Di suatu pagi pada bulan Mei 2005, saya sedang bersiap-siap berangkat ke sekolah. Ibu membantu memakaikan seragam, sementara Bapak sarapan sambil menonton berita olahraga di televisi.
“Liverpool menang 3-2 atas AC Milan”, begitu sayup-sayup suara yang terdengar di telinga. Tak lama kemudian Bapak mengantar saya ke sekolah dengan sepeda motor sekaligus berangkat bekerja. Di tengah perjalanan ke sekolah, saya mengobrol santai dengan Bapak.
“Pak, Liverpool menang, ya?”
“Iya Nang. Jadi juara Liga Champions.”
Berita itu lantas saya kabarkan ke teman-teman waktu istirahat sekolah.
“Eh, Liverpool menang 3-2. Itu adu penaltinya, skor akhir 3-3. Liverpool ketinggalan dulu 3-0.”
Saya cukup kagum dengan perjuangan Liverpool memenangi Liga Champions musim itu. Fans Liverpool mengenang momen fantastis tersebut dengan istilah ‘The Miracle of Istanbul’. Saya kini menyadari, kebangkitan Steven Gerrard dan kawan-kawan waktu itu sangat istimewa karena sampai sekarang belum ada lagi tim yang tertinggal tiga gol lebih dahulu di final Liga Champions dan akhirnya mampu membalikkan keadaan.
Empat belas tahun kemudian atau tepatnya 2019 lalu, semifinal Liga Champions mempertemukan dua tim kandidat juara yakni Barcelona dan Liverpool pada leg kedua di Stadion Anfield. Leg pertama dihelat di Stadion Camp Nou dengan Sergio Busquets dan kolega sukses memenangkan laga via skor 3-0.
Jelang partai kedua ini, Liverpool dalam kondisi pincang sebab dua penyerang andalannya, Roberto Firmino dan Mohamed Salah, mengalami cedera. Sebagai pelatih, Juergen Klopp tentu dipaksa memutar otak guna mengatasi masalah itu agar misi memenangkan laga sekaligus membalikkan keadaan dapat ditunaikan The Reds.
Layaknya malam ajaib di Istanbul, Stadion Anfield malah itu juga tak berhenti bergemuruh. Alih-alih mengibarkan bendera putih tanda menyerah, Georginio Wijnaldum beserta kolega justru sukses meluluhlantakkan Los Cules. Tak tanggung-tanggung, empat gol berhasil disarangkan Liverpool ke jala Barcelona sehingga lolos ke final Liga Champions musim lalu berbekal agregat 4-3!
Muncul pertanyaan bagaimana Liverpool bisa melakukan hal-hal ajaib cenderung mustahil tersebut. Aktor-aktor lapangan hijau dan pensiunannya sudah merasakan tingginya tekanan di laga sebesar Liga Champions, apalagi pada fase gugur.
Cukup banyak jawaban yang bisa didedah, seperti memanfaatkan kesempatan saat lawan lengah, taktik gegenpressing yang ciamik ala Klopp, semangat bertarung yang luar biasa, hingga secercah keberuntungan yang berpihak kepada pemenang. Namun ada satu jawaban yang bisa diamini banyak pihak, meski bukan faktor mutlak, yakni dukungan suporter.
Carlo Ancelotti, Jose Mourinho, dan Arsene Wenger merupakan tokoh sepakbola yang mengakui keangkeran Stadion Anfield berkat dukungan suporternya. Suporter Liverpool selalu menyanyikan salah satu lagu penyemangat bagi tim idolanya, baik saat ada di kondisi prima atau terpuruk. Ya, lagu suci mereka, yang selalu menggema sepanjang zaman berjudul You’ll Never Walk Alone (YNWA).
