Hamburg SV: Perihal Ambisi dan Nasib Malang

Peluit panjang yang ditiup wasit Daniel Siebert mengakhiri pertandingan tuan rumah VfL Osnabrueck melawan tamunya Hamburg SV. Laga pekan ke-33 2.Bundesliga tersebut berakhir dengan kemenangan tuan rumah 3-2 sekaligus menghadirkan kekalahan kedelapan bagi Hamburg di sepanjang musim ini.

Kekalahan itu sendiri memupus ambisi Der Dino untuk kembali ke kasta teratas setelah di pertandingan lain, Greuther Fuerth, yang merupakan saingan mereka berhasil memetik poin sempurna di markas Paderborn.

Raihan angka Fuerth yang berjumlah 61 poin sudah tak mungkin dikejar Aaron Hunt dan kawan-kawan yang baru mengumpulkan 55 poin. Pasalnya, hanya ada satu laga tersisa di musim 2020/2021. Alhasil, Hamburg kudu menerima nasib buat mentas lagi di 2.Bundesliga pada musim mendatang.

Sebelum terdampar di kasta kedua, Der Dino pernah memegang rekor sebagai klub terlama yang berlaga di Bundesliga. Julukan yang mereka dapat pun muncul karena mereka jadi satu-satunya kesebelasan yang belum pernah terdegradasi dari Bundesliga sejak dibentuk pertama kali pada tahun 1963.

Hamburg bahkan pernah merasakan periode emas di era 1980-an saat ditukangi pelatih asal Austria, Ernst Happel. Pada saat itu mereka berhasil menggondol dua titel Bundesliga, sebiji Piala Jerman, dan satu Piala Champions (kini Liga Champions).

Sayangnya, kiprah tim yang berkandang di Stadion Volkspark ini mulai menurun setelahnya. Alih-alih bersaing di jalur juara, mereka lebih sering berkutat di papan tengah. Bahkan di sejumlah momen, mereka sering menghabiskan kompetisi dengan mati-matian berjuang lolos dari perangkap relegasi.

Penampilan tak meyakinkan itu akhirnya menjadi bumerang di musim 2017/2018. Kesulitan keluar dari papan bawah di sepanjang musim, Der Dino akhirnya terelegasi ke 2.Bundesliga.

Merumput di kasta kedua bikin Hamburg berambisi untuk promosi sesegera mungkin. Mereka tak ingin mengulang cerita tim-tim seperti Kaiserslautern atau TSV 1860 Munchen yang sekalinya turun divisi malah keteteran untuk promosi.

Akan tetapi, waktu seolah tak berpihak kepada tim yang diperkuat kiper andalan Jepang, Genzo Wakabayashi, pada serial manga Captain Tsubasa ini.

BACA JUGA:  Sepakbola yang Tidak Penting di Indonesia

Pada musim 2018/2019 atau musim pertama mereka berjibaku di 2.Bundesliga, Hamburg mengecap status sebagai kampiun paruh musim usai mengumpulkan 37 poin dair 17 pertandingan. Melihat kondisi itu, wajar bila harapan naik kasta membubung tinggi.

Nahas, performa mereka di paruh kedua kompetisi malah jeblok. Dari 17 pertandingan, Der Dino cuma mengemas 19 poin. Dalam lima laga pamungkasnya, Hamburg bahkan memetik empat poin saja. Hal itu bikin mereka tersungkur ke peringkat empat klasemen dan gagal promosi.

Pada musim 2019/2020, rival sekota St. Pauli ini kembali tampil impresif pada putaran pertama. Ditangani Dieter Hecking, Hamburg mengakhiri tahun 2019 dengan bercokol di peringkat kedua dengan koleksi 30 angka. Mereka cuma terpaut empat poin saja dari sang pemuncak, Arminia Bielefeld.

