Federico Valverde: Burung Kecil dari Uruguay

Federico Valverde
Federico Valverde (beinsports.com)

El Pajarito adalah julukan yang disematkan para tetangga Valverde di Uruguay kepadanya. Sebutan tersebut memiliki arti burung kecil atau anak burung. Hal itu dikarenakan tubuh Valverde yang tinggi dan kurus, juga sifatnya yang pemalu dan serius layaknya burung kecil. Bahkan mimpinya membela Real Madrid sejak kecil hampir saja sirna karena tubuhnya yang kurus dianggap kekurangan gizi oleh medis ketika hendak direkrut El Real pada 2017 silam. Dan kini si burung kecil itu sudah punya sayap-sayap yang kuat dan perlahan mulai terbang tinggi bersama klub yang selalu hadir dalam mimpi tidurnya.

Awal karier

Lahir di Montevideo pada Juli 1998, Valverde mulai mengejar mimpinya sebagai pesepakbola sejak usia delapan tahun dengan bergabung ke ke sebuah akademi sepakbola terbesar di Uruguay, Penarol. Di sana bakatnya semakin terasah dan sinar bintangnya mulai tampak menyala. Tibalah di tahun 2014 ia sempat menjalani trial di Arsenal, Paris Saint-Germain, Manchester City, Chelsea, dan Barcelona, namun sayang ia belum beruntung dan gagal mentas di Eropa.

Peribahasa kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda tampaknya cocok dengan yang dialami Valverde. Tepat satu tahun sejak kegagalannya tersebut, ia justru mendapatkan sodoran kontrak dari klub idamannya, Real Madrid. Usut punya usut, Real Madrid ternyata sudah lama memantau bakatnya. Puncaknya ketika ia mampu tampil apik di ajang Piala Amerika U-17 2015 dengan torehan 7 gol dari 15 laga.

Sosok penting di balik kepindahannya adalah Juni Calafat, direktur rekrutmen pemain internasional Real Madrid. Kedatangan Valverde adalah bagian proyek besar Real Madrid untuk memantau bakat-bakat muda di Amerika Latin. Valverde adalah rekan satu angkatan Vinicius Junior dan Rodrygo Goes saat tiba di Kota Madrid.

BACA JUGA:  Thiago Silva Menantang Usia

Berseragam Real Madrid

Musim pertamanya di Madrid, ia tidak langsung masuk ke skuad utama. Ia harus melewati masa penggemblengan di Akademi Castilla selama satu musim. Pada tahun 2017, ilmu yang ia dapat di Castilla ternyata tidak sia-sia. Ketika membela Timnas Uruguay di ajang Piala Dunia U-20, El Pajarito menyabet gelar Silver Ball atau pemain terbaik kedua dan mengantarkan La Celeste ke partai semifinal. Sepulang dari ajang tersebut, Valverde dipinjamkan ke Deportivo La Coruna selama satu musim dan tampil reguler di 25 laga di La Liga.

Capaian tersebut tidak lantas membuat Julen Lopetegui meliriknya untuk menjadi starter. Maklum trio emas Modric, Casemiro, dan Toni Kroos tengah jaya-jayanya dan sulit untuk digantikan kecuali di antara mereka mengalami cedera. Akhirnya ia merasakan laga debutnya pada tanggal 23 Oktober 2018 saat Real Madrid melawan Viktoria Plzeň di fase Grup Liga Champions.

Dipecatnya Julen Lopetegui dan kembalinya Zidane ke Bernabeu ternyata membawa angin segar bagi Valverde. Perlahan-lahan ia diberi kesempatan bermain dan mulai menunjukan kualitasnya. Bersama Zidane, ia total bermain di 84 laga dengan torehan 5 gol dan 6 asis.

Pun sama saat Ancelotti menjadi Entrenador Los Blancos, pemain berambut pirang itu semakin mendapatkan kepercayaan. Satu hal yang membuat dua pelatih mempercayainya adalah utilitasnya sebagai pemain serba bisa atau versatile. Pemain 24 tahun itu mampu menjadi penglengkap ideal Modric, Kroos, atau Casemiro. Itulah kenapa dia berkesempatan menembus ketatnya persaingan starter Madrid.

Peran Valverde

Dilansir dari The Athletic, salah seorang pemain Madrid mengatakan bahwa posisi apapun yang diminta pelatih kepada Valverde, ia siap untuk memainkannya dan melakukannya dengan sangat baik. Valverde mengeklaim dirinya sebagai gelandang box to box, namun nyatanya ia bisa bermain sebagai pemain nomor 10, nomor 6, atau bahkan sayap kanan. Menurut whoscored.com, ia tidak punya kelemahan yang signifikan karena aspek menyerang dan bertahannya pun sama baiknya.

Valverde juga bukan tipikal pemain yang steal the show seperti Modric, Vinicius, atau Benzema. Tapi ia tahu betul kapan harus tampil memukau di laga-laga besar nan penting. Tentu momen paling monumental adalah saat ia menekel Alvaro Morata dari belakang di laga Final Piala Super Spanyol 2019/20 yang diganjar kartu merah. Berkatnya, Atletico Madrid gagal mencetak gol dan El Real keluar sebagai kampun setelah memenangkan laga lewat adu penalti dengan skor akhir 4-1. Karena aksi heroiknya itu, Valverde mendapatkan gelar Man of The Match walaupun sudah diusir keluar lapangan.

BACA JUGA:  Membela David de Gea

Sisi lain Valverde

Di level timnas, Valverde juga tampil apik. Ia bersama Ronald Araujo, Darwin Nunez. dan Rodrigo Bentancur, merupakan produk regenerasi berhasil yang dilakukan La Celeste. Sejak menjalani debutnya di usia 19 tahun silam, saat ini Valverde sudah menjalani 42 caps dan menyumbang 6 gol. Di balik sifatnya yang pemalu dan pendiam, Valverde adalah sosok yang memiliki kepekaan sosial yang tinggi. Ia sering mengunjungi Palang Merah Kota Madrid untuk menyumbangkan peralatan olahraga dan mengobrol dengan anak-anak terlantar di sana.

Selain itu Valverde adalah sosok pembelajar ulung. Saat berada di bangku cadangan, ternyata ia mengamati betul apa yang dilakukan Modric, Kroos, dan Casemiro. Dikutip dari The Athletic “Saya belajar dari Modric: Motivasi untuk memenangkan pertandingan. Dari Kroos: Betapa tenang dan santainya dia. Dari Casemiro: Agresi dan semangat ketika bermain” ujar Valverde

Sungguh beruntung Madrid memiliki Valverde. Pemain yang darahnya sudah berwarna putih sejak kecil, punya hati yang teguh, dan semangat juang yang tinggi. Bahkan, Diego Forlan juga meramalkan Valverde bakal menjadi Sergio Ramos versi gelandang bagi El Real di masa mendatang. Namun sejatinya Valverde tidak harus menjadi Ramos, atau siapapun. Karena Valverde sudah menjadi pemain yang dibutuhkan Madrid saat ini: pemain serba bisa, ngotot, dan mau mengorbankan apapun demi Real Madrid. Hala Valverde!

Komentar
Medioker yang bisa diandalkan. Kadang dukung Manchester United kadang dukung AC Milan. Bisa kalian sapa di twitter @CandraBantara