Pada lanjutan Bundesliga di pekan ke-23 yang lalu (21/2), Bayern Muenchen menjamu SC Paderborn dalam lanjutan Bundesliga musim 2019/2020. Hanya ada satu misi yang diusung anak asuh Hans-Dieter Flick di laga tersebut, meraup tiga poin guna memperkokoh posisi di puncak klasemen. Terlebih, sang tamu sedang menghuni pos juru kunci sehingga angka penuh wajib didapat Manuel Neuer dan kawan-kawan.
Walau punya materi skuad lebih ciamik, tapi pertandingan versus Paderborn tak berjalan mudah untuk Bayern seperti prediksi para pengamat. Tanpa diperkuat Jerome Boateng dan Benjamin Pavard yang terkena suspensi, lini pertahanan Die Bayern begitu mudah terekspos. Adrian Odriozola yang diturunkan Flick sebagai pengganti Pavard dan merasakan debut mengenakan seragam Bayern nyatanya tak mampu memperkokoh benteng pertahanan sang juara bertahan.
Buktinya tersaji dengan sepasang gol yang berhasil dibukukan penggawa Paderborn, masing-masing lewat upaya Dennis Srbeny (di menit ke 44′) dan Sven Michel (75′). Mujur, Bayern sanggup mencetak lebih banyak gol, tepatnya tiga, via Serge Gnabry (25′) dan Robert Lewandowski (70′ dan 88′).
Meski demikian, ada aksi yang begitu disorot publik, khususnya pendukung fanatik Bayern dari laga tersebut. Apalagi kalau bukan blunder yang dibuat Neuer sehingga Srbeny sukses mencetak gol penyama kedudukan dan membuat seisi Stadion Allianz Arena membisu.
Berawal dari lemparan ke dalam yang didapat, Paderborn berusaha untuk membangun serangan. Christian Strohdiek melepaskan umpan yang mengarah langsung kepada Srbeny yang lolos dari jebakan offside. Pemain bernomor punggung 18 itu lantas berhadapan dengan Neuer yang meninggalkan gawangnya untuk menutup ruang. Malang bagi Neuer, aksinya justru tak membuahkan hasil dan berakibat fatal. Padahal usaha serupa yang ia lakukan di momen-momen sebelumnya pada laga tersebut selalu berjalan mulus.
Cuplikan laga Bayern Muenchen melawan Paderborn di pekan ke-23 Bundesliga 2019/2020
Bagi suporter Bayern maupun tim nasional Jerman atau bahkan penggemar Bundesliga, melihat Neuer melakukan blunder adalah sesuatu yang hampir mustahil. Siapapun tahu bahwa sosok kelahiran Gelsenkirchen itu merupakan kiper dengan kualitas paripurna. Ia memiliki refleks, respons, pandai membaca permainan dan kemampuan mendistribusikan bola yang sangat brilian. Hal terakhir juga membuatnya fasih memainkan peran sweeper-keeper.
Dinamika sepakbola, mengantar kita semua pada berbagai tahapan. Salah satunya tentu evolusi peran dalam permainan. Peran sweeper keeper sendiri membuat para kiper tak sekadar bergerak statis di areanya sembari menjaga gawangnya dari kebobolan. Lebih dari itu, peran sweeper-keeper bikin kiper terlibat lebih banyak dalam permainan, utamanya saat mendistribusikan bola dari lini pertama guna menginisiasi serangan.
Ya, peran ini menuntut para kiper untuk memiliki kecakapan dalam hal menguasai bola dengan kakinya seraya melepaskan umpan terukur kepada rekan-rekannya di sektor lain. Alhasil, sebuah tim benar-benar bermain dengan sebelas pemain di atas lapangan hijau.
Gyula Gorsics, kiper yang merupakan anggota Magical Magyars alias generasi emas sepakbola Hungaria (di era 1950-an) yang dilatih Gusztav Sebes disebut-sebut sebagai orang pertama yang memperkenalkan peran sweeper-keeper.
Dengan berbagai syarat yang ada di dalam peran sweeper-keeper itu sendiri, tak banyak figur yang mampu melakukannya. Namun dinamika sepakbola, pada akhirnya membawa kita kembali ke era di mana mayoritas penjaga gawang dituntut mempunyai kemampuan tersebut. Dan Neuer adalah satu dari sekian persona yang piawai menjalankannya.