Sebenarnya lagu ini bukan lagu asli milik klub. Dilansir dari Goal, lagu ini ditulis oleh Oscar Hammerstain II dan disusun oleh Richard Rodgers yang kemudian dirilis di Amerika Serikat pada tahun 1945. Setelah itu lagu ini sampai ke Inggris dan dipopulerkan oleh band lokal kota Liverpool, Gerry and The Peacemakers pada dekade 1960-an.
Akhirnya, lagu ini sampai di telinga Liverpool waktu itu, Bill Shankly. Sang bos menyukainya dan merekomendasikan lagu ini sebagai anthem baru klub. Semenjak itu, lagu YNWA menjadi lagu Liverpool yang wajib dinyanyikan sebelum pertandingan kandang dimulai dan setelah laga usai.
Setelah populer, klub-klub lain di Eropa juga menggunakan lagu ini sebagai lagu kebesarannya seperti Borussia Dortmund, Celtic, dan Feyenoord. Bahkan di Indonesia, lagu ini dinyanyikan dalam bentuk Bahasa Indonesia oleh banyak kelompok suporter lokal.
Lagu ini sudah menjadi menjadi ikon tersendiri bagi Liverpool. Ketika kita menyebut judul lagu ini, pikiran kita sudah melayang kepada The Reds. Lagu ini seakan sudah merasuk ke dalam tubuh Liverpool, menjadi belahan jiwa yang mengobarkan semangat pantang menyerah bahkan dalam keadaan paling sulit sekalipun. Liverpool menjadi semakin mengerikan bagi lawan-lawannya.
Lawan semakin bergidik ketika Liverpool tengah on fire dan suporternya menyanyikan lagu ini bersama-sama di kandang sendiri, seperti menghadapi manusia raksasa di belakang kesebelasan The Reds. Siap menginjak-injak siapapun yang menghalanginya. Silakan tanyakan kepada Barcelona jika tak percaya.
Jika diamati, lirik lagu YNWA tidak mengandung semangat menggebu-gebu, seperti La Marsellaise, lagu kebangsaan tim nasional Prancis atau Glory Glory Man United milik Manchester United. Lirik dalam lagu YNWA mengandung motivasi halus kepada penyanyi dan pendengarnya untuk tidak menyerah dan terus berusaha menggapai cita-cita. Nadanya syahdu namun menggairahkan. Inilah yang membuat lagu ini menjadi spesial. Lagu YNWA mampu membangkitkan jiwa-jiwa yang hancur dan rapuh untuk kembali berdiri kokoh.
Pada akhirnya, lagu ini menjadi inspirasi. Tidak hanya bagi Liverpool dan penggemarnya, namun bagi kita semua. Ketika mental kita sedang terpuruk, kekeringan motivasi, dan berjalan tanpa tujuan, silakan dengar atau nyanyikan lagu ini. Lagu ini bisa menjadi motivator bagi orang yang sedang mengalami depresi.
Berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar tahun 2018, 6,1 % penduduk Indonesia usia 15 tahun ke atas pernah mengalami depresi. Barangkali lagu ini bisa membantu menyelesaikan atau setidaknya mengurangi masalah tersebut. Lagu ini layak untuk dinyanyikan oleh semua orang, termasuk fans United. Toh, lagu ini sebenarnya bukan lagu khusus untuk Liverpool.
Ya, kita tidak pernah sendiri dalam menghadapi suatu masalah. Jika kita merasa sendirian, hakikatnya masih ada yang menemani kita, yakni Tuhan Yang Maha Kuasa. Tenang saja, semua masalah pasti bisa diselesaikan dengan cara yang baik.
When you walk through a storm, hold your head up high
And don’t be afraid, of the dark
And the end of a storm, there’s a golden sky
And the sweet silver song of a lark
Walk on through a wind
Walk on through a rain
Though your dream be tossed and blown
Walk on, walk on
With hope in your heart
And you’ll never walk alone
You’ll never walk alone
Walk on, walk on
With hope in your heart
And you’ll never walk alone
You’ll never walk alone