Hingga pekan ke-31, laju Hamburg masih cukup bagus karena bercokol di posisi dua dengan torehan 53 angka. Mereka membuntuti Arminia yang konsisten di puncak dan diekori oleh VfB Stuttgart dan FC Heidenheim yang masing-masing mengoleksi 52 serta 51 poin.

Malang buat Hamburg, dua kekalahan (termasuk dari Heidenheim) dan satu hasil imbang di tiga laga terakhir bikin mereka terdepak dari zona promosi. Padahal di pekan terakhir, Hamburg menyimpan kans cukup besar untuk menyalip Heidenheim, setidaknya demi merebut tiket promosi via playoff (dengan finis di posisi tiga klasemen akhir 2.Bundesliga).

Pasalnya, saat itu Hamburg cuma bersua SV Sandhausen yang merupakan klub papan bawah. Sedangkan Heidenheim kudu bertandang ke markas Arminia.

Tatkala Heidenheim keok 0-3 di tangan Arminia, Hamburg secara memalukan justru tumbang 1-5 dari Sandhausen sehingga menyudahi musim di posisi empat. Sungguh kebodohan yang hakiki.

Daniel Thioune didapuk untuk menangani Hamburg pada musim 2020/2021 dengan target kembali ke Bundesliga. Mengoleksi 36 poin dari 17 pertandingan, kesebelasan dari kota pelabuhan ini berhasil merajai putaran pertama dan unggul 3 poin dari VfL Bochum di peringkat kedua. Keyakinan untuk promosi pun menyeruak.

BACA JUGA:  Anginlah yang Membuat Lars Stindl Menjadi Anomali

Namun pengalaman dua musim gagal pada fase akhir kompetisi ternyata masih menghantui skuad Der Dino. Sepanjang bulan Februari sampai April, Hamburg hanya mampu meraih 12 poin dari 12 pertandingan.

Hasil tersebut membuat anak asuh Thione terlempar dari tiga besar. Hasil imbang melawan Jahn Regensburg dan Karlsruher SC membuat mereka tertahan di peringkat empat dan tertinggal 5 poin dari Fuerth yang menempati posisi ketiga.

Penurunan performa itu berimbas pada posisi Thione. Ia dilengserkan dan digantikan Horst Hrubesch di tiga laga sisa. Melihat kans promosi via jalur otomatis (posisi satu dan dua) nyaris tertutup, maka finis di peringkat ketiga jadi buruan Hunt beserta kolega.

Kemenangan atas Nurnberg dan imbangnya Fuerth dengan Karslruhe pada pekan ke-32 membuka asa Hamburg. Tragisnya, kebodohan sendiri justru melenyapkan kesempatan Hamburg promosi karena di pekan berikutnya justru tumbang dari Osnabrueck dan Fuerth unggul atas Paderborn.

Sejak terdampar di 2.Bundesliga, klub dengan kostum putih dan garis merah-biru ini berusaha sangat keras untuk kembali ke kasta tertinggi. Pemain berpengalaman dan pelatih yang punya kapabilitas direkrut guna mewujudkan ambisi tersebut.

Khusus pelatih saja, ada lima nama yang sudah bergantian mengisi kursi panas. Hal ini membuat pos pelatih Hamburg jadi salah satu yang paling sering memunculkan pergantian di kancah persepakbolaan Jerman dalam beberapa tahun terakhir.

Mengingat kegagalan di percobaan ketiganya, Hamburg tentu akan mengadu nasibnya lagi untuk keempat kali pada musim 2021/2022 nanti. Beberapa hari lalu, Der Dino sudah meresmikan kepala pelatih anyarnya yaitu Tim Walter.

Sebelum menangani Hamburg, Walter sempat membesut Kiel dan Stuttgart. Akankah peruntungan Hamburg yang selalu gagal promosi di menit-menit akhir 2.Bundesliga berakhir di tangannya?

Komentar
Menyukai sepakbola. Menggemari klub yang sudah tiada. Bisa disapa via akun Twitter @ramawombar