Publik seringkali berdebat siapa yang terbaik diantara Diego Armando Maradona dan Lionel Anders Messi. Keduanya pemain hebat dan sudah meraih berbagai gelar. Hanya Messi memang belum pernah memberi gelar Piala Dunia bagi tanah leluhurnya, Argentina. Di samping kedua nama itu, sebenarnya Argentina punya pahlawan besar yang telah memberi gelar juara dunia pertama bagi tim biru langit dan membuat mereka dikenal sebagai salah satu negeri sepak bola terbaik dunia.
Pemain itu adalah Mario Alberto Kempes Chiodi yang lahir di Bell Ville, Cordoba, Argentina, pada 15 Juli 1954. Striker bertinggi 184cm itu menjadi pahlawan tatkala Argentina meraih gelar juara dunia 1978 ketika mereka menjadi tuan rumah perhelatan akbar empat tahunan tersebut.
Kempes mengawali karir di klub kecil Instituto Cordoba pada tahun 1970. Bermain hingga 1973, Kempes mencetak 11 gol dari 13 penampilan. Kempes kemudian hijrah ke Rosario Central di mana dia bermain dua musim dari 1974 hingga 1976. Kempes melejit sebagai ujung tombak tajam Argentina dengan 85 gol dari 105 penampilan. Penampilan bagusnya bersama dengan Rosario Central ini lantas membuatnya meninggalkan tanah Argentina untuk melanjutkan karir di Eropa.
El Matador, julukan Kempes, memulai perjalanan karirnya di Eropa bersama Valencia CF. Kempes bermain di Valencia dua periode. Periode pertama pada rentang waktu 1976-1981 dan 1982-1984. Secara keseluruhan Kempes bermain dalam 247 pertandingan dan mencetak 146 gol. Bisa dibilang, saat bersama Valencia inilah dia meraih puncak kesuksesan dalam karirnya sebagai pesepak bola profesional. Dia berhasil membawa Valencia meraih gelar Piala Spanyol 1979 dan Piala Winners serta Piala Super Eropa pada tahun 1980. Kempes juga meraih gelar top skor La Liga Spanyol dua musim berturut-turut. Pertama pada musim 1976/1977 saat dia mencetak 24 gol dan yang kedua pada musim 1977/1978 ketika berhasil mencetak 28 gol.
Di sela-sela membela Valencia, Kempes sempat pulang kampung menuju River Plate. Hanya bermain semusim 1981/1982 Kempes tetap menampilkan penampilan apik dengan mampu mencetak 15 gol dalam 29 pertandingan serta mempersembahkan gelar juara liga pada saat itu.
Di tim nasional karir Kempes juga cukup bagus. Dia sudah masuk skuat Piala Dunia 1974 saat masih berusia 20 tahun. Sayangnya di perhelatan akbar pertamanya tersebut, Kempes gagal memenuhi ekspektasi publik. Dirinya gagal mencetak satu gol pun dalam turnamen yang berlangsung di Jerman Barat.
Baru pada Piala Dunia 1978, ketika kejuaraan diselenggarakan di rumah sendiri, Kempes muncul sebagai pahlawan nasional. Dengan berstatus sebagai satu-satunya pemain yang berlaga di luar negeri, Kempes berperan penting dalam kesuksesan Argentina. Argentina menjadi runner up Grup A harus memainkan fase kedua di Rosario, tempat di mana Kempes memulai karir profesionalnya di awal dekade 1970. Selama fase pertama Kempes tetap belum mencetak gol. Kempes baru mulai mencatatkan namanya di daftar pencetak gol saat memborong dua gol kemenangan atas Polandia. Pertandingan kedua di fase kedua menghadapi Brasil berakhir imbang tanpa gol. Dia kembali mempersembahkan dua gol saat Argentina membantai Peru 6-0. Berkat kemenangan fantastis tersebut, Argentina melaju ke babak final dengan status sebagai juara grup mengungguli Brasil dengan selisih gol.
Di sinilah Kempes kembali menjadi pahlawan. Dalam final melawan Belanda yang dihelat di Buenos Aires, Kempes kembali menciptakan dua gol yang membawa Albiceleste menang 3-1 atas Belanda dan meraih trofi Piala Dunia pertama mereka. Dengan enam gol, Kempes tercatat sebagai pencetak gol terbanyak turnamen.
