Bila Joker adalah orang baik yang berubah jadi antagonis karena terlampau sering disakiti, maka cocok rasanya kalau menyebut Ole Gunnar Solskjaer adalah orang baik yang tetap jadi good guy meski tim asuhannya sering jadi pesakitan.
Gelar Robin Hood di kompetisi Liga Primer Inggris sudah dialamatkan kepada Manchester United. Sebetulnya, gelar itu maknanya negatif karena perilaku United yang hobi menyedekahkan poin bagi tim-tim lemah yang mereka hadapi. Padahal, saat berjumpa kesebelasan yang lebih tangguh, Anthony Martial dan kolega sanggup mencuri angka.
Akan tetapi, setelah ditelusuri lebih jauh, sebutan Robin Hood bagi United tidak sepenuhnya tepat. Apa yang terjadi di atas lapangan membuktikan sendiri bahwa The Red Devils adalah kubu yang membutuhkan sumbangan poin (ketika bersua tim-tim kuat).
Andai tak beroleh ‘sumbangan’ angka dari tim-tim kuat, entah ada di posisi berapa United saat ini. Alih-alih bersaing di papan atas guna memperebutkan tiket ke ajang antarklub Eropa, bisa jadi mereka harus lari terkencing-kencing untuk sekadar menjauhi zona relegasi.
Selama beberapa musim terakhir, Stadion Old Trafford tak lagi angker bagi tim tamu. Bahkan, lawan-lawan The Red Devils bak tengah berekreasi saat tampil di sana. Main dengan amat nyaman dan berhasil membawa pulang angka sempurna. Saking tak seramnya United akhir-akhir ini, mungkin sebentar lagi akan muncul akun Twitter garapan fans dengan nama Setan Merah Garis Miring.
Lupakan sejenak tentang permasalahan Si Setan yang kompleks itu. Lagi pula, ngapain kita repot-repot mikirin mereka. Biarlah itu jadi karma atas perbuatan buruk mereka yang gemar mengganggu manusia.
Hal yang perlu kita bahas adalah bagaimana sikap Solskjaer menanggapi pudarnya pesona permainan tim asuhannya. Solskjaer tampak fasih mengejawantahkan kalimat “senyum itu ibadah” dan alpa bahwa timnya memiliki segudang problem.
Bagaimana ia mencontohkan kepada kita semua bahwa manusia bisa memilih untuk tetap jadi baik meski sering tersakiti dan bagaimana kita harus menahan diri walau diterjang berbagai cobaan. Ah, puitis sekali.
Sayangnya, apapun yang kita lakukan tidak akan bisa memuaskan semua orang. Pasti ada saja yang tetap tidak suka dengan perbuatan kita. Adalah Robin Van Persie yang secara terbuka mengkritik pelatih asal Norwegia itu baru-baru ini.
Pemain yang akrab disapa RvP tersebut kecewa dengan sikap Solskjaer yang menyebut bahwa kekalahan The Red Devils dari Arsenal (di Liga Primer Inggris) dan Manchester City (di semifinal Piala Liga leg pertama) bukanlah masalah besar. Dirinya, bahkan masih dapat menyunggingkan senyum usai menyaksikan timnya dihabisi lawan. Solskjaer berkilah bahwa sikap yang salah darinya justru dapat mempengaruhi kondisi mental para pemain.
Kegelisahan Van Persie dan mungkin sebagian dari kita tentu ada alasannya. Bagaimana mungkin seorang pelatih bisa disegani oleh para pemainnya jika menunjukkan sikap yang lembek seperti itu. Seharusnya, pelatih berani menunjukkan amarahnya seperti yang diperlihatkan Sir Alex Ferguson dahulu ketika para pemainnya memperlihatkan aksi jeblok saat bertanding.
Meski begitu, saya berusaha untuk tetap husnudzon kepada Solskjaer. Barangkali pria yang wajahnya mirip aktor kenamaan Andy Serkis itu tengah memberi contoh bahwa sebagai manusia, kita memiliki akhlak mulia dan harus tetap tersenyum meski dihadapkan pada situasi-situasi pelik.
Banyak sekali dalil dalam agama Islam, dan mungkin juga di agama lainnya, yang membahas tentang keutamaan dari sebuah senyuman. Senyuman bisa memiliki berbagai macam arti. Mulai dari menyatakan rasa senang dan gembira sampai menutupi hati yang dirundung luka dan duka.
Bahkan ada dalil yang menyatakan bahwa “senyuman kepada saudaramu adalah sedekah”. Mungkin, sekali lagi mungkin, ya, Solskjaer menganggap lawan-lawan United adalah saudara sehingga bersedekah kepada mereka merupakan kewajiban yang tak ingin ditinggalkan sang pelatih.
Sungguh ini sebenarnya merupakan suatu tauladan yang baik bagi sobat kismin seperti kita. Jika belum mampu bersedekah dalam bentuk harta benda, alangkah baiknya kita memulainya dengan bersedekah dalam bentuk senyuman. Mudah dan meriah.
Walau demikian, ada hal penting yang mesti dilakukan Solskjaer ketimbang mengumbar senyum. Ibarat mobil, United sedang butuh diservis. Mesin mereka bermasalah dan kudu dibenahi jika ingin melaju kembali.
Sesegera mungkin, Solskjaer harus melakukan hal yang konkret untuk The Red Devils. Membuat Martial dan kolega tampil lebih konsisten adalah keharusan.
Kemenangan atas Norwich City akhir pekan kemarin wajib dijadikan momentum walau lawan-lawan mereka selanjutnya di Liga Primer Inggris adalah Liverpool, Burnley, Wolverhampton, dan Chelsea.
Alih-alih senyuman, kami, suporter United, lebih butuh strategi apik Solskjaer sehingga Martial dan kawan-kawan bisa terus mendulang poin.