemain, Persija jelas lebih unggul.

Widodo jelas bukan pemain asli Gresik, seperti Agus Indra ataupun Sasi Kirono. Tapi ia adalah pemain sekaligus pelatih yang membuat Gresik bisa dikenal secara luas oleh masyarakat Indonesia.

Melalui gol salto indahnya, melalui kaki kanan-kirinya yang membahayakan kiper lawan, serta melalui kecerdikannya meramu sebuah tim. Widodo saat ini memiliki sebuah akademi sepak bola yang bernama WCP. Dimas Drajat, mantan punggawa Timnas U19 adalah didikannya di akademi WCP. Jangan ragukan lagi pengabdian yang diberikan Widodo bagi sepak bola Indonesia pada umumnya, terutama untuk sepak bola Gresik.

Ya, sejauh apa pun kapal berlayar, di pelabuhan lah ia akan berhenti. Sejauh apa pun manusia berlari dan pergi, ke rumahlah ia akan kembali. Dan Gresik, adalah rumah yang sesungguhnya bagi Widodo.

Matur suwun, cak!

Komentar
Penulis adalah seorang mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Brawijaya. Mencintai sepakbola seperti mencintaimu. Penikmat Sepak bola Indonesia dan Italia. Dikontrak seumur hidup oleh Gresik United dan AS Roma dengan kepimilikan bersama atau co-ownership. Yang mau diskusi tentang sepak bola ataupun curhat tentang cinta, bisa ditemui di akun twitter @alipjanic .