Hamburger SV, Dinosaurus yang Tak Kunjung Punah di Sepak Bola Jerman

Hamburger SV, Dinosaurus yang Tak Kunjung Punah di Sepak Bola Jerman
Hamburger SV, Dinosaurus yang Tak Kunjung Punah di Sepak Bola Jerman

Hanya ada satu klub Bundesliga yang sejak awal sudah menjadi partisipan dan sampai sekarang belum pernah terdegradasi. Bukan FC Bayern München (mereka bahkan tidak ikut Bundesliga edisi perdana di tahun 1963). Bukan Dortmund. Bukan pula Schalke 04 atau nama-nama lain yang mungkin lebih familiar di telinga sebagian orang yang kurang familiar dengan Bundesliga. Klub yang dimaksud adalah Hamburger SV.

Frankfurt dan Kaiserslautern terdegradasi pada tahun 1996. Sedangkan Cologne merasakan hal yang sama dua tahun kemudian. Jadilah Hamburger SV, satu-satunya dinosaurus yang tersisa dari era awal Bundesliga digulirkan. Julukan dinosaurus disematkan bukan sekadar karena mereka selalu berhasil bertahan di Bundesliga, tetapi juga karena mereka memang termasuk salah satu klub tertua di Jerman yang masih survive hingga sekarang. Mereka sudah terbentuk sejak tahun 1888 dan berkembang dengan cukup pesat pada tahun-tahun awal eksistensinya.

Hermann, maskot Hamburger SV (Sumber: mopo.de)
Hermann, maskot Hamburger SV (Sumber: mopo.de)

Sejak tahun 1919, mereka terus berada di top flight kompetisi sepak bola Jerman. Tak hanya eksis, mereka juga sempat menjadi penantang utama Nuremberg, klub penguasa sepak bola Jerman era 1920-an. Hamburg berhasil memboyong piala Viktoria pada tahun 1923 dan 1928. Sebenarnya, pada final tahun 1922, mereka punya kesempatan juga untuk jadi juara setelah berhasil lolos ke final. Namun sesuatu yang tak lazim terjadi pada laga final tersebut. Ya, final tahun 1922 memang termasuk final paling aneh yang pernah terjadi di dalam sejarah sepak bola Jerman dan bahkan mungkin di dunia.

Di laga pamungkas tersebut, Hamburger dan Nuremberg bersua di Berlin. Skor tetap imbang 2-2 hingga 90 menit pertandingan selesai digelar. Laga terus dilanjutkan dan akhirnya dihentikan setelah tiga jam dan sepuluh menit. Wasit menganggap bahwa hari sudah terlalu gelap!

Hamburger SV pernah menjuarai Champions Cup pada tahun 1983 dan Winners Cup pada tahun 1977.

Replay match dilangsungkan pada tanggal 6 Agustus. Skor kembali imbang, kali ini 1-1. Hingga babak pertama perpanjangan waktu, Nuremberg sudah kehilangan dua pemain. Yang pertama, Willi Böss, diusir dari lapangan karena menendang perut lawan. Dan seorang lagi, Kugler, cedera. Namun Kugler tidak diganti. Pergantian pemain belum berlaku saat itu. Hingga akhirnya, Nuremberg tinggal punya tujuh pemain tersisa di lapangan. Hal ini dianggap melanggar peraturan dan pertandingan-pun dihentikan. Hamburger SV merasa telah menjadi juara. Namun pada akhirnya DFB memutuskan tidak ada pemenang piala Viktoria di tahun 1922 tersebut. Waktu terus bergulir, Hamburger SV tetap berkompetisi di arena tertinggi sepak bola Jerman, meskipun minim gelar juara. Hanya sekali lagi mereka menjadi yang terbaik di Jerman sebelum inisiasi Bundesliga, yaitu pada tahun 1960.

BACA JUGA:  Hikayat Don Patricio: Dikagumi Real Betis, Menyelamatkan Barcelona

Memasuki era Bundesliga, Hamburger SV meraih kejayaan pada akhir 1970-an hingga dekade 1980. Mereka menjadi Deutscher Meister tahun 1979, 1982 dan 1983. Melengkapi kesuksesan itu mereka juga sempat mencetak rekor 36 kali tak terkalahkan di Bundesliga pada periode Januari 1982-Januari 1983. Sebuah rekor yang baru bisa dipecahkan Bayern München di tahun 2014.

Tak hanya di negeri sendiri, Hamburger SV juga berhasil merambah kesuksesan di benua Eropa. Mereka menjadi juara Champions Cup pada tahun 1983 setelah mengalahkan Juventus 1-0 lewat gol Felix Magath dan berhasil menjuarai Winners Cup pada tahun 1977 dengan menundukkan Anderlecht, 2-0. Sebenarnya mereka juga sempat masuk final kejuaraan Eropa pada beberapa kesempatan lain pada kurun waktu 1970-1980, namun sayang tak berhasil menjadi juara. Ada beberapa pemain hebat di belakang kesuksesan tim pada masa itu seperti Georg Volkert, Felix Magath, Horst Hrubesch dan Kevin Keegan. Adapun arsitek tersukses mereka kala itu adalah pelatih eksentrik asal Austria, Ernst Happel.

Namun setelah masa keemasan ini berlalu, Hamburger SV seolah-olah berubah hanya menjadi penggembira saja di Bundesliga. Mereka tetap mewarnai kompetisi tertinggi di Jerman tersebut dari musim ke musim, namun tak pernah lagi menjadi juara. Bukan hanya itu, pada dua musim terakhir, mereka bahkan nyaris terdegradasi. Mereka harus melewati fase play off untuk bisa memperpanjang nafas di Bundesliga.

Yang menarik adalah seperti terdapat sebuah pattern dalam hal posisi akhir klasemen Hamburger SV di Bundesliga sejak tahun 1963. Biasanya setelah mereka melalui beberapa musim di dasar/papan bawah klasemen, mereka akan melakoni beberapa musim selanjutnya di papan tengah/papan atas. Begitu terus cycle yang umumnya dilalui Hamburger SV hampir setiap 3-5 tahun.

BACA JUGA:  Jam di Hamburg yang Menunjukkan Ironi

Memasuki musim 2015/16, Hamburger SV masih tampil labil. Setelah dihajar Bayern 0-5 di laga pembuka, mereka kemudian menang atas Stuttgart, 3-2. Hingga match day 4, mereka meraih 2 kali kemenangan dan 2 kali kekalahan. Jika menilik kekuatan tim di musim 2015/16, besar kemungkinan Hamburger SV akan dapat kembali bertahan di Bundesliga. Namun demikian, masih sulit rasanya untuk mereka mampu mengulangi era keemasan yang pernah dikecap beberapa dekade lalu. Mungkin untuk sementara waktu ini, mereka sudah cukup puas jika tidak “punah” (baca: terdegradasi).

 

Komentar
Penggemar FC Bayern sejak mereka belum menjadi treble winners. Penulis buku Bayern, Kami Adalah Kami. Bram bisa disapa melalui akun twitter @brammykidz