Semenjak naik daun bersama Schalke beberapa musim silam, Neuer memang ahli memainkan peran sweeper-keeper. Tak sekadar menghalau aksi ofensif lawan, ia juga sanggup menginisiasi serangan timnya dari bawah. Kelebihan ini yang bikin namanya melambung dan jadi incaran sejumlah klub papan atas Eropa sampai akhirnya berlabuh ke Bayern di musim panas 2011 silam.
Dalam sejumlah wawancara, Neuer bahkan mengaku kalau ia sangat percaya diri dengan kemampuannya menguasai serta mendistribusikan bola. Kendati tak sehebat para gelandang, Neuer merasa jika ia hanya satu level di bawah para pemain tengah murni.
Sayangnya, entah karena rasa berani atau kepercayaan diri yang kelewat tinggi, pemain dengan peran sweeper-keeper layaknya Neuer juga kerap menciptakan blunder. Selain aksi memalukan di partai kontra Paderborn, Neuer juga pernah bikin blunder fatal saat membela timnas Jerman di Piala Dunia 2018 pada pertandingan fase grup melawan Korea Selatan.
Dalam kondisi tertinggal, Jerman yang ingin mengantongi kemenangan guna lolos ke babak berikutnya melancarkan serangan total. Neuer pun ikut maju menyerang dan mengosongkan gawangnya. Apes bagi kiper yang hari ini, 27 Maret, merayakan ulang tahunnya yang ke-34, bola di kakinya justru gagal dikuasai secara sempurna sehingga dapat direbut lawan yang kemudian mengirim umpan jauh dan mampu diselesaikan dengan baik oleh Son Heung-min guna mengunci kemenangan Korsel menjadi 2-0 sekaligus menghadiahi tiket pulang kampung buat Jerman.
Cuplikan laga Korea Selatan versus Jerman di babak penyisihan Grup F Piala Dunia 2018
Sudah menjadi rahasia umum bila keberadaan sweeper-keeper membuat sebuah kesebelasan berani memainkan garis pertahanan tinggi. Namun strategi ini juga rentan sekali terhadap serangan balik kilat karena ruang yang dapat dieksploitasi lawan begitu luas. Jika para bek gagal menghalau, para sweeper-keeper akan keluar dari sarangnya untuk melakukan penyelamatan. Nahasnya, di momen ini pula blunder-blunder fatal bisa terjadi, salah satunya tentu antisipasi yang buruk sehingga lawan bisa menceploskan bola ke gawang kosong yang telah ditinggalkan kiper.
Risiko menjadi sweeper-keeper, meski sepakbola masa kini amat menuntut para kiper untuk memiliki kemampuan seperti itu, memang sangat besar. Sekali saja salah mengambil keputusan, maka akan menghadirkan bencana untuk tim. Entah karena pelanggaran terpaksa yang mesti dilakukan sang kiper sehingga berbuah kartu merah atau gol yang kemudian sukses diukir lawan.
Walau begitu, seringkali kiper-kiper andal seperti Neuer atau David de Gea tak mendapat pujian yang pantas kala memainkan peran sweeper-keeper dengan sempurna berulangkali. Namun hujatan tanpa henti justru mereka peroleh gara-gara membuat sebuah blunder hanya di satu pertandingan. Hal semacam ini tentu tak adil karena mengerdilkan penampilan para kiper di lapangan.
Bagaimanapun juga, pos penjaga gawang yang diisi Neuer tetap esensial di dalam permainan sepakbola. Keberadaannya selalu dibutuhkan agar tim dapat tampil utuh. Sebab tanpa kiper, sepakbola takkan pernah sama.
“Apa yang terjadi adalah bagian dari permainan. Situasinya pun 50:50. Jika aku melanggar Srbeny, aku bisa mendapat kartu merah dan bakal merugikan tim. Takkan ada yang berubah dengan cara bermainku. Aku keluar dari gawang sebanyak 100 kali guna menghalau serangan lawan, 99 di antaranya berjalan mulus dan gawangku tidak kebobolan”, terang Neuer seperti dilansir Sportbible.
Alles gute zum geburtstag, Manuel.