Manchester United dan Ekspektasi yang Tak Terjawab

Manchester United menyongsong laga kontra Sheffield United pada pertandingan ke-20 mereka di Liga Primer Inggris 2020/2021 dengan optimisme tinggi.

Serangkaian hasil bagus yang mereka petik dalam laga-laga sebelumnya, termasuk kemenangan atas Liverpool di ajang Piala FA, membuat fans di seluruh dunia yakin bila skuad besutan Ole Gunnar Solskjaer mampu melumat sang tamu.

Sang lawan yang tengah terbaring di dasar klasemen bikin fans berekspektasi tinggi dan tampak meremehkan.

Bermain di kandang sendiri, Stadion Old Trafford, nyatanya optimisme tadi jadi senjata makan tuan buat The Red Devils.

Alih-alih tampil meyakinkan guna mengamankan tiga poin, Harry Maguire dan kolega justru bertekuk lutut dari The Blades arahan Chris Wilder. Sungguh edan!

Realita tersebut bikin Maguire dan kawan-kawan jadi bahan olokan di dunia nyata maupun di dunia maya. Berbagai meme lahir buat meledek penampilan loyo United.

Apakah kamu jadi salah satu orang yang malas keluar rumah gara-gara hasil minor tersebut? Cup, cup, cup.

Situasi itu mengingatkan saya pada teman kos saya di Jogja yang merupakan penggemar berat Liverpool. Ia memilih tak ngampus manakala The Reds keok. Daripada jadi bahan ledekan sekelas, lebih baik mengurung diri di kamar, begitu mungkin pedomannya.

Namun itu dahulu, saat Liverpool sering mengecewakan fansnya. Kini, walau kalah sekalipun, teman saya itu masih percaya diri buat ngampus sebab Liverpool makin perkasa.

Saat United bertandang ke Stadion Emirates dini hari tadi (31/1), muncul lagi ekspektasi tinggi buat Maguire dan kawan-kawan.

Salah satu penyebabnya tentu performa Arsenal yang masih fluktuatif. Maka meraih kemenangan bukan sesuatu yang mustahil untuk diwujudkan. Simpelnya, sih, begitu.

Akan tetapi, laga bertajuk big match itu malah berakhir dengan skor kacamata. Tak ada pemenang, masing-masing kubu harus puas membawa pulang angka satu.

BACA JUGA:  Menyoal Bullying Dalam Sepakbola

Bagi tim asuhan Solskjaer, gagal menang atas Arsenal bikin selisih poin mereka dari Manchester City yang menghuni puncak klasemen semakin melebar.

Sialnya lagi, The Citizens masih menyimpan satu laga tunda. Jika sang tetangga berisik sanggup memenangkannya, maka jarak City dan United di papan klasemen berpotensi melebar.

Kejutan adalah salah satu elemen yang membuat sepakbola berwarna. Inilah mengapa sepakbola jadi sangat indah. Dan kejutan bisa terjadi di mana saja, termasuk di belantara Liga Primer Inggris.

Tim-tim papan bawah dan tengah yang acap diremehkan ternyata dapat mempersulit laju klub-klub papan atas yang sebagian suporternya kewanen bicara perihal gelar padahal permainan tim kesayangannya masih begitu-begitu saja.

Kalau nggak menang lewat gol penalti, ya, biasanya cuma imbang. Oper sana oper sini demi penguasaan bola, tetapi tak sanggup menciptakan peluang bersih untuk bikin gol.

Bukan United namanya, kalau tidak bikin deg-degan fansnya ketika hari pertandingan tiba. Nderedeg sampai insecure adalah perasaan yang kerap dirasakan pendukung The Red Devils belakangan ini.

Rasa was-was ini akan semakin membuncah ketika lawan yang dihadapi, di atas kertas akan mudah dikalahkan.

Lain halnya kalau lawan yang dihadapi adalah tim penghuni papan atas, malah cukup tenang hati ini. Biasa saja, gitu. Kira-kira, yang penting bisa memberikan perlawanan saja sudah bagus. Menang adalah bonus.

Namun yang seringkali terjadi adalah permainan Maguire dan kawan-kawan yang jauh dari ekspektasi. Tentu saja, hasil laga bikin kita misuh dan ngedumel tiada henti.

Lawan tim papan bawah yang jadi kandidat turun kasta, kok, bisa kalah?

Hasil negatif yang tak terbayangkan bukan hal asing untuk United. Bahkan sedari ditangani Sir Alex Ferguson. Fans The Red Devils tentu masih ingat kekalahan dari FC Porto pada Liga Champions 2003/2004.

BACA JUGA:  Urbi et Orbi: Pesan Paskah dan Luka Marc Bartra

Siapa yang menyangka skuad yang bermaterikan Ryan Giggs hingga Paul Scholes tumbang di tangan Vitor Baia dan kolega?

Pada musim ini sendiri, United sudah mengalami beberapa kekalahan mengejutkan. Saat bersua Tottenham Hotspur, mereka dilibas 1-6.

Spurs memang bukan tim Semenjana, tetapi siapa yang menduga kalau United bakal kalah dengan skor setelak itu?

Kekalahan dari Arsenal yang limbung pada awal sampai pertengahan musim ini juga terasa memuakkan. Padahal saya sendiri yakin ketika itu fans The Red Devils siap melontarkan beraneka ledekan buat The Gunners andai Maguire dan kawan-kawan menang.

Setali tiga uang, saat beraksi di Liga Champions pun United kerap mengecewakan. Berjumpa Istanbul Basaksehir, Paris Saint-Germain dan RB Leipzig, anak asuh Solskjaer diunggulkan lolos.

Namun penampilan semenjana mereka mengubur mimpi lolos ke fase gugur. Alhasil, United cuma finis di posisi tiga dan kudu rela terlempar ke Liga Europa.

Pada akhirnya, yang harus dilakukan fans United adalah meredam ekspektasi tinggi pada tim yang mereka puja. Menikmati tim ini sebagai tim biasa-biasa saja sepertinya kudu diterapkan walau materi pemain The Red Devils lumayan mumpuni.

Hal terpenting adalah United tidak gemar melawak dahulu saat bermain. Khususnya saat bertahan.

Baru setelah itu berharap Solskjaer dapat menemukan ramuan guna tampil lebih hajar serta konsisten. Lolos ke Liga Champions adalah target paling realistis. Juara? Nanti dulu.

Komentar
Penggemar Manchester United dan pemerhati sepakbola lokal. Hobi minum kopi sambil mendengarkan lagu-lagu Iksan Skuter. Bisa diajak ngobrol di akun twitter @topikprasetya