Sayang, kegemilangan di Piala Dunia 1978 tidak diikuti dengan keberhasilan di Piala Dunia 1982 Spanyol. Justru perhelatan sepak bola terakbar tahun itu seakan menjadi turning point dari karir gemilang Kempes. Dirinya gagal mencetak gol dan Argentina pun tersingkir dari fase kedua penyisihan grup. Karir timnas Kempes berakhir dan secara keseluruhan karirnya mulai meredup mulai saat itu.
Perlu anda ketahui, tiga Piala Dunia yang diikuti oleh Mario Kempes ini masih menggunakan sistem dua kali penyisihan grup. Juara dan runner up setiap grup melaju ke penyisihan grup kedua. Juara grup akan saling bertemu di partai final, sementara runner up akan saling bertemu di perebutan tempat ketiga. Pada Piala Dunia 1982, karena peserta lebih banyak dengan masih ada 4 grup di fase kedua, sudah mulai diperkenalkan sistem semifinal. Sistem penyelenggaraan Piala Dunia memang terus mengalami perubahan pada masa itu.
Periode kedua karir Mario Kempes di Valencia CF tidak sebagus di periode pertama. Kempes lalu berkelana ke berbagai klub kecil. Mulai dari Hercules, klub Spanyol, mulai 1984 hingga 1986 saat dia mencetak 10 gol dari 38 laga. Setelah itu Kempes mulai mencoba karir di berbagai klub Austria, seperti First Vienna, St. Polten, dan Kremser SC. Kempes juga sempat mencicipi atmosfir liga Chile dengan bergabung bersama Fernandez Vial.
Di penghujung karirnya, Kempes menyempatkan untuk berlaga di Indonesia. Negara yang pernah dia kunjungi saat berusia 20 tahun di tahun 1974 guna melakoni pertandingan antar diplomat di Stadion Utama Senayan (sekarang Gelora Bung Karno). Pada usia 42 tahun, Pelita Jaya mengontrak Kempes sebagai pemain merangkap pelatih dengan bayaran sekitar 4.200 US$ per bulan dengan durasi kontrak selama sepuluh bulan. Saat Kempes datang, Roger Milla sudah tak di klub ini, karena sudah pindah ke Putra Samarinda (Kini Balu United Pusam).
Di akhir musim bersama Pelita Jaya, Mario Kempes memutuskan pensiun dari sepak bola. Dia berlaga di 15 pertandingan dan masih mampu mencetak 10 gol. Maka, dimulailah babak baru karirnya sebagai pelatih. Mario Kempes bukan pelatih yang sukses jika kita memasang ukuran kesuksesan dengan pengalaman pernah melatih klub besar. Kempes hanya melatih klub semenjana seperti Lushnja, Mineros de Guayana, The Strongest, Blooming, Independiente Petrolero, Casarano sebuah klub kecil yang berlaga di Serie D Italia, hingga San Fernando, klub kecil di Spanyol. Terakhir, Kempes menjalani karir sebagai komentator di ESPN untuk versi Spanyol.
Bagaimanapun, publik sepak bola dunia tetap akan mengenang Kempes sebagai salah satu pemain hebat yang pernah ada. Gaya bermainnya pun dikenang sebagai salah satu gaya bermain yang berbeda dibanding striker lain pada masanya. Dirinya dikenal sebagai penyerang pekerja keras dan sering mencetak gol dari luar kotak penalti. Tipe penyerang yang lebih suka beroperasi dari luar kota penalti untuk kemudian menggocek bola menusuk area berbahaya lawan atau melepaskan tembakan keras dari luar kotak penalti. Bukan hanya penyerang yang menunggu di dalam kotak penalti. Gaya bermainnya ini kerap menyulitkan pemain belakang lawan untuk melakukan penjagaan. Bagaimana dia bermain pun mempengaruhi penyerang setelahnya untuk mencoba meniru gaya bermainnya.
Dengan namanya masuk dalam daftar pemain terbaik Amerika Latin dalam satu millenium di posisi 23, rasanya publik akan terus mengingat sepak terjang Mario Kempes sebagai salah satu penyerang terbaik yang pernah ada. Dan publik Indonesia pun akan tetap mengenangnya pula sebagai salah satu pemain terbaik dunia yang pernah berlaga di Indonesia.
Pernah dimuat di Fandomagz edisi keempat. Telah dilakukan perubahan seperlunya dibanding versi sebelumnya