Manchester United harus mengakhiri perjalanan di Europa League setelah kalah dari Sevilla dengan skor 1-2 pada laga semifinal yang digelar Senin (17/8) dini hari WIB.
Skor akhir memang sangat tipis. Namun, hasil tersebut tidak mempengaruhi keseruan pertandingaan. Adu serangan dari kedua tim menjadi hal yang menarik dari laga itu.
Ole Gunnar Solskjaer tetap menggunakan formasi 4231. Pos penjaga gawang diisi oleh David de Gea. Aaron Wan-Bissaka, Victor Lindelof, Harry Maguire, dan Brandon Williams mengisi lini belakang.
Kerja Bruno Fernandes di lini tengah ditopang oleh Fred dan Paul Pogba yang masih menjadi andalan sebagai double pivot. Di lini depan, Antony Martial diapit oleh Mason Greenwood dan Marcus Rashford.
Sementara itu, Julen Lopetegui juga tetap mempertahankan winning teamnya. Sevilla tetap bermain dengan formasi 433.
Yassine Bounou mengawal lini belakang Sevilla bersama kuartet Jesus Navas, Jules Kounde, Diego Carlos, dan Segio Reguilon. Trio gelandang diisi oleh Joan Jordan, Ever Banega, dan Fernando. Lucas Ocampos dan Suso berusaha menopang pergerakan Youssef En-Nesyri di lini depan.
Gambar 1. Sebelas Pertama Manchester United vs Sevilla
Formasi yang hampir mirip membuat secara natural banyak terjadi situasi 1v1 di tiap lini. Hanya penyerang yang berada dalam situasi kalah jumlah 1v2 dengan stopper lawan, untuk kedua tim.
Kondisi itu membuat transposisi yang dilakukan saat membangun serangan juga menjadi faktor penting untuk mendapatkan pemain bebas saat progresi.
Seperti pada pertandingan melawan Wolves, anak asuh Lopetegui membangun serangan dari bawah. Pada proses tersebut, Banega sering berotasi, utamanya di samping kiri stopper Sevilla.
Konsekuensinya, Reguilon bisa naik untuk menempati posisi yang lebih tinggi. Kemampuan apik Banega dalam melepaskan umpan menjadi kunci bangun serangan Sevilla.
Gambar 2. Bangun serangan Sevilla dengan Banega berotasi ke samping kiri stopper
Saat menguasai bola, Banega memiliki cukup banyak pilihan untuk memprogresi bola. Pemosisian Reguilon dan Ocampos yang dinamis di sisi kiri membuat jalur umpan ke salah satu dari pemain tersebut terbuka.
Jika Greenwood memilih untuk menutup jalur umpan ke pemain di ruang antar lini, jalur umpan ke pemain di ruang sayap justru akan terbuka. Sebaliknya, jika Greenwood memilih menutup jalur umpan ke pemain di ruang sayap, jalur umpan ke pemain di ruang antar lini terbuka.
Harmonisasi kedua pemain itu untuk menempati posisi di ruang sayap dan ruang antar lini sering menyusahkan lini belakang United. Jika Ocampos berada di ruang sayap, maka Reguilon akan bergerak ke ruang apit. Sebaliknya, saat Ocampos menempati ruang apit, Reguilon akan mengisi ruang sayap.
Kombinasi Reguilon dan Ocampos juga yang melahirkan gol penyama kedudukan bagi Sevilla. Reguilon yang menerima bola di ruang sayap memancing Wan-Bissaka untuk melakukan pressing. Saat bek kanan Setan Merah tersebut naik, Ocampos bergerak melebar, diikuti oleh Lindelof.
Situasi tersebut menyebabkan munculnya celah yang kemduian dimanfaatkan oleh Reguilon dengan underlap. Gol dengan skema yang hampir mirip saat Sevilla menghadapi AS Roma.
Gambar 3. Kombinasi umpan antara Reguilon dan Ocampos pada proses gol Pertama Sevilla
Jika jalur umpan ke Reguilon dan Ocampos tidak tersedia karena Pogba atau Fred menutupnya, Banega masih memiliki opsi untuk melakukan switch play.
Mekanisme switch play itu bisa dilakukan langsung oleh pemain asal Argentina tersebut dengan umpan diagonal ke Navas atau melalui Jordan di ruang tengah terlebih dahulu. Hal tersebut membuat Seviila banyak melepaskan crossing sebagai upaya untuk mencetak gol.
Gambar 4. Switch play jika opsi umpan ke Reguilon atau Ocampos tidak tersedia
Gol kedua Sevilla juga melibatkan mekanisme switch play. Jordan yang berhasil menguasai bola langsung memberikan umpan panjang di sisi kanan kepada Navas.
Bersama dengan Banega, Munir El Haddadi, dan Franco Vazquez, Navas melakukan kombinasi umpan yang berhasil membebaskan dirinya untuk melepaskan umpan pada Luuk de Jong yang berdiri di antara Lindelof dan Wan-Bissaka.
Gambar 5. Pada proses gol kedua Sevila, kombinasi umpan di sisi sayap antara Munir, Banega, dan Vazquez membuat Navas memiliki ruang untuk melepaskan crossing
Sementara itu The Red Devils juga berusaha membangun serangan dari bawah. Saat Banega dan kawan-kawan melakukan pressing tinggi, Pogba turun untuk membantu lini belakang melakukan progresi bola.
Skema itu dilakukan dengan menjadi opsi umpan bagi stopper jika jalur umpan ke fullback dan Fred tidak tersedia. Cara lainnya adalah dengan menjadi opsi umpan diagonal ke tengah bagi fullback.
Selanjutnya, progresi serangan dilakukan melalui fullback yang melakukan overlap atau melakukan switch play ke sisi jauh. Aksi lanjutan yang umum dilakukan adalah dengan membentuk side triangle atau side rectangle di sisi lapangan untuk melakukan kombinasi umpan dan menemukan pemain bebas.
Gambar 6. Proses bangun serangan Manchester United melalui Pogba
Proses gol Setan Merah berawal dari switch play yang dilakukan oleh Bruno setelah lemparan ke dalam. Penjagaan man to man dan menumpuknya pemain di dekat bola saat lemparan ke dalam membuat Rashford yang menerima bola dari Bruno bebas melakukan drive ke tengah dan melepaskan umpan ke Martial.
Gambar 7. Side triangle/rectangle Manchester United untuk menciptakan peluang
Saat lawan bertahan dengan blok yang lebih rendah, cara lain yang dilakukan United dalam menciptakan peluang adalah mencari pemain bebas di ruang antar lini.
Kemudian, biasanya diikuti dengan kombinasi umpan pendek dan run in behind. Konsekuensinya beberapa kali lini belakang Sevilla turun sangat rendah di dalam kotak penalti mereka sendiri sehingga menciptakan ruang tembak di luar kotak penalti.
dan kawan-kawan memang berhasil menciptakan banyak peluang berbahaya. Namun FIFA Law Of The Game menyatakan bahwa untuk memenangkan pertandingan, tim harus mencetak lebih banyak gol ke gawang lawannya.
Bukan hanya sekedar menciptakan peluang. Kegagalan mengkonversi peluang dan tidak mampu mengantisipasi kombinasi umpan Sevilla di ruang sayap membuat sisa wakil Inggris itu harus tersingkir.